Sabtu, 26 Januari 2019

Terkadang Inginku Begitu Sederhana. Lekaslah Bahagia dalam Bersama.

Inginku sederhana.
Bisa membersamai dan dibersamaimu dalam ikatan yang diridhoi Tuhan.
Cintaku mungkin tak lagi sederhana, perlahan ia menuntut kesungguhanmu membuktikan.

Ah, terkadang aku ingin sekali bisa bebas bercengkerama denganmu. Pergi kemana saja dengan bebas berdua denganmu saja. Sungguh, letupan bahagia ketika bersamamu itu nyata.

Namun, kuingat lagi. Tuhan tak meridhoi hal itu. Tuhan lebih suka kita saling menjaga kehormatan dan kemuliaan masing-masing. Saling menjaga dalam ketaatan dan peningkatan kualitas diri masing-masing. Saling menjaga dan mencintai dalam doa-doa yang lirih terdengar angin sebagai peringkas jarak dan obat bagi rindu.

Terkadang, aku ingin sekali bisa memperkenalkanmu pada dunia. Kaulah -kamuku. Teramat istimewa, hingga menjadi sekat bagi yang lain untuk mendekati. Namun, kuingat lagi. Saat ini kita masih belumlah jadi siapa-siapa. Kita masih dua orang yang belum terikat apa-apa. Jangankan secara agama, diakui secara negara pun masih belum nyata.

Terkadang, aku ingin sekali dengan bebas menghubungimu. Mengirimkan chat random, dengan berbagai cerita dan curhatanku tentang hari-hari yang dilalui, mimpi-mimpi, makanan kesukaan, kejadian menyenangkan dan tidak menyenangkan, anak-anak kecil yang lucu, guru-guru yang senang sekali berkelakar, atau cerita pedih di balik kuliahku, atau pertanyaan-pertanyaan mbrudulku untukmu.

"Hai, bagaimana harimu hari ini? Kemana saja? Atau melakukan pekerjaan apa saja hari ini? Hhmm atau kabar ikan di kolam rumahmu baik-baik saja?"

Hahaha

Terkadang aku ingin sebebas itu, semanja dan seterbuka itu bercerita, selaiknya orang-orang yang sudah ingin menggenapkan orang lain menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Namun, kuingat-ingat lagi. Memperjuangkanku dan 'kita' agar bisa segera ada dalam ikatan yang diridhoi Tuhan itu agak sedikit tak mudah. Karena ternyata banyak hal yang harus diperjuangkan terlebih dahulu untuk mencapai hal itu.

Lalu, kutahan inginku. Ku pupuk sabar dan syukurku agar menerima dan berbahagia dengan keadaan sekarang ini. Sekarang ini hal terbaik yang harus kita lakukan adalah; berjuang dan kerja keras. Supaya dapat memenuhi apa-apa saja untuk keperluan kita menikah dan hidup bersama nanti.

Sekarang ini hal terbaik yang harus kita -aku lakukan adalah, tidak boleh manja, kurangi kekanak-kanakan, childish, lembek, mental tempe, pemalas, kurang antusias, tidak produktif, tidak senang membaca, dan mudah sekali baper pada hal-hal negatif.

Untuk membangun peradaban yang baik, atas bersatunya kita -dua insan yang melebur menjadi satu semoga menjadi kebermanfaatan dan berkah yang luar biasa bagi keluarga, sesama, dan masyarakat sekitar. Maka hal pertama yang harus aku bangun adalah mental. Mentalku harus kuat, sikap pembelajarku harus gigih kulatih, pikiran cerdas dan kritisku harus terus kuasah, sabar dan penuh sayangku harus penuh kuisi ke dalam jiwa, dan tak lupa memupuk rasa syukur dan menerima atas setiap keadaan yang Allah beri sebagai keindahan tiada tara.

"Bahwa Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya Maha Penyayang hamba-hamba-Nya, sudah memberikan begitu banyak nikmat pada kita. Selayaknya yang kita lakukan adalah berusaha senantiasa lebih baik dari hari ke hari dalam ketaatan dan mencari keridhoan-Nya."

Maka, tak apa jika saat ini kita berjarak. Maka, tak apa jika saat ini kita bahkan jarang berkomunikasi. Maka, tak apa jika saat ini kita harus memendam rasa -rindu sayang cinta dlsb.

Karena sekarang yang terbaik bagi kita adalah bersabar dan menjaga. Berikhtiar bersyukur dan berdoa. Semoga yang terbaik dari harapan-harapan kita bisa segera terlaksana dan mendatangkan banyak kebaikan dan penuh keberkahan bagi keselamatan kebahagiaan kebaikan dunia akhirat kita.

