Senin, 29 Februari 2016

Ini, Tentang Sesosok Mawar Berduri



Ciputat, 28 Februari 2016.
            Langit malam di guyur hujan, hingga pagi masih enggan untuk berhenti. Menemaniku, menyapa pagi penuh damai. Menatap sekeliling kehidupan, meraba pada keabstrakan mantra hayati. Bertemankan mendung awan, dan gemericik air turun menyambangi bumi riang.
            Aku kembali melanjutkan aktivitas tugas kehidupan.
Ada hal yang mengusikku beberapa waktu ini, ia berlari-lari kecil tapi pasti memenuhi ruang pikir dalam rongga otakku. Satu kata “Perempuan”.
Yah, perempuan. Makhluk penuh sensitive anggun menawan nan penuh pesona anugerah Illahi bak berlian penuh kemilau membuat cemburu bidadari.
Perempuan memang unik. Hadirnya mampu menyempurna kehidupan seorang insan. Tak terelakkan, tanpa hadirnya dunia akan terasa bimbang, sepi, dan tidak seimbang. Sekiranya, begitulah pandangan saya terhadap kaum perempuan. Kaum yang begitu mulia. Kaum yang menjadi tiang Negara dengan perannya. Dan kaum yang konon katanya dahulu, pernah didiskreditkan keberadaannya di muka bumi ini.
 Huh, sakit rasanya ya membaca kisahnya. Anak-anak perempuan di kubur hidup-hidup. Ketika kelahirannya tiba, merah padam pemilik rumah menyambutnya. Kaum perempuan hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu pada masa itu. Dan yang lebih parahnya, nyawa perempuan adalah tergantung hidup suaminya. Ketika seorang suami telah meninggal, maka istri nya pun harus ikut di bakar atau di kuburkan.
Sekelumit kisah, nasib, dan perlakuan dunia terhadap kaum perempuan pada masa dahulu. Sebelum mentari itu datang. Sebelum dunia membuka tirai kegelapannya. Sebelum pintu-pintu kebaikan terbuka lebar bagi sesiapa saja yang menginginkannya.
Yah, tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awal 571 Masehi. Telah lahir, seorang putra yang akan membawa risalah kenabian. Dari seorang Ibu yang luar biasa. Ibunda Siti Aminah namanya. Menghancurkan segala bentuk kebathilan.  Memadamkan segala bentuk kesyirikan. Meluluhlantahkan segala bentuk kedzaliman. Gelap berganti cahaya, remang berganti terang benderang. Ketakutan sirna, kebaikan merajalela, benci dendam telah tiada berganti damai dan penuh cinta.
Allah … Pemberi Keadilan Maha Kasih sayang .
Terima kasih telah mengirimkan pada kami hamba pilihan-Mu yang membawa petunjuk, bagi kebahagiaan dan kebaikan dunia akhirat kami. Yakni Habibana Wa Nabiyana Muhammad SAW.
Makhluk Allah yang paling dicintai oleh-Nya, Allah berkata dalam salah satu hadits qudsi-Nya. Tidak akan aku ciptakan langit dan bumi beserta seluruh isi-Nya kalau bukan karena beliau. Subhanallah …
Dari situlah tonggak perubahan peradaban zaman kehidupan. Tepat berapa ribu ratus tahun yang lalu. Islam menyuarakan ajarannya yang     universal. Mari memuliakan sesosok makhluk ajaib bernama “Kaum Perempuan.”
Sebelum saya membahas lebih jauh tentang bagaimana agama semesta ini memawarkan mutiara bernama perempuan.
Kembali, pada hal yang mengusik pikiranku beberapa saat ini.
Suatu hari, di siang yang penuh cerah. Bersama rekan-rekan anak asuh lainnya. Tepat, pada tanggal 14 Februari Yayasan Bait Al-Hasan mengadakan Pengajian Parung Bulanan seperti biasanya.
Tapi, kali ini ada sesuatu yang beda dan lain dari biasanya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengajian kali ini diadakan bertepatan dengan hari yang sebagian kaum muda menyebutnya “Hari valentine” / “Hari Kasih Sayang”.
do you know what day is it ?

