Minggu, 24 November 2019
Memilih Niche Blog (Tantangan Pertama Non-fiksi)
Simpul Ikatan Yang Kuat
Pentingnya Apresiasi
Sabtu, 23 November 2019
Sebuah Sikap; Tegas.
Kata-kata Positif
Senin, 18 November 2019
Teman Diskusi
Minggu, 03 November 2019
Ragam Indonesiaku
Anak yang dibuang orang tuanya
Semangatlah
Pahamilah
Aku belum paham dan mengerti apa maksud sera bagaimana cara berpikirnya. Ditambah, hal paling penting sebagai perekat dan penyelesaian bagi hubungan kami yakni "komunikasi" kurang berjalan dengan baik. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku juga tidak tahu harus bagaimana.
Cerbung Part V: Paijo, Tukiem, dan Surti.
Cerbung Part IV: Paijo, Tukiem, dan Surti.
Cerbung Part III: Paijo, Tukiem, dan Surti.
Cerbung Part II: Paijo, Tukiem, dan Surti.
Cerbung part 1: Paijo, Tukiem dan Surti.
Pardi dan Tria
Sabtu, 02 November 2019
Dyah Yuukita; Perempuan Salju yang Tangguh
Selasa, 29 Oktober 2019
Dukungan Berharga
Senin, 28 Oktober 2019
Menyakitimu berarti menyakiti diriku sendiri
Sering Hadir Dalam Mimpi
Senin, 21 Oktober 2019
Ada yang samakah?
Dampak Perundungan Tidak Pernah Sederhana
Malaikat kita
Wisata Nusadanas, Pangandaran
Kolam renang Nusadanas asri ini terletak di sebuah pedesaan, ketika perjalanan ke lokasi sepanjang jalan kita akan dimanjakan dengan perkebunan dan hutan dengan pepohonan yang masih asri. Jalanan yang dilalui pun cukup nyaman, sedikit berkelok disertai tanjakan dan turunan.
Setiap liburan semester atau akhir pekan, kolam renang nusadanas ini sering ramai dikunjungi pengunjung dari berbagai daerah. Harganya yang terjangkau membuat kolam renang ini semakin ramai dikunjungi masyarakat.
Cukup dengan membayar parkir, menyewa pelampung dengan harga Rp. 3.000,- anda sudah bisa menikmati sejuknya air di kolam renang nusadanas ini. Kolam yang luas, alam yang masih asri, sungai-sungai yang berair jernih menambah daya tarik tempat ini. Bagi anak-anak yang masih kecil, bisa bermain di sungai-sungai kecil di pinggiran kolamnya. Riang dan senang sekali melihat pengunjung bermain ria bersama air.
Tak hanya, keindahan dan kesejukan alamnya yang menjadi daya tarik. Jajanan makanan yang disediakan di tempat wisata ini juga memiliki harga-harga yang terjangkau. Jajanannya pun masih bersifat tradisional, seperti pecel, cilok, berbagai macam buah-buahan, serta jajanan khas anak-anak lainnya. Eits tapi tidak hanya untuk anak-anak, orang dewasa pun senang menikmati jajanannya.
Selepas berenang pasti lapar kan, nah anda bisa langsung membeli beraneka ragam jajanan yang disediakan. Kolam renang wisata yang luas, alam yang asri, gemericik air jernih siap membantu anda menyegarkan kembali pikiran setelah penat beraktivitas dengan pekerjaan sehari-hari.
Tunggu apalagi, yuk berwisata ke Nusadanas asri. Dan nikmati pesona alam dan kesejukan airnya.
#Tantanganke-6
Kakak Lelakiku
Tak apa, tak bertemu
Gemerlap Ujian
Minggu, 13 Oktober 2019
Berkah dan lapang
Karena Mereka
Tanpa punya apa-apa
Tanpa bisa apa-apa
Tanpa punya kebaikan apa-apa
Lalu, malaikat-malaikat itu berdatangan
Mengepakkan sayapnya di hidupku
Melindungi dari terik pilu
Memelukku hangat dalam haru
Perlahan aku bisa tertawa
Tersenyum ketika kau ajak berbicara
Berjalan, berlari-lari kecil
Hingga sekarang sudah mendewasa
Kalau bukan karena kebaikan Ibu, apa jadinya aku
Kalau bukan karena ketulusan Ayah, apa jadinya aku
Kalau bukan karena pengorbanan malaikat-malaikat tak bersayap di hidupku
Akan jadi apa jiwaku
Cinta Ibu, menghangatkan dan menenangkan
Cinta tulus ayah, membuat jiwaku bangga dan berharga
Malaikat-malaikat tak bersayap
Yang dikirimkan Tuhan dari syurga dan semoga menuju syurga kembali
Bersama-sama
Upgrade diri!
Apa yang kau tulis akan mereka rekam dengan tulus
Apa yang kau perdengarkan akan mereka ceritakan
Apa yang kau perintahkan akan mereka percayakan
Mereka kertas putih, suci
Kau penuh arogansi
Jika penuhi hati dengan ilusi
Fokuslah! Pada perbaikan estafeta generasi
Belajarlah lebih banyak
Membacalah lebih lama
Bereksperimenlah lebih berani
Temukan kebenaran
Gali keilmiahan
Mereka butuh ilmu dari seorang guru yang mumpuni
Bukan sekedar cari gengsi
Ilmu dan didikan yang kau berikan akan membentuk generasi
Tak sekedar disini kini, tapi juga masa depan diri
Sekedar catatan untuk diri
Ilmumu masih sedikit
Pengalamanmu belum teruji
Wawasanmu perlu ditambahi
Kompetensi dan profesionalisme yang perlu di upgrade dan uji
Belajarlah, berjalanlah, membacalah, bergaullah lebih banyak, hei diriku sendiri!
Mereka tak lemah, kau tak remah!
Kau kata mereka remah
Salah!
Bukan mereka tapi dirimu yang lemah!
Kau pikir mereka tak mengerti
Kau kira mereka tak mudah memahami
Salah!
Mereka bukan tak mudah memahami
Hanya caramu yang tak mudah dimengerti
Kau kira mereka berandal
Kau kata mereka nakal
Salah!
Mereka tak nakal apalagi berandal
Mereka hanya butuh kesabaran dan kepercayaan yang lebih andal
Darimu yang tulus dan penuh sayang
Lihatlah lebih dalam
Mereka yang kurang belajar
Atau dirimu yang tak pernah belajar
Atau jangan-jangan dirimu yang sombong dan sudah merasa paling pintar
Kurang ajar!
Berhentilah menyalahkan
Kurangilah amarah yang kau luapkan!
