Minggu, 24 November 2019

Memilih Niche Blog (Tantangan Pertama Non-fiksi)

Di Minggu pertama kelas nonfiksi, dimulai dengan materi "Niche" oleh Kak Rindang. Beliau memaparkan bahwa Niche adalah fokus tulisan pada blog kita.

Memilih fokus "Niche" akan sangat bermanfaat terhadap produktivitas blog kita, diantaranya blog yang kita kelola menjadi lebih expert, bisa lebih mudah dioptimasi, menjadi rujukan karena tema yang fokus tadi, dan bahkan bisa sampai menghasilkan uang dari blogger.

Sejujurnya saya bingung ketika mendapat tantangan niche ini, karena isi blog saya masih gado-gado. Hehe

Namun, saya perlu mengerjakan tugas tantangan pertama kelas nonfiksi yaitu memilih niche dalam blog.

Nah, Kak Rindang memberikan beberapa pertanyaan nih supaya bisa membantu kita menemukan niche dalam blog sesuai passion atau kesukaan dan minat kita.

1. Apa sesuatu yang mudah bagimu

Menuliskan sesuatu berdasarkan pengalaman yang terjadi, atau menuliskan topik yang kusukai baik itu berdasar pengalaman, bacaan, atau tontonan.

2. Pikirkan rutinitas keseharian, apa kegiatan yang paling kamu tunggu-tunggu? 

Bertemu dengan keluarga, orang-orang tersayang, dan sahabat terdekat yang bisa berbagi / sharing tentang hal apa saja.

3. Apa hard skill yang kamu miliki? (contoh: menulis artikel, programming, Photoshop, menggambar, Bahasa Inggris) 

Maybe, menulis blog ala diary dan sedikit kemampuan berbahasa Inggris yang harus terus saya asah.

4. Apa soft skill yang kamu miliki? (contoh: gampang berteman, bisa presentasi yang menarik, percaya diri yang tinggi) 

Saya rasa saya cukup baik dalam hal percaya diri dan presentasi.

Nah, dari empat pertanyaan yang sudah saja tuliskan jawabannya saya disana. Jujur saja, saya masih pemula dalam dunia per-bloggingan apalagi tulisan non-fiksi. Sehingga masih harus banyak belajar dan mengenali tulisan diri sendiri untuk menemukan niche yang tepat pada blog saya.

Namun, bismillah untuk saat ini saya memilih niche blog saya adalah mengenai "cerita / hikmah yang saya temukan dari kejadian sehari-hari".

Seiring berjalannya waktu, semoga saya semakin giat belajar dan berlatih mengembangkan kemampuan diri sehingga dapat menemukan niche yang lebih tepat dan spesifik untuk blog saya ini.

Mohon kritik dan sarannya juga teman-teman. Terima kasih. Hehe

Simpul Ikatan Yang Kuat

Aku bisa menjalani kehidupan seperti sekarang wasilahnya adalah karena pengorbanan, usaha, dan kebaikan Mamah dahulu. 

Darahnya mengalir dalam tubuhku, kita pernah menjadi satu nafas dalam satu tubuh, satu rasa, satu jiwa, menyatu dalam satu raga. 

Ia adalah aku. Aku bersama jiwa dan raganya kemanapun melangkah pergi.
Mamah adalah cintaku. Darah dan pengorbanannya mengalir dalam tubuhku.

Raga yang pernah bersatu. Jiwa yang saling menyatu. Menyimpulkan simpul ikatan yang kuat, detak batin yang saling bertautan. Ada apapun denganku, batinnya akan terkoneksi dengan mudah.

Maka di sudut hidup yang mana aku bisa melupa ia adalah bidadari terindahku.
Aku ingin menyatu dengannya dalam bahagia dalam suka cita di dunia dan akhirat.

Pentingnya Apresiasi

Salah satu hal yang penting sekali dimiliki seorang pimpinan selain kebijaksanaan adalah sikap apresiatif terhadap karyawannya.

Usaha mereka untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya tidak bisa dianggap sepele. Tenaga, waktu, materi dikeluarkan demi totalitas pekerjaan mereka.

Mengapresiasi, menunjukkan empati dan peduli sudah cukup menenangkan rasa lelah mereka yang sudah bekerja!

Dalam lingkup pekerjaan, beberapa kasus kutemui. Ada pimpinan yang tak cakap mengapresiasi hasil pekerjaan karyawannya. Padahal mereka sudah bekerja keras, memberikan waktu tenaga dan pengorbanannya demi totalitas dalam pekerjaan.

Tak jarang, hal ini menimbulkan hubungan yang tak harmonis antara pimpinan dan bawahan. Hak-hak mendapat apresiasi yang layak yang tidak tertunaikan, akan menyebabkan menurunnya semangat dan totalitas dalam bekerja dalam lingkungan pekerjaan.

Menurutku, ketika lingkungan kerja sudah baik, pimpinannya pandai mengapresiasi maka karyawan akan lebih semangat dalam bekerja. Karyawan akan merasa bahwa kerja keras yang mereka berikan benar-benar dihargai sehingga semakin tercipta iklim kerja yang baik dan kondusif.

Sabtu, 23 November 2019

Sebuah Sikap; Tegas.

Laki-laki perlu sekali memiliki ketegasan, sikap mandiri, dan sikap bertanggung jawab. Hal itulah yang membuat laki-laki terhormat dan dipandang berharga.

Perempuan pun sama, terkenal dengan sifat perasa dan lemah lembutnya. Namun, camkan baik-baik, jauhi sikap tidak tegas dan mudah dimanfaatkan orang lain. 