Perayaan yang tidak ada sejarahnya dalam Islam untuk di rayakan. Bahkan, jika kita mau menilik sedikit saja sejarah tentangnya sungguh mengerikan. Karena di dalamnya, ternyata adalah sebuah pesta kemaksiatan. Dimana pada masa itu, seorang yang dianggap sebagai pengganti dewa kesuburan dan kasih sayang mengadakan undian bagi kaum adam untuk  berhubungan dengan lawan jenisnya yang belum halal. Dan itu, dilakukan berulang kali.
Sungguh mengenaskan ya dilihat dari sejarahnya.
Terlepas, dari berbagai persepsi berbeda orang terhadap hal itu. Setiap orang memiliki hak dengan argumennya sendiri-sendiri.
Yang ingin saya titik beratkan disini adalah diskusiku dengan para remaja pada hari itu. Setelah berhasil membahas sejarah valentine, dan tak terasa obrolan renyah kami saat itu berlanjut pada pertanyaan dan curahan hati mereka *cieelaaah curhat yaa :D
Dari sebagian besar mereka yang mengadukan, katanya bahwa pergaulan sebagian anak muda zaman sekarang sudah semakin parah. Meskipun tidak semuanya seperti itu. Aku yakin banyak sekali pemuda-pemudi yang hebat menjaga pergaulannya dengan baik dalam koridornya.
Dari situ, ada yang bilang bahwa remaja mereka ada yang hamil sebelum menikah. Dan itu tidak hanya satu. Lagi-lagi hatiku mengiris pedih dalam kalbu. Perempuan kembali tak meletakkan kehormatannya pada tahta tertinggi. Sedih. Dan mereka banyak bertanya tentang hal ini itu tentang perempuan.

Yang pada akhirnya, aku meringkas simpul.
Perempuan itu ibarat sebuah kaca. Ketika ia sudah pecah berkeping-keping, akankah pecahan-pecahan tajamnya itu  kembali bersatu padu indah membentuk sebuah kaca yang utuh kembali. Saya katakan dengan tegas,” Tidaaaaaaaaak !.”
Perempuan … aku selalu kagum pada dirimu yang penuh gelar kewibawaan seorang putri dan Ibu bagi pertiwi …
Aku selalu ingin mengajak teman-teman perempuan semua, dalam kedua tanganmu ada dua hal yang begitu penting. Ingatlah ini :
Izzah dan Iffah adalah dua hal yang harus di genggam di setiap tarikan nafas dan hentakan kaki.