Mulai sekarang, senyumlah lebih lapang
Tunjukkanlah ceria dan cinta tak terkira
Pada mereka yang berharga tak terkira
Berilah sabar dan ramah yang lebih banyak
Kau dan mereka tak patut dianiaya egoisme belaka
Perjuangkan! Buktikan!
Bukan sekedar kata
Bukan sekedar bicara dengan manis belaka
Ia memintamu tak sekedar bersua
Namun juga memperjuangkan asa
Cinta membutuhkan pembuktian
Dengan menjaga
Dengan memulia
Tidak hanya cinta sebatas kata dan nafsu belaka
Namun cinta juga memintamu menjaga dalam doa dan tulus rasa
Perjuangkan!
Jika niat di hatimu sudah lurus kau rasa
Bukan sekedar cinta belaka
Namun, kesiapanmu menjemput cinta Illahi bersamanya
Perjuangkan!
Batinmu resah, pikirmu lemah
Karena ternyata tak mudah
Jangan menyerah!
Cinta benci pada putus asa
Ia menolak jiwa-jiwa merana
Perjuangkan! Rasamu harus dibuktikan
Bukan sekedar rasa
Bukan sekedar kata
Bukan sekedar bualan belaka
Kau, pejuang hebat dan tangguh
Kau, pejuang cita dan penjaga yang mulia!
Jemputlah, berlarilah!
Diterpa berbagai sempit
Kalang kabut pikir berkelit
Semua terasa pelik
Hatimu gundah dan resah
Kepada siapa harus berkeluh kesah
Batin berteriak meronta berkah
Semua terasa pasrah
Hatimu sempit adalah celah bagi cahaya
Untuk masuk menyeruakkan cahya
Ia pertanda lapar nan haus
Memintamu mencari obat
Jemputlah obat itu
Jangan hanya berdiam diri
Pelik dan rumit yang jadi pemantik
Agar dirimu tak lagi berkelit
Hatimu, butuh cahaya
Pergilah, berlarilah, jemputlah cahaya itu
Ia abadi dan akan menerangimu dengan tulus
Menyelamatkanmu dengan senang
Tenang hingga keabadian
Ia bernama; hidayah.
Jemputlah, jangan hanya berdiam menanti cahaya hidayah.
Senin, 07 Oktober 2019
Mengusir Lelah
Apa yang biasa kamu lakukan ketika pulang ke rumah setelah lelah seharian bekerja bahkan sampai malam baru selesai?
Kalau aku, bersih-bersih badan lalu rebahan. Adalah senikmat-nikmatnya melepas penat.
Ternyata bahagiaku sangat sederhana, setelah seharian lelah bekerja. Lalu pulang ingin mendapatkan ketenangan dan kedamaian dengan rebahan.
Hal sederhana, tapi mampu mengusir lelah dan mengisi energi kembali.
Atau berkomunikasi dengan keluarga tercinta, ponakan-ponakanku tersayang. Sungguh bisa menjadi pelipur lara. Yang asalnya capek, lelah, lunglai bisa segera ceria kembali.
Kalau kamu, hal apa yang kamu lakukan ketika lelah untuk mengusir penat?
Sharing yuk!
Minggu, 06 Oktober 2019
Si Kabayan dan Nyi Iteung
Cerita Kabayan dan Nyi Iteung yang melegenda dari tanah Sunda. Kabayan terkenal sebagai sosok pemalas dan banyak alasan sampai membuat mertuanya marah kini sudah berubah.
***
Suatu pagi Kabayan ditugaskan mertuanya untuk memanen padi yang sudah matang di sawah.
"Kabayan, ayo segera ambil peralatanmu. Kita pergi ke sawah. Padi kita sudah matang." Ucap Abah mertua
"Kang Kabayan sedang sakit Abah. Dia masih meringkung di pembaringan meriang katanya." Jawab Nyi Iteung.
"Euleuh-euleuh si Kabayan. Ari Abah arek panen Jeung Saha atuh euweuh nu ngabantuan." Gerutu si Abah mendengar jawaban Nyi Iteung.
Kabayan menjawab dari dalam, "Abah, demi Nyi Iteung Kabayan siap bantu panen Abah meskipun sedang sakit. Tunggu, Bah. Kabayan siap-siap."
Nyi Iteung terharu sambil senyum-senyum mendengar hal itu, "Kang Kabayan bener mau ikut panen? Jangan dipaksain kalau sakit mah."
"Betul Nyi. Kasihan Nyi Iteung nanti nggak bisa makan, kalo Akang nggak ikut panen sama Abah." Sahut Kabayan yang sudah selesai bersiap dengan peralatan tempur panennya.
"Aih, si Akang mah so sweet." Nyi Iteung makin tersipu malu.
"Geus, Hayu geura ka sawah. Meungpeung isuk keneh." Abah mengajak si Kabayan cepat-cepat berangkat.
Sesampainya di sawah, Kabayan kaget melihat hamparan sawah yang luas ia kira banyak tetangganya ikut serta panen namun tidak ada satupun. Ia berteriak, "Abah yang betul saja, sawah seluas ini harus kita panen berdua?"
"Ya betul lah, Kabayan. Ini kan demi Nyi Iteung dan Ambu. Supaya hasil panennya kita sekeluarga saja yang menikmati." Sahut si Abah tersenyum bangga.
"Aih-aih si Abah, pelit sekali jadi orang. Jahat Abah, masa Kabayan harus panen padi segini banyaknya." Kabayan mau kabur pulang ke rumahnya lagi.
"Oh yasudah, apa nggak malu nanti sama Nyi Iteung kalau kamu pulang lagi ke rumah? Katanya si Akang Kabayan mah gagah ternyata Cemen." Ledek si Abah.
Kabayan pikir-pikir lagi, betul juga ia pasti akan malu sama Nyi Iteung kalau ia pulang lagi. Akhirnya ia pasrah dan sekuat tenaga membantu panen bersama Abah.
"Baiklah, Abah. Kabayan siap panen di sawah seluas ini. Sudah cukup kemarin-kemarin Kabayan mengecewakan Nyi Iteung, sekarang Kabayan mau buat Nyi Iteung bangga."
"Nah gitu dong, menantu Abah hebat." Abah merasa menang membujuk si Kabayan.
***
Nyi Iteung sangat bahagia, suaminya menjadi sangat rajin bekerja bahkan meskipun sedang sakit.
Abah dan Ambu pun ikut bahagia karena memiliki menantu yang tampan dan rajin bekerja.
Dan si Kabayan pun semakin gagah dan terhormat karena rajin bekerja dan menunjukkan sikap tanggung jawabnya sebagai suami dan pemimpin keluarga.
Jika, dalam cerita Sunda si Kabayan dikisahkan sangat pemalas bekerja banyak alasan dan sering membuat jengkel mertuanya. Kini ia sudah berubah memiliki watak yang berbeda, si Kabayan yang rajin bekerja.