Perempuan juga harus tegas, mandiri, dan mampu menunjukkan sikap atas pilihannya. Perempuan harus tegas, jangan lembek sehingga mudah diombang-ambing oleh perasaan dan kekurangajaran sikap laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

Laki-laki dan perempuan keduanya diciptakan dengan segala keunikannya. Untuk saling menyempurnakan, saling melengkapi, dan berkolaborasi. Bukan untuk saling menyakiti, saling mendzalimi.

Maka, cerdas tegas dan pintar dalam bersikap menjadi keharusan. Jadilah tegas dan cerdas. Namun, tak lupa halus dan welas asih. Tegas, bertanggung jawab, mandiri, jujur, dan jangan sampai menyakiti orang lain adalah sikap yang harus dimiliki oleh laki-laki perempuan. Sekali tidak ada sikap itu, kau bisa dzalim terhadap dirimu sendiri ataupun bahkan orang lain.

Kata-kata Positif

Apa yang kita katakan, apa yang kita pikirkan, akan berdampak terhadap diri kita sendiri.

Kata-kata positif seperti kata-kata penyemangat yang dilontarkan terhadap seseorang akan mampu mengembangkan senyum di wajah dan jiwa mereka.

Di kala sedih, mendapat ujian kehidupan, dukungan dan kata-kata positif, kata-kata sayang dan dukungan dari orang-orang terdekat kita akan sangat menguatkan batin kita melewati ujian tersebut.

Di kala bahagia, di kala bercanda, usahakan untuk selalu berkata-kata positif. Menghindari kata-kata negatif, semacam merendahkan yang bisa menyebabkan mereka tersinggung, sakit hati, dan gundah gulana.

Maka, kata-kata positif, kata-kata penyemangat, dukungan, sangat penting sekali menjadi keseharian lisan kita dalam berbicara. Selain bermanfaat bagi orang lain, juga menimbulkan banyak efek positif bagi diri sendiri. Karena tubuh mampu merespon kata-kata yang kita ucapkan sengaja atau tidak sengaja.

Senin, 18 November 2019

Teman Diskusi

Setiap orang pasti membutuhkan teman diskusi, entah ia berkepribadian introvert ataupun ekstrovert. Memiliki tempat untuk kita berbagi cerita sedih, bahagia, keluhan, atau sekedar bercandaan renyah dan curhatan apa saja menjadi kebutuhan psikologis kita.

Memiliki teman-teman yang mengerti dan bisa menjadi tempat tumpah dan berbagi, terbukti bisa menjadi salah satu sarana menyehatkan jiwa atau bisa disebut healing.

Bagi orang-orang introvert sepertiku, mungkin tidak mudah untuk percaya dan mau berbagi cerita. Biasanya orang-orang introvert, pemilih sekali dalam memilih teman diskusi dan bicara apa saja. Namun, jika ia sudah menemukan tempat yang dipercaya, nyaman dan menenangkan untuk berbagi cerita ia tidak akan segan-segan untuk terbuka.

Berbeda dengan orang-orang berkepribadian dominan ekstrovert, biasanya mereka lebih mudah berbagi cerita dan uneg-uneg di hati pada siapa saja. Itulah kelebihan mereka orang-orang ekstrovert, sangat easy going dan mudah dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Terlepas apapun kepribadianmu, kebutuhan jiwa kita tetaplah harus dipenuhi. Jauhi memendam masalah dan segala kepusingan kita sendiri. Hal itu, selain membuat kita tidak menemukan pencerahan dari pandangan orang lain juga bisa membuat kita lebih rentan terkena stress.

Semoga kita bisa menjadi teman diskusi yang menenangkan, teman bicara yang menyenangkan, dan teman yang mendengarkan dengan tulus serta empati. Mendengarkan, kata yang sederhana namun dampaknya bagi kesehatan mental sangat luar biasa.

Dan dalam hal ini, aku ingin mengucapkan terima kasih dan sangat bersyukur sekali kepada Kakak laki-laki dan kakak perempuan terhebatku. Kepada mereka aku senang berbagi cerita apa saja, kepada mereka aku senang berdiskusi berbagai macam hal yang kualami, aku senang menemukan pandangan dan wawasan mereka yang mencerahkan dan menenangkan.

Terima kasih Aa, terima kasih Teteh, terima kasih untuk pendengar yang menjadi perantara bahagia dan sehatnya mental kita. 


Minggu, 03 November 2019

Ragam Indonesiaku

Dari batik hingga khas tarian
Indonesia punya keragaman
Kaya akan kebersamaan
Toleransi dan penuh kehangatan

Indonesiaku yang damai
Elok nan permai
Jiwa-jiwa muda perisai
Orang-orang dewasa membersamai

Permadani hijau membentang
Gemericik air bersuara tenang
Menenangkan segala tentang
Mencerahkan pikiran dengan riang

Adat budaya yang kaya
Unik menambah pesona
Indonesiaku yang bercahaya
Damailah selalu dan jaya

Puluhan menteri telah dilantik
Dari yang kaya hingga yang nyentrik
Cerdas dan kreatif untuk mendidik
Anak-anak bangsa yang baik

Jayalah Indonesiaku
Ragam kaya budaya bangsaku
Aku bangga padamu
Beribu syukurku tinggal diatas tanahmu

Anak yang dibuang orang tuanya

Anak-anak remaja itu bukan nakal. Mereka berbuat onar barangkali hanya karena orang tua yang kurang perhatian bahkan menafikan kehadirannya sebagai makhluk di bumi.

Kamu tak percaya ada orang tua yang membuang anaknya di bumi ini?

Orang tua yang seharusnya mencintai dan menyayangi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Menjadi tempat mendapat pelukan dan kehangatannya di bumi. 