Tak apa sekarang kita tak bersua, asal kelak kita bisa selalu bersama dalam setia dan bahagia.
Tak apa sekarang kita tak banyak kata panjang bercerita. Asal nanti saat kita bersama, cerita dari kita adalah hal yang selalu dinanti selepas pulang bekerja.
Tak apa sekarang kita bahkan tak bisa saling menggenggam tangan ataupun dengan bebas memandang, asalkan kelak jiwa-jiwa dan fisik kita adalah dua yang menjadi satu. Tak terpisahkan, saling terpaut dalam ikatan yang kuat dan takkan terlepaskan hingga bersama ke syurga-Nya yang abadi.

Tak apa, aku akan sabar menanti. Tak apa, aku akan sabar menerima. Tak apa, aku akan sabar mencintai dan tabah dalam setia.

Asal kelak, kita bisa bersama dalam sebenar-benarnya bahagia. Bahagia -sebagai kado dari Tuhan atas kesabaran-kesabaran kita dalam menjaga.

Selamat menjaga, selamat bersabar, selamat berjuang bersama, selamat dalam penuh kesyukuran setiap harinya. Selamat mempercantik, mempercerdas, nan memperindah diri. Semoga segera disatukan dalam ikatan yang diridhai dan diberkahi Tuhan Pemilik Seluruh Semesta Alam.

`Dari aku, gadismu.
Ahad, 27 Januari 2019. Pukul 01:53 dini hari, perempuan yang tengah merinduimu. Semoga Allah selalu menjagamu, menjagaku, keluargamu, keluargaku, dan seluruh manusia di alam semesta. ***

Kamis, 24 Januari 2019

Bukan Romantisme Biasa

Kita mencintai jiwanya, bukan sekedar fisiknya.

Fisik-fisik itu mungkin saja berjauhan, tapi jiwanya tidak.

Ia melekat kuat dalam tabungan bernama -rindu.

Dan romantis tak selalu dengan hal-hal fisik, ada yang lebih bermakna dari itu.

Hal-hal sederhana, namun mampu membuatmu bersyukur dan bahagia bersamanya.

Rasanya, itu lebih dari sekedar romantisme biasa.

`Karang Tengah, 24 Januari 2019

Senin, 21 Januari 2019

Puisi Pendek

Mencintaimu adalah salah satu bahagiaku.
Merindukanmu adalah rutinitas harianku.
Mencintaimu dengan amat, sangat.

Jumat, 11 Januari 2019

Bersediakah berjuang bersama, Tuan?

Menikah mungkin tak selalu mudah. Namun, di dalamnya aku menyemai harapan bahwa bersamamu –yang tidak mudah bisa kita lewati dengan indah. Menikah mungkin tak selalu mudah. Namun, mencintaimu di setiap hariku –mampu membuat yakin menepis lemahnya harapan.

Aku yakin, pertolongan Tuhan akan selalu ada bagi kita. Meski aku tau, jalan yang hendak kita tempuh di depan sana masih panjang dan baru saja permulaan –memantapkan hati untuk melangkah pada ikatan yang lebih dicintai Tuhan dan diakui negara.

Aku, perempuan yang kadang keras kepala. Namun, entah bagaimana bersamamu tenang dan bahagia itu ada tanpa harus mengada-ada, sekedar untuk meluluhkan rasa.

Aku perempuan yang kadang manja, namun entah bagaimana bersamamu aku percaya aku bisa jadi lebih dewasa. Maafkan, di dekatmu aku sungguh bisa jadi sangat manja. Sekedar menumpahkan rasa –rindu tiada tara. Memecahkan endapan rasa terhalang jarak dan nuansa.

Sayaang, hidup mungkin tak selalu mudah. Ia menawarkan berbagai rasa, kadang kecewa kadang putus asa, kadang digjaya, kadang menista, ya dunia memang keras menempa kita. Ia menantang kita bekerja lebih keras, bersabar lebih luas, melantunkan syukur lebih ikhlas. 

Namun, dalam segala keterbatasan dan perjuangan yang tengah kita rasa, aku tak pernah kehilangan bahagia dan percaya. Bahwa di setiap langkahku, Tuhan tak pernah meninggalkanku.

Untuk niat baik yang tengah kita azzamkan. Genggam erat tanganku, Tuan. Aku bukan perempuan yang hanya akan menemanimu kala senang saja. Karena aku percaya dalam setiap pengorbanan dan ketulusan, Tuhan tengah membentangkan cinta kita lebih panjang melebihi rentang usia.

Suka duka, bahagia tertawa. Ada banyak kekurangan dari diri kita. Kita pun saling mengetahui itu. Tapi, terima kasih untuk tetap menerima. Aku pun tak berharap melebihi masa. Kamu dan aku dua insan yang tengah berusaha. Tak kenal lelah melangitkan asa. Semoga bahagia dan ridha-Nya dapat kita raih bersama.

“Jangan pernah ragu memperjuangkan rasa, ada Tuhan Sang Penggenggam jiwa. Ayo, kita melangkah ke jenjang yang lebih diridhai adanya.”



~‘Perempuanmu yang akan terus beranjak tua. Maukah temaniku bersama hingga tak ada lagi usia? Berjuang bersama merajut harapan dan keyakinan akan kasih sayang dari-Nya.”