Aku Percaya
Kenangan-kenangan itu masih tersimpan rapi di ruang memori. Membuat tersenyum berseri kala mengingatnya. Ia yang baik menyenangkan nan menenangkan menjadi paket lengkap hadiah akhir tahun sekolah.
Entah bagaimana hingga akhirnya kami bisa saling tertarik satu sama lain. Yang aku ingat adalah ia memiliki hal yang tak kutemukan dari orang lain. Ia teduh dan menjadi candu. Ia membahagiakan sekaligus membuatku tenang.
Perjalanan yang tidak mudah, untuk sampai di titik sekuat dan setegar sekarang. Ia bertahan dan menjaga. Dalam berjarak dan hilangnya komunikasi sekian lama. Aku tetap menjaga, percaya dan menanti, mengikuti kata hati yang menuntun pada ketenangan jiwa.
Kini, ia tengah berjuang. Aku paham, ia bukan pejuang yang main-main dengan kata-kata dan komitmennya. Ketika ia sudah mengutarakan keseriusan, ia bersedia mengayomi segala inginku agar bahagia.
Sangat bersyukur hingga perasaanku membuncah bahagia. Bukan bilangan waktu yang sebentar untuk bisa bertahan tanpa komunikasi tanpa bertemu, dengan rasa tidak berubah adanya. Ia semakin kuat, menguatkan rasa percaya juga menjadi ujian.
Ia tengah berjuang untuk tujuan mulia. Ia tidak pernah main-main untuk urusan kesungguhan. Lelah dan letih barangkali sedang ia rasa. Aku berharap kebaikan, kebahagiaan, dan penjagaan senantiasa menyertainya.
Ia terkesan cuek dan sederhana, namun kesungguhan dan komitmennya tidak pernah sederhana. Hadirnya benar-benar menjadi hadiah. Ia sosok pemimpin yang terpercaya.
Selamat berjuang, Tuan. Aku percaya kamu pejuang yang tangguh.
Selamat berjuang, Tuan. Aku bahagia menanti kedatanganmu segera.
Selamat berjuang, Tuan. Terima kasih sudah menjadi sebaik-baik teladan dalam menjaga. Aku bangga dan hormat atas kesungguhanmu memperjuangkan ikatan yang kuat.
Jumat, 04 Oktober 2019
Kasih dan persahabatan
Berkutat dengan pekerjaan seharian mungkin melelahkan, apalagi jika sampai malam hari baru pulang karena lemburan.
Berkutat dengan tugas kuliahan, mungkin melelahkan. Menguras energi karena membutuhkan fokus dan ketekunan.
Berkutat dengan pekerjaan demi tanggung jawab dan menjaga kehormatan diri, mungkin melelahkan. Cukup menguras tenaga, pikiran, bahkan perasaan.
Namun, semua lelah jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan ketika memiliki teman-teman yang mengasyikkan.
Mereka teman-teman kerja, teman-teman kuliah, teman-teman berdekatan rumah yang saling membantu dan empati satu sama lain.
Ringan mengulurkan tangan memberikan bantuan, ringan menyedekahkan senyum memberikan tawa dan kebahagiaan. Ringan menyediakan telinga dan bahu kala membutuhkan tempat untuk didengarkan.
Ah, hari ini mungkin melelahkan. Jam sekian malam baru bisa rebahan. Namun, jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan karena kasih yang tulus dan persahabatan. Kasih persahabatan yang menguatkan ikatan.
Kasih dan persahabatan
Berkutat dengan pekerjaan seharian mungkin melelahkan, apalagi jika sampai malam hari baru pulang karena lemburan.
Berkutat dengan tugas kuliahan, mungkin melelahkan. Menguras energi karena membutuhkan fokus dan ketekunan.
Berkutat dengan pekerjaan demi tanggung jawab dan menjaga kehormatan diri, mungkin melelahkan. Cukup menguras tenaga, pikiran, bahkan perasaan.
Namun, semua lelah jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan ketika memiliki teman-teman yang mengasyikkan.
Mereka teman-teman kerja, teman-teman kuliah, teman-teman berdekatan rumah yang saling membantu dan empati satu sama lain.
Ringan mengulurkan tangan memberikan bantuan, ringan menyedekahkan senyum memberikan tawa dan kebahagiaan. Ringan menyediakan telinga dan bahu kala membutuhkan tempat untuk didengarkan.
Ah, hari ini mungkin melelahkan. Jam sekian malam baru bisa rebahan. Namun, jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan karena kasih yang tulus dan persahabatan. Kasih persahabatan yang menguatkan ikatan.
Kamis, 03 Oktober 2019
Banyak-banyaklah Ingat Kebaikannya
Fluktuatif rasa. Kadang aku bahagia berbunga-bunga. Kadang cemburu luar biasa.
Kadang aku tenang saja begitu percaya. Tapi, terkadang tiba-tiba buruk sangka dan merasa terluka.
Kadang aku ingin menuntut saja, aku lelah dengan semua yang ada.
Kadang aku begitu sabar dan menerima. Sabar menjalani proses, sabar menjalani mengusahakan ikhtiar terbaik.
Kadang aku ingin putuskan saja, apa sebenarnya kita sedang memperjuangkan atau saling berpaling tanpa menyapa satu sama lain.
Pedih ...
Perih ...
Luka ...
Nestapa ....
Semua itu salah. Hanya prasangka.
Dan prasangka tanpa fakta hanya akan menjadi dosa dan khayal yang dzalim niscaya.
Semua itu salah.
Tidakkah kau tahu saat kau cemburu, ia juga cemburu?
Tidakkah kau tahu saat kau terluka, ia juga tertatih menyembuhkan luka?
Semua syak wasangka itu bahaya.
Tidakkah kau tahu saat kau ingin pergi meninggalkan sejauh-jauhnya meskipun tidak akan pernah mudah dan bisa?
Ia sedang memperjuangkan keseriusan dan kebahagiaan -dirimu?
Semua itu hanya prasangka. Apa yang dirasa dalam dada, dipikir dalam alam pikir, tidak semuanya perlu kita sepakati begitu saja.
Terkadang ia hadir karena imanmu yang lemah.
Terkadang ia hadir karena ilmumu yang sempit.
Terkadang ia hadir karena wawasanmu yang sempit.
Terkadang ia hadir karena renjana tak kunjung bersua.
Terkadang ia hadir karena kuatnya imanmu yang sedang dicoba.
Kuatkan iman, hai seorang hamba.
Semangat menuntut ilmu, hai pejuang cahaya.
Dekat-dekatlah dengan tenang kalam indah-Nya.
Dekat-dekatlah dengan para kekasih-Nya.
Hai, seorang hamba.