Namun ada yang tega membuangnya, meninggalkannya bersama kakek dan neneknya demi bisa hidup bebas bersama kehidupan pilihannya sendiri yang hedonis dan egois?

Kujawab dengan pasti, hal itu ada terjadi dan nyata!

Baru beberapa hari lalu kuajak bicara anak-anak yang terkenal sering berbuat onar itu. Usut punya usut ternyata mereka bahkan tidak mendapat pulang yang nyaman di rumah dari kedua orang tuanya.

***

Fagfirlii Ya Robbi ....
Semoga Allah kuatkan hati dan pundak orang tua kita dimanapun berada. Untuk menjadi orang tua yang penyayang dan amanah.

Semoga Allah mampukan juga, kita sebagai anak-anak untuk menjadi anak-anak penyejuk hati orang tuanya.

Aamiin YRA.

Semangatlah

Sendirian bukan berarti tidak punya teman. Hanya saja ia sedang berusaha mandiri tidak ingin merepotkan teman-teman yang mempunyai kesibukan.

Sendirian bukan berarti tidak mampu bersosialisasi dengan banyak teman, hanya saja baginya ia lebih nyaman bertan dengan ketenangan.

Tidak suka terlalu berbasa-basi. Barangkali itulah alasannya. Ada kalanya, ia sendirian. Dan itu bukanlah suatu kehinaan.

Bukankah kita tidak pernah benar-benar sendirian?
Ada malaikat-malaikat, ada Tuhan yang senantiasa bersama kita.

Sendiri ataupun berdua yang mana saja yang membuatmu tenang dan bahagia. Berfokus pada tujuan. Maka, pilihlah pilihanmu. Kamu berhak bahagia. Saatnya nanti, sedih dan perihmu akan diganti.

Bersabarlah, Allah bersamamu. Akan ia kirimkan banyak keberkahan dihidupmu. Tersenyumlah, semangatlah .... :)

Pahamilah

Cerbung Part V: Paijo, Tukiem, dan Surti.

"Halo, Paijo ..... Besok jangan lupa datang ke wisuda aku yaaa." Teriak Surti begitu sumringah lewat saluran telepon.

"Hah yang betul kamu, Sur. Sudah selesai kuliahnya?" Jawab Paijo tak kalah senang.

"Betul, Jo. Aku jadi wisudawati tercepat dan terbaik lulusan."

"Alhamdulillaah .... Oke, oke besok gue datang, Sur. Kebetulan gue lagi di Indo ngurusin nikahan gue sebulan lagi."

"Loh, loh .... Lu udah mau nikah aja, Jo. Ngeduluin gue sama si Tukiyem dong Lo. Curang nih. Etapi gue ikut seng, Jo. Serius. Lancar ya nikahannya."

"Iya, Sur. Makasih ya. Syukurnya gue juga udah keterima di perusahaan minyak di Jerman nih. Jadi nanti mau tinggal di Jerman aja sama anak istri."

"Wah, Lu keren banget dah, Jo. Selamat ya. Terus terus istri Lo mau ngapain ikut Lo disana?" Tanya Surti makin penasaran.

"Istri gue ya nemenin gue lah. Dia kan juga pinter ngajarin anak-anak tuh sama punya online shop  gitu. Ya, dia ngurusin gue sama anak gue nantinya. Terus jalanin hobinya itu deh. Yang penting dia seneng." Jelas Paijo mantap. Eh eh gimana itu si Tukiem dia bisa lanjut kuliah lagi?"

"Setahu gue sih bisa bahkan dia sekarang lagi pusing nyusun skripsi katanya hahaha. Nggak nyangka yah dia tukang molor di kelas akhirnya bisa sampai mau selesai juga kuliahnya." Ucap Surti sambil tertawa.

"Eh lu jangan salah, gitu-gitu dia juga cerdas otaknya. Punya bakat itu dia."

"Bakat apa, Jo?"

"Bakat molor tapi tetep pinter hahaha."

"Lu ada-ada aja, Jo. Yaudah besok datang yah ke wisuda gue. Tukiem juga gue suru datang. Nanti kita reunian." Seru Surti.

"Oke-oke, sekalian kita lunasin janji kita. Meskipun jauh tetap jaga persahabatan dan sukses bareng-bareng."

"Eh bentar-bentar ada WhatsApp masuk nih dari si Tukiem. Katanya dia Minggu depan bakalan sidang skripsi." Ucap Surti sambil membaca pesan di ponselnya.

"Alhamdulillaah ....  Kita bisa sukses bareng-bareng, Sur. Yaudah besok kita ketemu yah. See u. Dandan yang cantik yah besok, Sur. Ntar gue bawain bunga, bunga bangkai." Tukas Paijo.

"Sialan Lo, Jo."

***

Begitulah percakapan mereka beberapa tahun kemudian setelah melewati perjuangan dan didikan keras dari orang tuanya. Akhirnya, meskipun kepayahan mereka bisa sampai ke cita-cita dan tujuannya masing-masing. Jaga persahabatan dan sukses di masa depan.

Paijo, Tukiem, dan Surti.

~ The End.






Cerbung Part IV: Paijo, Tukiem, dan Surti.

Sekarang cerita Surti, di awal sudah kukasih tahu kalau Surti adalah seorang anak gadis dari keluarga sederhana namun memiliki ayah yang sangat sayang dan mendidiknya dengan tegas.

Rupanya, di kota yang berbeda dengan Tukiem dan Paijo. Ia pun sudah berkuliah sambil bekerja. Namun ternyata, di kerjaannya itu mengharuskan bekerja full dari pagi pukul 08.00 sampai dengan pukul 21.00 malam. Ia keteteran membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Ditambah badannya yang ringkih dan mudah sakit-sakitan.