Setelah diskusi menyenangkan dengan remaja-remaja hebatku hari itu, mereka request pertemuan selanjutnya untuk membahas “Betapa Islam begitu memuliakan kaum perempuan”.
Senang melihat antusias mereka terhadap materi ini, tapi ini juga tantangan bagiku akankah aku mampu menyuguhkan materi yang bagus dan syarat hikmah sesuai tuntunan Islam tentang materi perempuan ini mengingat kemampuan diri yang masih harus banyak belajar.
Ah. Perempuan. Kemilaunya memang mampu menyilaukan setiap mata yang memandang. So, hati-hati memandang kami ini yaa hahhaha :D
Ada kalanya aku, memadu pikir bahwa anak perempuan yang hebat dan mampu bersahabat dengan kebaikan alam adalah seorang yang tak pernah lepas dari bidadari hebat di belakangnya. Yups, yaitu Ibu dan keluarganya. Betapa ilmu mendidik itu sangat luas. Tak hanya sejengkal ujung jari kita. Barangkali, inilah yang harus menjadi fokus utama kita.
Simak yuk, sabda Rosulullah di bawah ini :
 اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)
Sabda Rosulullah Muhammad SAW di atas sungguh luar biasa, menyuruh kita para ummatnya untuk senantiasa memuliakan perempuan. Mutiara yang hendaknya selalu di jaga, oleh semua pihak. Di sayangi, sesuai dengan hak beserta kewajibannya.
Tidak peduli apapun profesimu saat ini ataupun impianmu kelak. Perempuan tetaplah akan menjadi seorang pendidik pertama bagi akal dan jiwa seorang anak.
Menurunkan, gen dominan bagi kecerdasan seorang anak.
Zaman mungkin, akan semakin edan dengan segala perkembangannya. Tapi, itu tidaklah berarti kita harus melupa. Bahwa kita masih mempunyai mutiara itu. Mutiara pencerah kebimbangan masa, mutiara penegak panji-panji peradaban bangsa.
Dengan mendidiknya, berarti kita telah membantu mendirikan sebuah bangsa yang kokoh.
Seperti sabda Rasulullah, yang artinya “ Barangsiapa yang memelihara dan mendidik seorang anak perempuan diibaratkan ia telah memelihara kehidupan seluruh ummat manusia.”
“Barang siapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku”
(Anas bin malik berkata : Nabi menggabungkan  jari-jari jemari beliau)
(HR. Muslim 2631)
Di suatu malam, ketika aku hendak mengajar privat  tetangga rumah. Berselang beberapa rumah. Menyeberangi jalan yang cukup ramai dengan mobil dan motor.
Bathinku menggelitik, ku coba menjelaskan pandanganku di keremangan malam yang tanpa purnama itu.
Ada dua orang anak perempuan, tengah berjalan-jalan bersama. Aku menduga mereka adalah dua orang sahabat karib. Setelah kuteliti wajahnya, ternyata ia adalah anak yang ku kenal dan akan aku kunjungi rumahnya untuk mengajar privat. Setelah sampai, di rumahnya Ibunya menyambut seraya berkata bahwa anaknya sedang keluar.
Entahlah, ada sedih berdesir menerpa hatiku kala itu. Aku tidak pernah mau menyalahkan siapapun atas kejadian itu. Hanya terkadang, aku hanya ingin bilang jangan sampai anak kita merasa kesepian ketika di rumah sehingga lebih memilih mencari kenyamanan di luar rumah.
Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
 “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)
Terdapat ganjaran yang besar bagi orang tua yang mengayomi anak perempuan mereka, berupa nikmat syurga, terhalangi dari siksa api neraka, dan kedekatan bersama Nabi SAW.
Subhanallah ya, bagaimana Islam begitu memuliakan kaum perempuan.
Mengambil sebuah quote bagus dari status teman yang mengatakan bahwa,” hanya ada satu hal yang kurang dari wanita, dia lupa bahwa dirinya begitu berharga.”
Wallahua’lam …
Jauh dari kata baik dan sempurna, kritik serta saran sangat aku nantikan ya terhadap tulisan ini. Thank you … Wassalamu’alaikum … Uhibbukum fillah  J

Selasa, 16 Februari 2016

Saat hening syahdu malam ini

Seperti malam ini, yang selalu menyiratkan berbagai kehidupan. Di belahan bumi ini, mungkin kita tengah sibuk berkutat dengan layar ajaib dan menuliskan huruf demi huruf demi menjadi sebuah paragraf yang runut dan penuh urut.
Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, di belahan bumi laiinya. barangkali saudariku ini sedang sama berkutat dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Ah iya, aku ingat. Saudariku saat ini tengah menjalani PPL nya. yap, Praktek Kerja Lapangannya di semester 6 sebagai bagian dari ketentuan untuk menyelesaikan pendidikannya.
ah, semoga engkau dan semua keluargaku tengah baik-baik saja ya teh.
Wajarlah mungkin, bila adikmu ini tengah merindu padamu teh. sama halnya aku sedang merindu pada saudara-saudariku dan ponakan-ponakanku yang lucu.
Bersama syahdunya suara adzan yang tengah Allah perdengarkan padaku.
Salam rindu dan cinta dari adikmu ini ya, Teh.
berharap Allah selalu menjagamu dalam kebaikan.
Sosokmu yang selalu bijak nan meneduhkan, semoga semua keluargaku dimanapun itu sedang berada Allah selalu menjaganya dalam nikmat rahmat-Nya.
Terima kasih untuk sayang yang selalu membekas pada adikmu dan senantiasa menuntunku untuk kembali padamu dengan beribu cerita yang akan engkau dengarkan.
I do love u my sisters.
Teteh-teteh kesayangan Allah.
Biarkan aku mencurahkan rinduku pada kalian dalam bait-bait doa di mustajab waktu adzan iqomat saat ini.
Ana uhibbukum fillah, dear :)