Banyak-banyaklah ingat kebaikannya.
Banyak-banyaklah ingat pengorbanannya.
Banyak-banyaklah tersenyum syukur dan bahagia.
Bersama-Nya ...
Bersama-Nya ...
Kau tak pernah sendirian jua ...
Banyak-banyaklah ingat kebaikannya
Banyak-banyaklah ingat senyum dan pengorbanannya
Banyak-banyaklah bertobat dan mohon ampun atas segala dosa
Banyak-banyaklah memohon ampun ridha dan segala berkah cahaya, hai seorang hamba.
Anak-anakku sayang
Anak-anak adalah keajaiban yang Tuhan berikan. Hadirnya memberikan kebahagiaan tidak terkira. Menjadi rahmat bagi seluruh alam. Senyumnya yang menggemaskan, tingkahnya yang lucu, kalimat jenakanya yang polos memberikan warna-warni ceria kehidupan. Mereka memberikan energi bagi jiwa kita.
Anak-anak menarik jiwa kita untuk mencintai dan menyayangi mereka setulus hati. Ah, melihat senyum si bayi mungil saja sudah meluluhkan hati. Padahal, beban di pundak sedang luar biasanya.
Anak-anak tidak lahir untuk kita abaikan. Mereka memiliki hak yang harus orang tuanya tunaikan sebagai tanggung jawab dan kewajiban. Di dalam jiwa dan raga mereka ada keringat dan ketulusan yang harus kita korbankan.
dr. Aisyah Dahlan, dalam tausiyahnya mengenai bahasa cinta menyebutkan, "setiap kita memiliki battery cinta yang harus diisi setiap hari."
Dengan apa mengisinya? Beliau menjelaskan lebih jauh untuk mengisi battery cinta dalam jiwa kita, bisa dilakukan beberapa hal:
1. Dengan kata-kata pujian dan dukungan.
Kata-kata yang ramah membesarkan jiwa mereka. Memuji anak-anak atas kebaikan yang mereka lakukan. Memberikan dukungan bagi apa yang sedang mereka pelajari dan cita-citakan, penting sekali memberikan hal ini pada mereka untuk menumbuhkan semangat dan kepercayaan dirinya.
2. Sentuhan fisik
Memberikan pelukan hangat, mencium pipi atau kening sebagai bentuk syukur kita akan kehadiran mereka. Pelukan ini memberikan dampak yang luar biasa, menenangkan dan memberi energi pada jiwa dalam menjalani hari-hari anak.
3. Memberikan hadiah
Memberikan hadiah ini bisa sebagai bentuk apresiasi atas kebaikan yang sudah mereka laksanakan. Mereka akan merasa sangat senang dan diinginkan kehadirannya.
4. Pelayanan
Bagi anak-anak yang masih kecil, sudah menjadi hal biasa bagi kita memenuhi segala kebutuhan mereka. Bagi yang sudah beranjak remaja, kita bisa membantu mengingatkan atau melatih kemandirian pada diri mereka sebagai bentuk pelayanan dan kasih sayang.
5. Kebersamaan
Mereka tidak hanya butuh uang kita, mereka tidak hanya butuh banyak hadiah mainan dari kita, mereka tidak hanya butuh kata-kata baik dari kita. Lebih dari itu, mereka butuh kehadiran orang tuanya membersamai hari-harinya. Perhatian, kepedulian, kebersamaan yang mengesankan, menikmati waktu bermain dan bercanda bersama, saling curhat dan mendengarkan celoteh lucu mereka adalah hal yang sangat mereka inginkan dari orang tuanya.
Kebersamaan dengan orang tua adalah hal paling berharga yang akan mereka ingat dan kenang selalu bahkan sampai saat mereka sudah beranjak dewasa dan menua. Kebersamaan itu akan menjadi kenangan indah dalam sanubari terdalam mereka.
Bila terjadi penyimpangan pada diri anak, sebetulnya itu adalah suatu indikasi battery cinta mereka tidak terisi dengan baik atau bahkan tidak terpenuhi sama sekali dari orang tua atau keluarga terdekatnya.
Oleh sebab itu, Allah menyuruh kita memuliakan anak yatim-piatu. Mereka yang tidak memiliki ayah ataupun ibu, darimana mereka mendapatkan cinta untuk mengisi battery cinta di jiwanya. Mungkin hanya sebulan sekali, ketika ada yang mengunjungi dsb.
Sedangkan battery cinta jiwa kita harus diisi setiap hari. Jiwa mereka membutuhkan kasih sayang kita. Bagi yang memiliki orang tua, mereka mudah mendapatkan kasih sayang itu setiap hari.
Namun, bagaimanakah dengan anak-anak yang bahkan tidak memiliki ayah ibu atau berjauhan dengan ayah ibu mereka?
Mereka pun sama, setiap anak tanpa terkecuali memerlukan kasih sayang kita. Battery cinta mereka pun harus diisi setiap hari sebagai kebutuhan batin mereka.
Seperti halnya kebutuhan makan pada raga, pada jiwa pun memerlukan nutrisinya dengan siraman ruhani, kata-kata dukungan, penghargaan, penerimaan, pelukan hangat dan tulus, pendampingan, perhatian dan kasih sayang.
Anak-anakku sayang, dimanapun berada semoga Allah selalu menjaga dan menyayangimu. Anak-anakku sayang, semoga Allah kuatkan hati dan mampukan kami untuk selalu menyayangi dan memuliakan kalian dengan tulus.
Selasa, 01 Oktober 2019
Apakah ini wajar dan biasa-biasa saja bagi manusia?
Terkadang merasa diabaikan, tidak diingat apalagi dipedulikan.
Terkadang, bertanya apa aku ada di hati mereka?
Betulkah kebahagiaan yang tulus itu ada? Apakah aku berhak bahagia?
Apa aku berhak dapatkan kebaikan?
Terkadang ingin teriak, "Cukup! Aku lelah."
Sanubari terdalamku meronta.
Aku tahu ini tak baik
Batinku berontak
Apakah kasih sayang yang tulus itu ada untukku?
Apa kebahagiaan itu mau menghampiriku?
Apa ketenangan dan hati yang merasa cukup itu bisa selalu ada terpatri dalam hati?
Ataukah wajar-wajar saja saat manusia merasa tidak tenang, cemas, sedih, penuh kegelisahan, dan merasa sendirian tanpa punya siapa-siapa untuk berbagi kesedihan?
Senin, 30 September 2019
Sendiri Tidak Selalu Sepi
Terkadang kita harus berani berjalan sendiri, tanpa keluarga tanpa sanak saudara tanpa ada orang-orang sukarela tulus mengulurkan kebaikannya untuk kita.