"Pak, Surti mau berhenti kerja aja. Surti mau pulang kampung. Surti capek kerja disini, Pak." Curhatnya di telepon sambil menangis kepada Bapaknya.

"Mau jadi apa kamu kalau pulang kampung, Nduk. Disini kamu nggak bisa kuliah. Bapak nggak bisa biayai kamu. Yang sabar ya, Nduk. Kamu harus kuat. Bapak nggak akan izinin kamu pulang kampung sampai kamu bisa lulus kuliah." Bapak Surti menanggapi dengan lembut namun tegas.

"Surti nggak mau, Pak. Surti sering sakit gara-gara capek bekerja dan kuliah. Surti nggak usah kerja disini aja."

"Loh loh ... Kerja disana kan udah enak, Nduk. Bosnya baik-baik sudah seperti orang tuamu sendiri."

"Bapak nggak tahu, aku disini kerja keras pagi sampai malam. Sampai waktu istirahatpun masih saja suka dihantui kerjaan."

"Yang kuat, Nduk. Demi kuliah dan masa depanmu. Kamu kan anak Bapak yang kuat, tangguh. Sudah dulu ya. Assalamualaikum." Tutup Bapak Surti.

"Yah, Bapak ....." Surti kecewa kemudian berteriak sekencang-kencangnya meluapkan kekecewaannya.

Cerbung Part III: Paijo, Tukiem, dan Surti.

Paijo meraung menangis sendiri di rumah sewanya di Jerman. Tapi, ia berpikir tidak bisa berlama-lama seperti itu ia harus segera mencari jalan keluar. Ia sekarang sedang menempuh semester tiga. 

Akhirnya, ia berinisiatif untuk segera mencari kerja agar bisa mendapat uang tambahan demi menutupi biaya denda dan memenuhi kebutuhan kuliah dan hidupnya disana. Ia pun bekerja paruh waktu di sebuah restoran. Selama kuliah libur, maka ia menghabiskan waktunya dengan bekerja di restoran tersebut.

Lain lagi dengan Tukiem. Ia juga sudah kuliah dan sedang menempuh semester tiga seperti Paijo. Namun bedanya, Paijo di luar negeri ia di dalam negeri.

Namun, sekarang ia tengah mengambil cuti perkuliahan karena terkendala biaya. Ia sempat kebingungan mencari uang untuk biaya kuliahnya, minta sama ayahnya sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan. Karena ayahnya akan lebih memilih keluarga barunya dibandingkan dengan anak-anaknya.

"Aku harus cari kerja kemana yah biar bisa cari uang untuk bayar kuliah?" Gumamnya dalam hati.

"Baiklah, aku akan coba melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan siapa tahu ada rezekinya." Tukasnya lagi dengan semangat.

Tukiem, yah ia tinggal seorang diri di perantauan. Meninggalkan keluarganya di kampun dan memperjuangkan kuliahnya seorang diri tanpa bantuan keluarganya. Tukiem ingat janji dengan kedua sahabatnya Paijo dan Surti untuk bisa sama-sama sukses bagaimanapun ujiannya.

Akhirnya, setelah beberapa lamaran ia ajukan ke banyak perusahaan. Ada satu perusahaan yang memanggilnya untuk wawancara dan tidak disangka ia pun diterima untuk langsung bekerja di perusahaan tersebut sebagai tenaga administrasi.

Ia mulai mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya agar ia ia bisa melanjutkan kembali kuliah yang sempat tertunda karena kendala biaya itu. Di semester depannya ia pun berhasil berkuliah kembali dari uang hasil tabungannya itu.

"Tukiem .... Akhirnya Lo masuk kuliah lagi. Gue seneng banget kangen banget sama Lo." Peluk sahabat dekatnya di kuliahan Jongrang namanya.

"Gue juga kangen, Rang sama Lo sama temen-temen yang lain juga. Tapi sayangnya gue beda kelas sama kalian. Jadi, kita pisah kelas."

"Yaaahhh ..... Gue sedih. Tapi Lo harus sering-sering main kesini ya. Lo tetep temen kita meskipun beda kelas." Peluk Jongrang lagi.

"Oke, Rang. Gue janji. Kita tetap jaga pertemanan yah." Balas Tukiem dengan senang hati.

Namun, sebetulnya jauh di lubuk hatinya. Tukiem mengalami kekhawatiran dan juga merasa sedih. Ia sempat cuti dan mendapat nilai C di beberapa mata kuliah. Sehingga ia pun harus memperbaiki nilai-nilainya itu dan menempuh mata kuliah dengan jangka waktu lebih panjang karena sempat cuti.

Ia khawatir akan lulus kuliah telat dibandingkan teman-temannya. Namun, ia berusaha menjalani kuliah sambil bekerjanya dengan sabar dan tekun. Belajar dan mengerjakan tugas semampunya dengan penuh semangat. Ia ingat ia harus sukses dan mengangkat harkat keluarganya.

Cerbung Part II: Paijo, Tukiem, dan Surti.

Paijo, Surti, dan Tukiem adalah tiga bersahabat semasa SMA. Selepas SMA mereka memilih jalannya masing-masing dan saling berjanji untuk selalu menjaga persahabatan mereka sampai kapanpun.

Paijo tinggal di negara orang, Jerman namanya. Pernah suatu ketika ia melakukan kesalahan di kendaraan umum yang menyebabkan ia harus didenda. Sementara uang bulanannya sudah habis dan untuk dikirim uang bulanan masih sebelas hari lagi. 

