Senin, 02 Oktober 2017

Sore di Surau itu

Sore yang semarak di pelataran mesjid kampung yang tenang. Ramai dengan riuh anak-anak bermain aneka permainan tradisional. Lompat tali, anak tangga, bercanda tawa bersama. Ada pula yang kebagian jadwal membacakan ayat-ayat Al-quran menjelang maghrib, yang kami sebut tadarusan.

Disana, di sebuah bangunan berdinding cat serta lantai putih yang lumayan luas. Kami mengukir sejarah. Menggurat tinta hitam pada kertas, lalu menyimpannya dalam-dalam pada qalbu. Ingatan kuat yang menjadi bekal kemanapun pergi kala beranjak dewasa.

Disana, kami mengenal sejarah nabi dan para sahabat. Menghafal bermacam surah pendek beserta arti. Bermacam doa beserta nyanyian dalam bahasa arab.

Tak berat kaki melangkah. Tak susah hati mengikuti titah. Dari sana kami memetik hikmah, belajar berbagai hal dari mulai aqidah sampai tata cara beribadah.

Sederhana, sesederhana ketulusan guru-guru membimbing kami tak pandang lelah. Tak pandang bulu kau anak pejabat atau anak konglomerat. Kau anak tokoh masyarakat atau warga biasa. Semua sama mendapatkan pelajaran berharga.

Di surau kecil, di mesjid yang tenang itu. Kami pernah menghabiskan masa kecil hingga remaja. Menyemarakkan sore hari selepas pulang sekolah, berkejar-kejaran, tertawa riang, bermain petak umpet, bernyanyi lafadz-lafadz suci, lalu melingkar mencuri ilmu dari guru-guru yang tulus mengabdi.

Sore itu, kini telah menjadi kenangan. Namun, tetap melekat dalam ingatan. Segala hal pelajaran yang seolah tak tau akan kami apakan, namun sekarang menjadi bekal terbaik perjalanan. Tentang keyakinan yang tertanam kuat dalam ingatan. Tentang kebaikan yang menginspirasi setiap ingatan.

#OneDayOnePost
#Bahagiadenganbersyukur :)

Tangerang, 3 Oktober 2017

Minggu, 01 Oktober 2017

Jatuh Cinta Berkali-kali Pada Orang Yang Sama dan itu setiap hari.

Jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama, dan itu kamu.

Merindumu berkali-kali, dan itu setiap waktu.

Aku selalu menemukan cara untuk mencintaimu, bahkan di saat aku lelah dan ingin pergi saja. Aku selalu menemukan celah untuk tetap mengagumi dan merindumu, bahkan di saat kalut dan krisis percaya diriku deras tumbuh.

Dear, terima kasih for everything u've given.

Kita sudah sampai disini. Dan ternyata kita sudah melewati banyak hal beberapa waktu ke belakang.

Terima kasih sudah bersabar menghadapi segala absurdku. Terima kasih sudah bersabar menghadapiku bahkan di saat-saat terburukku.

Rindu dan derai hujan pada balutan jarak dan sekat yang tercipta. Adalah sungguh ujian bagi kita. Dua sejoli yang saling mencinta.

Berlebihan. Ah, tidak. Dan itu realitanya.

Dada kita sesak karena menahan rindu ingin bertemu. Tersekat jarak dan sekat yang belum mengizinkan kita bertemu melepas rindu.

Setiap hal tentangmu dan rindu adalah candu yang seolah sudah mendarah daging dalam tubuhku.

Terima kasih sudah mencintaiku dengan segala kurang dan apa adanya ku. Terima kasih sudah menerima masa dan sisi kelamku.

Aku dan kau ditakdirkan berasal dari keluarga yang berbeda. Namun, untuk segala bijak dan penerimaan tulus darimu itu menakjubkan.

Dear, aku mencintaimu. Tapi aku juga terkadang takut. Aku menyayangimu tapi aku juga terkadang kalut. Aku merindumu tapi aku juga terkadang di dera rasa berkecamuk.

Cinta dan rindu yang sungguh menyesakkan dada kita setiap waktu adalah ujian bagi kita. Terlebih bagi kita, manusia-manusia yang tengah berjuang meraup cahaya ilmu-Nya yang amat luas.

Aku hanya berharap dan semoga, Allah  memudahkan setiap niat baik kita untuk mengharap ridha-Nya. Tidak mudah memang untuk sampai ke titik tujuan 'dimana kita akan bersanding berjanji di atas akad suci' menyatukan dua perbedaan menjadi satu.

Tapi, aku selalu berharap dan semoga ... Allah selalu menjaga kita dengan perlindungan terbaik-Nya, menunjukkan jalan terbaik yang penuh ridha serta keberkahan dari-Nya.

Saat ini yang bisa kita lakukan saat ini adalah bersabar. Bersabar saat alam menempa kita menjadi lebih kuat dan dewasa.