Iya, tak selamanya keluarga selalu ada menjadi tempat tumpah dan pulang yang paling nyaman. Tidak selamanya kita bisa bermanja pada mereka. Ada saatnya kita jauh dan sudah dari jangkauan mereka.
Ada saatnya aku harus berani sendiri, memutuskan bersikap seperti apa tanpa sibuk bertanya harus seperti apa baiknya bersikap.
Sendiri. Sendiri. Diri sendirilah yang paling setia menemani, hanya diri sendirilah yang paling bisa diandalkan memecahkan beberapa permasalahan problematika kehidupan. Diri sendiri, cukup diri sendiri.
Kabar membahagiakan yang melapangkan hati adalah, dengan tidak usah bergantung sama manusia terus-menerus. Tidak usah bergantung pada manusia berharap terus sama mereka. Karena bisa kecewa.
Ada titik dimana sabar dan imanmu diuji. Ada titik dimana hanya ada kamu sendiri. Hanya ada aku sendiri. Dan berharap pada doa-doa yang kita panjatkan, semoga Tuhan berkenan memberikan cahaya dan pertolongan.
Minggu, 29 September 2019
Resensi Buku: Inilah Akibat Dosa-Dosa Besar di Dunia
Judul : Inilah akibat dosa-dosa besar
Pengarang: Iqra al-firdaus
Editor : Virsya Hany
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : I, Oktober 2011
Tebal buku: 182 Halaman
Sampul : A. Budi
Setiap kehidupan manusia pasti tidak pernah luput dari dosa dan khilaf, namun kita diberi kesempatan untuk segera bertaubat atas perbuatan salah yang kita perbuat demi keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Di dalam buku ini, diulas tuntas mengenai akibat dosa yang tidak segera ditaubati. Tidak hanya bersifat psikologis, bahkan bisa sampai pada bencana alam yang menjadi musibah bagi seluruh manusia.
"Azab sejatinya akan di alami manusia di akhirat kelak. Akan tetapi, tak jarang pula hal itu disegerakan datangnya di dunia. Misalnya saja, gempa bumi, badai, banjir, kebakaran, krisis berkepanjangan, kekeringan, menyebarkan penyakit yang mematikan, dan lain sebagainya."
Dalam buku ini, diceritakan pula kisah-kisah kaum terdahulu yang dibinasakan oleh Allah karena tidak mau mengikuti perintah-Nya dan malah sengaja melakukan keingkaran.
Setiap manusia, tentu tidak ingin mendapat azab atau siksa dari Allah. Padahal, azab itu datang karena ulah perbuatan manusia.
Dalam buku ini tertulis, "Tidaklah sakit hati, pusing, luka dsb melainkan karena perbuatan dosa manusia."
Di dalam buku ini, terdapat berbagai penjelasan seputar azab yang diturunkan kepada manusia beserta apa saja penyebabnya.
Penulis juga memaparkan hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan diampuninya dosa dan menolak azab.
Iqra al-firdaus, penulis buku ini merupakan seorang sarjana lulusan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menghabiskan waktu belajar di sekolah-sekolah berbasis keagamaan Sumenep dan sudah menerbitkan banyak essai di berbagai media beserta buku solo lainnya, diantaranya; Dampak emosi bagi kesehatan, Rahasia kekuatan doa dan dzikir bagi kesehatan, dan berguru pada wanita.
Harapan penulis pada buku ini, semoga pembaca semakin berhati-hati dalam berperilaku sehingga menghindari hal-hal yang dapat mengundang azab Allah. Dan bersemangat menjemput ridha dari Allah.
Tolong ingatkan aku, teman "")
Zaman semakin berubah, mempermudah seseorang untuk berani bersuara. Entah muda ataupun tua, entah pelajar atau pendidik. Semua tak ada beda, berhak bersuara.
Ruang berpikir semakin logis semakin kritis. Berkat kemajuan teknologi yang canggih hingga tidak ada sekat antar ilmu pengetahuan. Memungkinkan manusia dengan mudah mengetahui segalanya, siapapun kamu siapapun itu.
Yang muda mengkritik yang tua, pelajar menganggap angin lalu perkataan pendidik karena merasa lebih pintar lebih tahu segalanya.
"Saya cerdas, logic, dan kritis. Saya berhak menuntut ini itu."
Namun tahukah teman, di sudut hati terdalam aku begitu miris sampai ingin menangis. Dimanakah adab-adab mulia yang sudah diajarkan para pendahulu kita? Bahkan Imam Syafi'i untuk belajar adab menghabiskan waktu selama 20 tahun sebelum mempelajari ilmu lainnya.
Bahkan mereka-mereka yang lebih berilmu, sangat santun dan indah dalam bersikap dan menyampaikan.
Sedangkan aku? Begitu sombongnya aku memiliki sedikit ilmu dan kritis sedikit saja, sudah merasa yang paling pandai. Sudah merasa paling logic sudah merasa paling wibawa. Dimanakah adabku dimanakah adab-adab yang mulia itu, kawan?
Aku merasa malu pada diriku sendiri. Belajar berbelas-belas tahun, namun adabku masih sangat jauh dari kata beradab.
Seseorang yang senang memberikan ilmunya padaku berkata,
"Bahkan kita para murid harus menutupi seluruh aib guru-guru kita demi mendapatkan keberkahan ilmu dari mereka. Keberkahan itu tidak hanya berupa kecerdasan. Namun, ilmu yang sedikitpun bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari itu sungguh sudah merupakan sebuah berkah. Tidak ada guru yang sempurna. Guru kita pun juga manusia. Biarpun sedikit ilmu yang mereka berikan apalagi banyak. Kita harus tetap memuliakan mereka."
Semakin hari mungkin kita akan semakin cerdas, semakin pandai berargumen dan menggunakan kecanggihan teknologi, semakin kritis menyikapi perkembangan perubahan zaman, namun semoga kita tidak lupa bahwa adab adalah hal paling utama diatas segalanya itu. Agar Allah Ridha, agar Allah berkenan memberikan keberkahan ilmu lewat para guru yang sudah berkorban memberikan ilmunya pada kita.
Tolong ajarkan padaku adab yang baik teman, jangan sungkan menegurku kala kata tingkah dan lakuku tak sesuai tuntutan. 😭
Tolong ajarkan padaku adab teman, adab yang dahulu Imam Syafi'i pelajari bahkan sampai 20 tahun lamanya sebelum ilmu-ilmu lainnya.
Jumat, 27 September 2019
Pada Laki-laki Kami Percayakan Kepemimpinan
Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian laki-laki. Laki-laki itu diberikan kelebihan dan kekuatan yang tak kami -kaum perempuan miliki. Kalian adalah pimpinan."
Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian calon pemimpin peradaban. Allah karuniakan kecerdasan yang istimewa untuk kalian yang berbeda dengan yang diberikan pada kami -kaum perempuan."
Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, perempuan-perempuan yang kau sayangi itu kelak akan menjadi tanggung jawab dipundakmu yang lapang."
"Perempuan-perempuan yang kau hormati di keluargamu kelak akan tersenyum percaya bahwa kau dapat melindungi dan menjaga mereka. Kehormatan, kebahagiaan, kecukupan, dan kemuliaan mereka adalah sebab ketangguhan dan sikap muliamu."
Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian kuat. Kalian tangguh. Kalian cemerlang, penuh ide-ide brilian. Kalian pimpinan. Kalian memberikan perlindungan. Kalian harapan. Di pundak kalian kami percayakan keteladanan. Sikap peduli, mau berjuang dan berkorban untuk kebaikan keluarga adalah sekeren-kerennya perjuangan."
Aku pernah mendengar seorang psikolog berkata, "Seorang anak yang dekat dengan ayahnya, dengan sosok laki-laki di keluarganya akan memiliki ketangguhan pribadi yang lebih kuat. Jiwa-jiwa mereka akan tangguh menghadapi berbagai ujian. Karena pengaruh keteladanan dan wibawa kharismatik sang laki-laki pimpinan."
"Nak, kalian adalah seorang anak yang akan menjaga dan melindungi Ibu serta saudara perempuan kalian. Nak, kalian adalah laki-laki pilihan yang akan menjadi suami dan pimpinan bagi keluarga. Tonggak peradaban bangsa, sosok hebat sebagai rahmat bagi kehidupan."
Harga Mati Tanah Air Yang Kami Cintai
Gerakan terpelajar, lahir untuk kebaikan
Apakah kebaikan segelintir kaum elit?
Kami menentang dengan lantang! Tidak!
Kau makan enak, rakyatmu kelaparan
Kau tidur nyenyak, rakyatmu dirundung kecemasan
Kau hidup mewah, rakyatmu mengemis serpihan keberkahan
Ketika kaum terpelajar berbicara
Kau seenaknya membuang muka
Merendahkan dengan wajah durjana
Untuk siapa kau bekerja disana?
Untuk rakyatkah atau kepentingan pribadimu sendiri
Kami kecewa! Ya!
Banyak korban berjatuhan, ditembak dada tanpa nurani
Kami geram! Ya!
Aktivis dermawan ditangkap dengan alasan kau amankan
Mereka hanya bersuara, menyuarakan keresahan yang mewakili keresahan jutaan masyarakat Indonesia
Kami ingin keadilan bukan tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas
Kami ingin keadilan dan jaminan keamanan juga kesejahteraan bukannya hak kami kau korbankan demi kesenanganmu sendiri
Kau rakyat! Kami juga rakyat!
Kau penyelenggara negara! Kau pemimpin bangsa!
Kau yang mengatur dan mengelola peraturan negara!
Jutaan jiwa menaruh harapannya padamu
Mereka ingin kehidupan yang lebih baik
Mereka ingin keadilan yang lebih baik
Mereka ingin kebaikan dan keberkahan menyertai seluruh bangsa Indonesia
Dipimpin oleh para penyelenggara yang amanah dan penuh rahmah pada rakyatnya
Tidakkah hati nuranimu terketuk? Melihat tumpahan darah, mendengar seorang ayah kehilangan putra kebanggaannya karena kau tembak dadanya yang penuh kobaran semangat bagi kebaikan negara
Tidakkah hati nuranimu terketuk? Melihat jutaan mahasiswa ribuan pelajar dan tak terhitung dukungan seluruh lapisan masyarakat menyuarakan dengan lantang ketidaksetujuan atas perbuatanmu yang menggores luka pada demokrasi bangsa
Tidakkah hati nuranimu terketuk?
Mereka mahasiswa muda nan cerdas, mereka pelajar muda nan semangat membara, kaum-kaum cendekiawan pun turut andil menyuarakan kepedulian bagi bangsa dan negara
Akankah kau tega melihat bangsamu sendiri terpecah belah rusak moralnya karena kedzaliman pimpinan?
Kami mahasiswa, kami kaum perempuan, kami kaum pelajar, kami dan seluruh masyarakat bagian dari bangsa tidak akan tinggal diam menyaksikan kedzaliman merenggut kebaikan masa depan bangsa kami!
Hidup perjuangan! Hidup pergerakan!
Lanjutkan kepedulian untuk kebaikan generasi keturunan!
Indonesia kami, tanah air yang kami cintai sampai mati!
Rabu, 25 September 2019
Lalu apa yang membuatmu tetap bertahan?
Kecantikan, ketampanan, kekayaan, kekuatan, akan berubah seiring waktu.
Lalu saat semua itu berubah masih adakah yg membuat kita tetap tinggal dan saling menggenggam satu sama lain?
Maka tenangku, perlu sekali mempertimbangkan; penerimaan dan ketenangan hati ketika memilihnya.
Ia, yang bersamanya membuat kita merasa tenang meski sedang dirundung ujian.
Ia, yang bersamanya membuat kita merasa berharga dengan penerimaan tanpa perlu sibuk memikirkan pembicaraan.
Kita begitu nyaman, lalu saling menenangkan. Keduanya bisa saling berbagi tawa dan kebahagiaan meski sedang diuji kekurangan. Tidak saling jumawa ketika sedang diuji kelebihan, namun tetap saling mengingatkan agar tetap mengutamakan keimanan.
Senin, 23 September 2019
Penelitian Ilmuwan Mengenai Perbedaan Otak Laki-Laki dan Perempuan
Laki-laki dan perempuan Allah karuniai perbedaan sebagai kelebihan satu sama lain untuk saling menyempurnakan. Dari kajian ilmiah Rumah Ilmu bersama dr. Aisyah Dahlan ini dikupas mengenai perbedaan kedua makhluk unik itu, diantaranya:
1. Laki-laki mengeluarkan kata dalam satu hari sebanyak kurang dari atau sama dengan 7000, sedangkan perempuan mengeluarkan kata dalam satu hari bisa mencapai 20.000
Perbedaan yang sangat signifikan, maka tidak heran kalau laki-laki cenderung irit berbicara. Sedangkan perempuan lebih aktif alias cerewet karena kebutuhan kata hariannya berbeda. 😂
2. Otak kanan laki-laki lebih dahulu berkembang dibanding otak kirinya pada usia sebelum 18 tahun. Otak kanan ini berkaitan dengan imajinasi, kreativitas, ide, hikmah, dan bersikap santai, fleksibel dsb. Setelah 18 tahun otak kiri laki-laki berkembang bersamaan dengan otak kanannya. Otak kiri berkaitan dengan analisa, perhitungan, dsb.