Paijo bingung, ia di denda, uangnya habis. Sementara masih harus berangkat kuliah setiap harinya. Tugas-tugas kuliah pun menumpuk setiap harinya. Maklumlah negara maju menuntut kecerdasan dan kinerja tingkat tinggi.

Meski ia mampu mengikuti dengan baik, tapi ia juga kadang kewalahan dan ingin menyerah saja. Akhirnya, ia memberanikan diri menghubungi ayah ibunya.

"Assalamualaikum .... Ayah, Ibu apa kabar?"

"Kabar kami baik, Nak. Kamu apa kabar disana? Uang masih ada kan?." Jawab Ibunya di seberang tanah air tercinta.

"Ayah, Ibu ... Uang Paijo habis, terus sekarang kena denda karena melanggar aturan lalu lintas. Boleh minta kirimkan uang lebih cepat yah?"

"Hmmm .... Mohon maaf, Nak. Boleh ayah ibu tanya sebelumya?"

"Iya, Ayah Ibu. Boleh."

"Begini, kamu kena denda itu karena kesalahan siapa yah?"

"Kesalahan Paijo, Bu. Paijo kurang teliti dan tidak taat aturan."

"Kalau begitu, silahkan tanggung jawab dengan perbuatan kamu sendiri ya, Nak. Dah Assalamualaikum. Jangan hubungi kami dulu yah sampai kamu mampu bertanggung jawab atas ulahmu sendiri." Jawab Ayah dan Ibunya lembut namun menusuk kalbu Paijo.

Tut .... Tut .... Tut .... Telponnya pun terputus.

Cerbung part 1: Paijo, Tukiem dan Surti.

Terlahir dari keluarga yang berbeda-beda, ketiga remaja ini memiliki cerita uniknya masing-masing. Sebut saja namanya Surti, Tukiem, dan Paijo.

Paijo lahir dari keluarga berada. Ayahnya seorang PNS di Departemen Pekerjaan Umum. Masalah harta kekayaan jangan ditanya. Berlimpah bahkan sampai bingung mau dipakai untuk apa uangnya saking berlimpahnya.

Sementara Tukiem adalah seorang gadis piatu. Ibunya meninggal ketika ia berusia masih balita. Ia ikut tinggal dengan kakak-kakaknya. Karena sang ayah telah pergi menikah dengan wanita lain.

Satu lagi, Surti. Surti adalah seorang gadis dari keluarga sederhana. Ia memiliki keluarga yang hangat, Ibu dan ayah yang luar biasa. Terlebih lagi ayahnya begitu menyayangi dan mendidik anak gadisnya supaya menjadi anak yang kuat dan tangguh menghadapi dunia.

Cerita dimulai ketika mereka mulai beranjak dewasa. Mereka bingung akan jadi apa mereka. Mau kuliah jurusan apa? Mau jadi apa? Bisa apa dan harus bagaimana menghadapi kehidupan.

Meskipun Paijo lahir dari keluarga kaya dan orang tua pun masih lengkap, ia tidak tinggal dengan orang tuanya dan tinggal di luar negeri dengan biaya kiriman yang pas-pasan. Ayah dan Ibunya memang sangat keras mendidik Paijo.

Begitupun Surti dan Tukiem. Surti sama sekali tidak pernah dibiayai oleh ayahnya sehingga harus banting tulang untuk bisa membiayai pendidikan dan biaya kehidupan sehari-harinya. Dan Tukiem ia pun memiliki ayah yang keras mendidiknya, disuruhlah ia kuliah di tanah rantau dengan biayanya sendiri.

Konflik mulai terjadi kala kehidupan Ibu kota terasa makin kejam lebih-lebih dari Ibu tiri ....

Pardi dan Tria

"Kamu tuh nggak ada beresnya sih ngerjain kerjaan di rumah. Jangankan di rumah, bantu kerjaanku aja kamu nggak becus."

"Aku udah berusaha semampuku, Mas. Bantuin kerjaan kamu di pabrik, sambil momong tiga anak kecil yang masih balita. Apa kamu kira itu kerjaan mudah?" Jawab istrinya dengan mata berkaca-kaca.

"Alah .... Kamu tau nggak neng, bulan ini tuh penghasilan dari pabrik lagi merosot belum lagi aku sekarang mengidap penyakit. Itu makin nambah-nambah penderitaanku saja, kamu jangan nambah susah dengan jadi istri yang sulit diatur dong." Suara Pardi terdengar mengeras.

"Aku musti gimana lagi, Mas. Aku udah nurut apa maunya kamu. Aku ninggalin Ibu aku sendirian di kota kelahiranku. Aku ngikutin kemana kamu mau tinggal. Aku berusaha bantu kamu, aku juga udah berusaha jadi istri dan ibu terbaik buat kalian. Aku mesti gimana lagi." Tangis Tria istrinya makin menjadi.

***

Begitulah keadaan keluarga Tria dan Pardi beberapa hari belakangan ini. Sering ribut, rumah tidak damai, anak-anak ikut rewel karena melihat orang tuanya yang jarang akur ditambah suaminya sedang terkena penyakit aneh.

Sudah coba diperiksakan ke dokter, diurut, bahkan obat-obatan herbal sudah ia konsumsi agar sakit di badannya hilang. Namun, usahanya tak jua membuahkan hasil.

***

"Mas, coba kamu kuatin ibadahnya, sholat wajibnya dijaga. Sunahnya ditambah, puasa Daud dilaksanain. Kita coba ikhtiar, Mas. Siapa tahu Allah kasih jalan buat kesembuhan kamu dan keberkahan keluarga kita." Ujar istrinya suatu malam. Kala itu suasana keduanya sedang agak tenang sehingga bisa berbicara dari hati ke hati.