Ya, kita telah sampai di masa ini ya, dear. Masa dimana kita disebut bukan lagi sebagai anak-anak atau remaja.

Selamat mendewasa, terima kasih sudah bersama. Semoga bisa segera dipersatukan dalam ikatan yang diridhai. Sampai tua, sampai sama-sama ke syurga.

"Impianku sederhana. Menikmati masa tua bersamamu. Dan kelak berada di syurga di sampingmu."

Miss u so bad, love. 💕

Menjadi Dewasa itu Menyenangkan.

Ternyata seperti ini ya rasanya menjadi orang dewasa. Pikiran bercabang, target menghadang, mimpi terus saja berlalu-lalang, dan aku bahagia bukan kepalang.

Dulu, sewaktu masih kecil. Aku selalu ingin sekali menjadi orang dewasa. Enak ya jadi orang dewasa. Begini begitu, kerenn aja kelihatannya.

Dan tidak terasa, kini aku tengah berada di masa itu. Masa dimana aku menginjak usia dewasa. Belum banyak yang sudah kucapai, atau cita yang sudah tercentang rapi karena deretan kemenangan dalam genggaman.

Tapi, dari perjalanan waktu dan kehidupanku sampai saat ini sungguh banyak sekali hal yang harus aku syukuri hingga bisa berada di posisi seperti sekarang.

Aku tengah bergelut dengan perjuangan akademik, menuntut ilmu demi menjadi seorang terdidik.

Tak hanya itu, tuntutan menjadi orang dewasa ternyata bukan hanya perihal bagaimana mensukseskan dirinya sendiri. Tapi, lebih dari itu. Jauh dari lubuk hati, aku ingin sekali seperti mereka-mereka yang telah sukses di usia muda. Banyak berbagi dan menginspirasi, tak hanya untuk keluarga tapi juga untuk banyak kepala.

Proses. Inilah hal yang tengah aku dan kawan-kawan seperjuangan sabari agar segera dapat sampai ke tujuan dengan selamat dan tentu saja perjalanannya pun bukan sembarang perjalanan. Kami menginginkan perjalanan yang berkualitas, agar tak hanya sekedar berakhir dalam sebuah kertas tanpa makna yang berbekas bagi pemeluk bumi yang memiliki peradaban.

Banyak sekali ide, gagasan, cita-cita yang ingin aku wujudkan. Namun ternyata untuk menggapainya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aku masih terbentur sisi gelap diri, tersandung tenggelam dalam zona nyaman yang membunuh -kenaikan kualitas hidup, dan terjerembab dalam euforia masa muda.

Terkadang aku ingin berteriak! Mereka sudah sampai ke atas tujuan. Sedang aku masih saja merangkak pelan.

Terkadang aku ingin menampar diri! Kala mereka sudah tertawa riang merayakan kegemilangan. Aku masih saja berjalan terengah-engah untuk sampai ke tujuan.

Berontak! Jujur saja, aku ingin berontak pada diri sendiri. Yang berujung pada semakin membaranya semangat menggapai cita.

Kerikil, jalan berkelok, turunan curam, bahkan tanjakan yang memerlukan kesabaran. Tak ketinggalan menemani proses perjalanan masa hidupku ini.

Cita, cinta, nestapa, bahagia, dan berbagai macam rasa pengejawantahan dari macam-macam kecamuk mimpi di kepalaku adalah teman setia di kala terik mentari dan deras hujan mendera.

Sisi damai bathinku berkata, "Tetaplah berjuang, Nak. Kau sedang menapaki masa itu. Masa dewasa bermilyar rasa. Sabarilah prosesnya. Sesekali tengoklah kawan kau yang sudah lebih dulu sampai, namun jangan lupakan. Bahwa jalan dan ujian hidup setiap orang berbeda-beda. Maka berfokuslah pada hidupmu, berfokuslah pada cita, cinta, dan pencapaianmu. Kau hanya harus terus berjuang menggapainya, dengan sabar dan syukur atas setiap karunia Tuhan untukmu."

Kau dan ia berbeda. Maka jangan samakan. Fokuslah pada jatah dan elok cerita hidup pemberian Tuhanmu.

Menjadi dewasa itu menyenangkan, Nak. Banyak cita dan mimpi menghadang untuk kau gapai. Tentu bukan untuk dirimu sendiri. Tapi juga untuk kemajuan peradaban, dan banyaknya kemanfaatan bagi sesamamu. Dan terutama keluargamu.

"Semoga Allah kuatkan pundakku dan pundakmu, bersabar berjuang membangun peradaban masa yang berkualitas. Agar sejarah menuliskan tinta teladan atas nama kita bagi generasi bumi selanjutnya."

Karang Tengah menanti maghrib ditemani hujan.

#OneDayOnePost
#SemangatSukses
#SabardanSyukur :)