Berbeda dengan perempuan, otak kiri dan kanannya berkembang bersamaan. Namun, otak kanan perempuan kalah dominan dengan otak kanan laki-laki. Kenapa seperti itu? dr. Aisyah menuturkan, karena laki-laki memiliki tanggung jawab besar sehingga membutuhkan banyak ide untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi untuk keluarga dan lingkungannya.
3. Otak kiri dan kanan laki-laki tersambung sedikit sehingga lebih mudah fokus terhadap satu pekerjaan setelah 10 menit awal. Namun, memiliki kesulitan dalam hal multitasking. Berbeda dengan perempuan yang otak kiri dan kanannya tersambung dengan lebih banyak, bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Misal, sambil nyetrika sambil curhat sambil nonton televisi dsb 😂
4. Perempuan lebih dominan hormon estrogen dibanding hormon testosteron. Sehingga perasaan lebih dominan dibanding logika berpikirnya. Berbeda dengan laki-laki yang lebih dominan hormon testosteron sehingga lebih dominan logika dibanding perasaaan.
5. Perempuan berharap mendapat laki-laki yang berbahu lebar, kekar, gagah tapi juga penuh perhatian, lembut, peka terhadap kebutuhan wanita, dan pandai berkomunikasi. Namun, perempuan tidak bisa sepenuhnya menuntut mereka agar sepenuhnya penuh perhatian, peka terhadap wanita, dan pandai berkomunikasi seperti kita. Kata beliau, ada ilmunya harus dipelajari dulu. Wkkwkw
6. Perempuan kalau sedang kesal tidak suka berterung terang. Misal ditanya, "kamu marah ya?" Nah, jawaban perempuan itu biasannya, "nggak." Padahal masih harus ditanya sampai mau berterus terang. Berbeda dengan laki-laki kalau sedang kesal ia bisa berterus terang. Betul nggak nih kamu hawa dan kaum Adam? 😆
7. Perempuan ketika tertekan butuh bicara, maka ketika tertekan perempuan tidak boleh ditinggalkan ia butuh didengarkan. Berbeda dengan laki-laki, ketika tertekan ia tidak mau bicara. Laki-laki butuh dipahami, bahwa ketika ia lelah atau sedang mendapatkan masalah tidak mau ditanya-tanya. Biarkan ia, agar bisa terfokus berpikir pada penyelesaian masalahnya. Karena laki-laki, adalah pahlawan dalam problem solving. Berbeda dengan perempuan, bahkan sampai hal kecil pun ingin ia ceritakan, karena memang seperti itu kebutuhan dan fitrahnya.
8. Perempuan ketika curhat hanya ingin disimak, sementara laki-laki ketika ada yang curhat ia langsung terfokus pada menawarkan solusi. Perempuan ingin banyak didengarkan, laki-laki sebagai pemimpin karena fitrah tanggung jawabnya mereka adalah pahlawan yang mendamaikan dan melindungi.
Sesudah bercerita perempuan biasanya akan mudah segar lagi. Ketika curhat, mereka sebetulnya hanya ingin dimengerti dan lebih diperhatikan katanya. wkwkw 😆
9. Ketika berbicara, perempuan menyukai kontak mata. Berbeda dengan laki-laki, mereka kurang menyukai kontak mata. Secara anatomi sudah seperti itu.
10. Laki-laki sudut pandang matanya memanjang lurus ke depan, perempuan sudut pandang matanya bisa melebar ke samping arah. "Sehingga ketika mencari sesuatu perempuan lebih mudah menemukan bukan?" Kata dr Aisyah nya. 😂
11. Perempuan mendapat kesulitan membaca peta atau petunjuk jalan. Laki-laki tahu arah dengan pasti. Karena ketebalan otak tengahnya yang berbeda berdampak pada kemampuannya dalam membaca petunjuk arah.
12. Berbelanja bagi perempuan merupakan kebahagiaan. Sedangkan bagi laki-laki berbelanja adalah teror. 😆
Laki-laki hanya sanggup 20 menit pertama untuk berbelanja, setelah itu bosan pusinh dsb. Apalagi perempuan bisa berkeliling sampai berjam-jam. Kwkwkw 😆
13. Wanita menonton acara dengan tekun, pria suka mengganti saluran Televisi.
14. Letak emosi dalam otak. Laki-laki otak emosinya dua lubang dan besar di otak kanan. Perempuan otak emosinya lubangnya di kedua otak. Sehingga ketika perempuan sedih, ia tidak pandai menyembunyikan kesedihannya. Berbeda dengan laki-laki, karena otak emosinya di otak kanan maka ketika ia sedih yang terganggu adalah otak kanannya. Sementara otak kiri tidak terganggu, sehingga ketika ia sedih tidak terlalu tampak dalam wajahnya.
Berbeda ketika marah, apabila perempuan marah sekali maka ia akan diam dan sulit ditanya. Laki-laki ketika marah sekali bisa sampai berteriak.
Nah, barangkali sekian dulu pembahasan mengenai perbedaan otak laki-laki dan perempuan. Bagaimana Ibu-ibu, Kakak-kakak, sudah merasakan dan menemukan perbedaannya kah dalam kehidupan sehari-hari? Terutama yang punya ayah, pasangan laki-laki, anak laki-laki atau murid laki-laki, sudah pahamkah sekarang kenapa mereka begitu? 😆
Pada akhirnya, keduanya diciptakan dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing. Tugas kita belajar memahami satu sama lain, menerima adanya, dan mempelajari ilmunya demi terciptanya dinamisasi hubungan yang harmonis antara makhluk dari Venus vs Mars ini 😄
Lisan oh lisan
Lisan seringkali ingin mengucapkan banyak keburukan yang dilihat dan tak sedap dipandang mata. Meluapkannya dalam bentuk kemarahan atau bahkan gibahan di tempat yang berlainan.
Lisan seringkali ingin mengungkapkan berbagai kegondokan karena keburukan yang dilihat dan tak sedap dipandang mata. Tak hanya tak sedap dipandang tapi juga mengganggu pikiran. Kita punya ekspektasi dan idealisme sendiri-sendiri berbenturan dengan kebiasaan dan prinsip hidup orang lain yang berbeda-beda.
Lisan seringkali ingin mengucapkan keburukan-keburukan. Kebiasaan jelek orang lain, perkataan orang lain yang tidak mengenakan hati, karakter yang tidak baik menurut kita, prinsip dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda.
Lisan oh lisan ....
Karena ulahmu bisa terjadi banyak bahagia ....
Lisan oh lisan ....
Karena ulahmu pula bisa terjadi banyak bencana
"Tutupilah aib saudaramu. Maka aibmu akan ditutupi." Begitu dalam sebuah hadits.