"Iya, Neng. Mas coba. Mas aneh ko benjolan di badan ini nggak hilang-hilang ya. Sakit lagi, Neng kalo malam." Jawab suaminya.

" Ditambah akhir-akhir ini kamu jadi sering marah-marah nggak jelas. Pusing tahu, Mas aku di rumah. Kerjaan rumah aja banyak ditambah kamu bikin nambah pusing aja."

"Ya itu kan juga salah kamu, Neng."

"Loh loh ... Apa salahku, Mas? Mulai lagi deh .... Cukuplah. Aku capek, Mas."

Pardi tampak menarik napas panjang mendengar suara istrinya seperti itu. Keduanya tampak hening, ditemani suara burung hantu di luar rumah.

***

"Eh, Mas ... Mas ...."

"Apa, Neng?"

"Kita coba pergi rukyah ke Pak Ustadz yuk. Kita ikhtiar aja mudah-mudahan itu jadi jalan kamu bisa sembuh."

"Lah, emang aku kerasukan, Neng. Jangan ngeledek kamu..."

"Ih bukan begitu, Mas. Kamu ngerasa ada yang aneh nggak selama ini?"

"Hmmm ada sih, Neng. Tiap malam aku mimpi aneh, mimpinya digigit ular malam mulu. Apalagi malam kemarin, aku mimpi kita cerai."

"Astagfirullah, Mas ...." Istrinya sedih bercampur kaget. "Ayo, Mas jangan tunda lagi. Kita segera cari bantuan ke Pak Ustadz."

***

"Gimana Pak Ustadz dengan suami saya?" Tanya istrinya penasaran.

Setelah dibujuk berkali-kali akhirnya suaminya mau untuk dibawa ke Pak Ustadz.

"Betul, Neng. Ini ada yang ganggu suamimu."

"Tuh kan betul, Mas. Alhamdulillah tolong segera diobatin suami saya, Pak." Ucap istrinya meminta pertolongan.

"Siapa sih yang berani usilin saya, Pak. Saya nggak pernah ganggu orang lain." Ucap Pardi heran.

"Ya namanya orang iri, Mas." Jawab Pak Ustadz.

"Yasudah saya coba obatin semampu saya ya. Selebihnya Mas dan istri harus perbanyak ibadah sama Allah. Jangan tinggalkan baca Al-Qur'an. Kalau bisa istiqomahkan puasa sunnahnya ya." Pesan Pak Ustadz.

"Baik, Pak Ustadz. Kami coba amalkan pesan Pak Ustadz."

***

Setelah Pardi suaminya Tria di rukyah ke Pak Ustadz. Kondisi tubuhnya berangsur membaik. Benjolan di tubuhnya mengecil, dan ia tidak mudah marah-marah lagi.

Begitupun Tria ia merasakan perubahan suaminya, lebih sabar dan penyayang terhadap keluarga. Usahanya pun mulai berjalan baik lagi.

***

Orang-orang iri yang menghalalkan segala cara memang sangat biadab. Kita berlindung kepada Allah semoga dikuatkan keimanan dan dijauhkan dari segala marabahaya.



Sabtu, 02 November 2019

Dyah Yuukita; Perempuan Salju yang Tangguh

Dyah Saraswati adalah nama lengkap gadis kelahiran Depok yang mencintai dunia kepenulisan sejak sekolah dasar dan senang membuat cerpen hingga disenangi teman-teman pembacanya. Memiliki nama pena Dyah Yuukita; Yuuki berasal dari bahasa Jepang yang artinya salju dan Ta merupakan panggilan teman akrab yang merupakan akronim dari Dita.

Selain menyukai dunia kepenulisan, ia juga merupakan pecinta Jepang. Pernah bergabung dengan komunitas pecinta Jepang yang menjadi asal mulanya ia mengikuti komunitas kepenulisan One Day One Post, berkat diajak oleh salah satu temannya di komunitas pecinta Jepang.

Menempuh SD di SDN Mekarjaya 21, SMP di SMP PGRI Depok II Tengah,
SMA di SMK Yapemri Depok II Timur
Kuliah di Universitas Indraprasta PGRI jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Mahasiswi yang memiliki aktivitas sebagai editor, penulis, dan gamer ini sekarang aktif sebagai PJ di grup Tokyo ODOP Batch 7. Tidak hanya itu, ia juga memiliki cukup banyak pengalaman literasi yang membuatnya sehebat sekarang.

Pengalaman literasi yang dimiliki diantaranya:
- Penulis puisi di salah satu media online yang dibukukan
- Penulis puisi di embrio yang dibukukan
- Penulis dan editor Nostalgia Biru (Kumpulan ODOP 3)
- Penulis dan editor Secangkir Sahlab Beraroma Surga (Kumpulan Cerpen Palestina)
- Penulis dan editor Klasik (Kumpulan ODOP 6)
- Pernah terpilih menjadi penulis cerpen di Ngodop.com 
- Penulis kumpulan puisi "Kunyatakan Rasa pada Semesta"

Dengan berbagai rintangan yang ada dari mulai diremehkan oleh tetangga bahkan keluarga sendiri mengenai profesinya sebagai penulis dan editor, ia tidak mudah putus asa. Bahkan, rintangan itu ia jadikan tantangan hingga mampu menjadi seorang editor yang cukup handal dan beliau sudah mampu menerbitkan buku kelimanya yang berjudul "Kunyatakan Rasa pada Semesta".

ODOP bagi Dita adalah keluarga dan prioritas utama. Tidak hanya sebagai wadah untuk belajar menulis, kini Dita menjadi PJ yang bertanggung jawab dan sangat perhatian terhadap anggota grupnya. Ada yang melemah sedikit semangatnya, ia tak lelah untuk terus memberikan semangat dan dukungan.

Dita bisa dihubungi melalui media sosialnya yakni, blog: www.dyahyuukita.wordpress.com dan
IG: @dyah_dita.

Selasa, 29 Oktober 2019

Dukungan Berharga

Saat-saat sulit itu mungkin akan kita hadapi, namun selama orang-orang yg kita cintai berada di samping kita; Mendukung, menyayangi, dan mempercayai kita. 

Betapapun sulitnya akan terasa lebih ringan. Ada mereka yang menggenggam kuat tangan kita, menguatkan serta menenangkan.

Ujian dan masalah tidak selalu berarti musibah. Terkadang terselip hikmah dan anugerah tersembunyi di baliknya. Bukan karena pemahamanku saja, namun ini tertulis dalam surat cinta dari pemilik alam semesta.

Manusia diuji dengan masalah, ada yang berbentuk kelapangan ada pula yang berbentuk kesempitan. Apakah yang menjadikannya hadiah penuh hikmah? 

Yakni, jika disertai prasangka baik kepada penguasa seluruh alam. Allah Yang Maha Mengatur segala sesuatu.

Kala ditimpa ujian, rasanya memang tidak mengenakan. Namun, janji Allah yang harus kita yakini adalah, "Setelah kesulitan terdapat kemudahan."

Satu kesulitan, Allah janjikan dua kemudahan. Barangkali saat ini kita berlelah, menekuk wajah, diterpa putus asa. Namun yakin di masa setelahnya, akan ada cerah, anugerah, hikmah, bahagia, dilimpahi rahmah.

Akan ada masa-masa ujian baik lapang ataupun cobaan, semoga setiap saat kita mampu menjadi orang yang bersabar mendampingi, mendukung, menyemangati, menenangkan, dan saling menguatkan orang-orang yang kita sayangi semampu kita.

Saling menguatkan keyakinan dan ikhtiar, bahwa Allah selalu menyayangi dan membersamai setiap langkah kita.

Senin, 28 Oktober 2019

Menyakitimu berarti menyakiti diriku sendiri

Terima kasih sudah hidup dengan baik di belahan bumi sana
Aku bangga dan bersyukur padamu
Jantung hati, si pelipur lara

Terima kasih sudah hidup bahagia di belahan bumi sana
Aku senang kamu hidup dengan baik
Mengecap banyak berkah dan bahagia

Bahagiamu, bahagiaku
Tertawamu, aku ikut bahagia dan bersyukur akan tawamu
Berkahmu, hadir di hidupku

Hati teriris, kala mendengar batinmu meringis
Ragaku mungkin jauh, tapi hatiku tak pernah menjauh
Ia dekat, dekat sekali di samping hatimu

Maafkan aku, belum bisa membahagiakanmu
Membuatmu tersenyum bangga
Ataupun tertawa lepas karena sukacita

Maafkan aku, banyak sekali kurangku
Masih harus banyak belajarku
Mengenali dan memahami berharga dirimu

Yang aku pahami, dirimu adalah aku
Menyakitimu sama dengan menyakiti diriku sendiri
Sakit dan lukamu, adalah lukaku

Aku adalah engkau
Engkau adalah aku
Aku senang, melihatmu bahagia
Aku bangga dan banyak bersyukur, hadirmu anugerah

Sering Hadir Dalam Mimpi

Hari ini aku bermimpi lagi tentangnya. Efek renjana lama tak bersua. Ternyata tersimpan dalam di alam bawah sadar hingga muncul sebagai bunga tidur. Ataukah mimpi itu memang pertanda sinyal bahwa seseorang yang hadir dalam mimpi juga sedang merindukan?

Entahlah. Aku sendiri memang benar-benar merindukannya. Berharap Tuhan mengizinkan kita segera bertemu dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

Mimpi tentang ia berkali-kali hadir menjadi bunga tidur. Namun, yang paling kuingat ia datang ke rumah. Dengan pakaian khasnya. Aku terkaget bercampur senang menyambutnya.

Tahukah kamu rasanya bertemu orang yang sedang dirindu?
Begitulah yang aku rasakan. Bahagia luar biasa.

Meski kami jarang bertemu, namun hal itu tak menjadikan hormat dan kagumku padanya berkurang. Bahagia bukan kepalang menyambutnya datang. Dengan senyum riang kusediakan ia jamuan makanan kesukaan.

Namun di mimpiku hari itu ada yang aneh, aku menangkap rona bahagia di wajahnya namun aku juga menangkap raut bingung dan semacam kalut. Ia tertutup tak mau menceritakannya padaku. 

Meski kutangkap raut kalut di wajahnya itu, namun coba kusingkirkan dengan menyambutnya bahagia.

Mimpi memang bunga tidur, namun ia juga bisa menjadi ekspresi dari alam bawah sadar atau tali sinyal dari orang yang ada dalam mimpi kita.

Entah apa dan kenapa ia begitu sering hadir dalam mimpi. Aku yang terlalu merindu ataukah ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan?

Kuharap ia selalu bahagia dalam lindungan Tuhan. Segala kesulitannya, Allah berikan jalan keluar. Segala hajatnya, Allah kabulkan.

Aku belum bisa berbuat banyak. Hanya mampu berdoa, meminta pada Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu meminta pada Yang Maha Penyayang hamba-hamba-Nya. Semoga hatinya selalu tenang dalam kecintaan Tuhan.