Kita satu sama lain ibarat pakaian. Saling melindungi memperbaiki dan menjaga kehormatan mereka. Aib mereka bukan untuk diumbar ke sembarang orang memuaskan dahaga nafsu gibah belaka. Ketidakbaikkan mereka bukan untuk diumbar ke teman terdekat sekalipun berkedok curhat.
Jika sekedar membuang sampah dari jiwa, jika sekedar melegakan pikir dan resah di dada, coba dipikir-pikir lagi betulkah dengan berbicara dan mengumbar bisa menyelesaikan masalah yang berkobar?
Barangkali komunikasimu yang kurang baik. Barangkali komunikasimu yang kurang lancar, dan komunikatif. Kelola egomu, buang nafsu jahatmu untuk mengumbar ketidakbaikkan orang lain. Kamu dan mereka ibarat pakaian, saling melindungi saling menjaga kehormatan. Mengumbar aib mereka sama saja sedang mengumbar keburukanmu sendiri.
"Tutupilah aib saudaramu. Maka Allah akan tutupi aib dan keburukanmu." Begitu kata sebuah hadits.
Minggu, 22 September 2019
Menulis Meliarkan Imajinasi
Menulis itu meliarkan imajinasi. Imaji-imaji yang berkelindan bersama kejadian sehari-hari.
Menulis itu menangkap makna tak kasat mata, merangkumnya menjadi sebuah pembelajaran.
Menulis itu, melegakan pikiran menuangkan pemikiran katarsis bagi jiwa-jiwa yang duka luka maupun menuangkan bahagia.
Tulisanku masih belum jelas mau ke arah mana, aku suka fiksi juga suka menuliskan nonfiksi.
Fiksi bermain dengan imajinasi, menciptakan plot twist yang tak terprediksi. Aku suka membacanya, mendebarkan kepenasaranku kala membaca.
Aku suka non-fiksi, banyak hal yang bisa dituliskan dari kejadian sehari-hari. Menjadikannya pembelajaran, menghubungkannya dengan penelitian-penelitian, membagikannya dengan harapan memberikan kebermanfaatan untuk kebaikan hidup melewati hari.
Cenderung kemanakah tulisanku?
Hmm ....
Setelah cukup lama kupikirkan. 😅
Fiksi aku suka, namun ternyata beluk cukup mahir membuatnya. Non-fiksi juga aku suka banyak hal yang bisa dituangkannya. Memancingku membaca lebih banyak, untuk menghasilkan tulisan yang lebih berilmu pengetahuan.
Sepertinya, kebanyakan isi blogku adalah non-fiksi. Meski sebagian ada juga yang fiksi namun masih bisa dihitung jari.
Baiklah, aku memilih non-fiksi menjadi branding diri. Xixi semoga bisa belajar lebih dengan semangat dan kesungguhan agar tulisan yang tercipta diramu hingga menghasilkan tulisan yang berkualitas, memberikan kemanfaatan, dan inspirasi. Utamanya untuk diri sendiri, harapannya juga untuk orang lain pembaca blog ini.
"Semangat sungguh-sungguh belajar. Man Jadda wa Jadda." #Pengingat diri.
Sabtu, 21 September 2019
Prasangka Baik
Bukan beban hidupnya yang berkurang, namun cintanya yang bertambah. Bukan tidak ada masalah hidup yang menyerang, namun kelapangan hatinya yang semakin kuat.
Sehingga ia menjadi semakin kuat dan ringan menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
Kita tidak tahu yang terjadi adalah rahmat atau musibah. Tugas kita hanyalah selalu berprasangka baik pada Allah.
Sedih dan bahagia. Dua rasa dalam kehidupan yang nyata adanya. Kita tidak tahu itu rahmat atau musibah tugas kita hanyalah berprasangka baik pada Allah.
Karena berprasangka baik adalah sikap paling mulia pada Dzat Yang Maha Mulia.
Oleh-oleh
Ada yang lebih bermakna, dari oleh-oleh yang ia bawa. Selain senyum dan ketulusannya, ialah perhatian dan kesediannya berkorban.
Oleh-olehnya mungkin sederhana, namun tidak sederhana karena dibawa dengan perjuangan dan berlelah-lelah.
Senang sekali rasanya, jika ada yang memberi oleh-oleh. Namun, bukan berarti membudayakan meminta-minta.
Ada yang lebih bermakna dari oleh-oleh yang ia bawa, yakni ingatan dan kebaikan yang ia tunjukkan.
Ada yang lebih bermakna dari oleh-oleh yang ia bawa. Mencukupkan diri tidak meminta, berterima kasih atas segala niat baik dan cinta.
Merantaulah, Nak!
Merantaulah akan kau temukan orang-orang yang awalnya tak kau kenali menyayangimu.
Mereka bahkan tidak sedarah berbeda suku dan bahasa, namun merantaulah. Bertebaran Rahmat Allah di belahan bumi yang lain.
Merantau demi menuntut ilmu, melatih kemandirian dan memupuk rasa rindu, merantau demi mencari keberkahan di bumi Illahi.
Banyak rezeki-rezeki yang kau dapatkan secara tak terduga, banyak teman dan kenalan yang menjadi saudara. Mereka ada membantu, menyayangi, dan menganggapmu sudah seperti keluarganya sendiri.
Merantau itu ajaib. Kau datang dari belahan bumi bagian mana tanpa tau akan bertemu siapa, lalu di ujung sana sudah Allah siapkan hadiah kejutan-kejutan yang akan menyambutmu tanpa pernah kau duga.
Jangan pernah ragu dan takut untuk mencari rahmat Allah di bagian bumi yang lain. Rahmat Allah terbentang luas dimana-mana.
Rabu, 18 September 2019
Sahabat :")
Namun, ia tetaplah ia. Sahabatku ....
Di hadapannya aku bisa menunjukkan sisi paling rapuh. Di sampingnya, aku bisa menangis dengan sangat kekanak-kanakkan. Lalu apa yang ia lakukan?
Ia sudah paham aku dengan segala lebih dan kurangku. Ia menertawakan kerapuhanku, mencerca tangisku. Tapi, ia juga yang paling pertama membasuh lukaku. Membantu laraku agar segera ceria. Ia tak pernah berat untuk mengulurkan tangan.
Aku menangis sambil tertawa. Aku tertawa sambil menangis. Sahabatku yang selalu ada, tidak pernah meninggalkan meski aku beribu kekurangan. Meski aku berkali merepotkan. Bahkan selalu paling peka menanyakan bantuan. "Apa yang bisa aku bantu? Segitu aja nangis hayolah jangan cengeng." Ucapnya.
Aku terharu juga bahagia. Terima kasih sahabat selalu ada.
Terima kasih teladan, tetap jadi sahabat meski nanti jarak dan alam memisahkan ya. :)