Aku rindu dan sangat rindu. Terima kasih sudah mampir dalam mimpi. Insyaallah sebentar lagi kita akan bertemu. Jangan pernah putus asa, aku percaya dan aku bangga atas setiap usaha dan niat baikmu. Allah bersama niat-niat baik kita .... :)

Senin, 21 Oktober 2019

Ada yang samakah?

Bisa dibilang aku termasuk orang yang tidak mudah berteman akrab dengan orang lain. Entah kenapa, sangat pilih-pilih sekali untuk berteman dekat. 

Aku juga termasuk orang yang tidak mudah terbuka berbicara pada orang lain, ketika ada hal yang ingin aku utarakan aku akan sangat memilih kepada siapa aku bercerita.

Ketika di rumah pun, sangat pilih-pilih dalam pergaulan. Tidak terlalu suka nongkrong-nongkrong dengan tetangga. Kupikir daripada ngobrol ngalor-ngidul yang takutnya berakhir pada ghibah. Aku lebih senang menyibukkan diri sendiri di rumah.

Ditambah di perantauan ini, aku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja. Dari pagi sampai sore, belum kalau ditambah ada lembur berarti bisa sampai malam baru bisa pulang.

Terkadang ada rasa iri kepada mereka yang banyak temannya, sering nongkrong-nongkrong cantik, mudah bersosialisasi dengan orang lain sehingga luas pergaulannya.

Tapi, balik lagi aku tidak mudah berteman dekat dengan orang lain. Untuk terbuka berbagi cerita pun sangat pilih-pilih sekali orangnya. Ada yang sama atau pernah mengalami seperti ini juga kah?

Karena terkadang aku lebih nyaman menyendiri di kamar dari pada berbaur dengan orang-orang yang tidak terlalu dekat denganku. Aku merasa ada yang harus diperbaiki dengan kemampuan sosialisasiku. 

Dampak Perundungan Tidak Pernah Sederhana

Beberapa hari kemarin kita digemparkan oleh artis Korea yang nekad bunuh diri karena perundungan yang dilakukan netizen.

Bagi mereka yang melakukan hal itu mungkin biasa saja, hanya menuliskan komentar negatif pada postingan orang lain atau hanya mengungkapkan komentar negatif secara langsung pada orang lain lalu sudah begitu saja.

Namun, tidak bagi orang yang dirundung. Mereka memiliki jiwa dan perasaan. Hal-hal negatif yang dilontarkan, baik itu komentar negatif, pengucilan, raut muka yang merendahkan, akan sangat menyiksa batin mereka.

Manusia pada fitrahnya pasti menginginkan penerimaan yang tulus dari lingkungannya. Terlepas bagaimanapun ia, karena hal itulah yang menyebabkan jiwanya tenteram dan nyaman.

Dampak bullying benar-benar tidak sederhana. Bahkan sampai mampu menghilangkan semangat hidup dan nyawa orang.

Mulutmu harimaumu, betullah kata pepatah. Lidahmu laksana pedang, bisa menghunus dada seseorang tajam hingga berdarah.

Rasa sakit pada mental tidak terlihat seperti luka ketika kulit tangan kita tergores. Ia tidak menunjukkan darah dan luka yang menganga. Tapi itu benar adanya.

Berhati-hati terhadap komentar yang kita tulis, berhati-hati terhadap sikap dan kata-kata yang kita lontarkan meskipun hanya sekedar gurauan. Apakah apa yang kita perbuat atau yang kita katakan mampu membangkitkan semangat orang lain atau malah membuatnya terluka tidak percaya diri bahkan merasa terkucilkan hingga merasa tidak nyaman dan ingin mengakhiri hidup?

Malaikat kita

Kita beranjak dewasa, orang tua kita pun beranjak tua. Perlahan waktu, ia tak lagi sama. Kita yang memasuki fase dewasa, semakin mandiri dan beranjak lebih bijak menyikapi berbagai masalah kehidupan.

Namun orang tua kita, perlahan ia kembali menuju masa kanak-kanak. Begitulah kewajarannya, semakin beranjak usia sikapnya pun berubah. 

Ada saat dimana kita sebagai anak-anak harus menguatkan kesabaran dalam menghadapi mereka. Mereka memerlukan waktu, perhatian, dan kasih sayang dari kita lebih dari biasanya. Orang tua menginginkan kebersamaan bukan hanya kiriman uang dan oleh-oleh perjalanan.

Kita tak lagi sama, orang tua kita pun tak lagi sama sekuat saat kita balita dulu. Kini tulangnya tak lagi sekuat dulu, bekerja keras siang dan malam mencari nafkah. Bekerja sedikit, mudah cepat lelah.

Ada fase dimana kita bertumbuh dan menuntut kita memberi lebih banyak. Saat kecil anak-anaklah yang diberi banyak cinta oleh orang tua. Kesabaran mereka tak terhingga menghadapi sikap kita.

Kini, saatnya kita memberi lebih banyak dengan kesabaran dan ketulusan yang lebih untuk mereka orang tua.

Ridha Allah ada pada Ridha orang tua. Doa Ibu adalah ajaib mustajabnya. Kebijaksanaan ayahlah yang menentramkan kehidupan di rumah.

Semoga kita diberi kesempatan dan waktu, untuk memberikan bakti terbaik bagi orang tua. Malaikat kita di dunia, dan keridhaannya adalah kunci syurga kelak di akhirat.

Wisata Nusadanas, Pangandaran

Nusadanas Asri terletak di Kampung Olot, Desa Bojong Kecamatan Parigi Kabupaten. Salah satu destinasi wisata alam baru yang memiliki banyak peminat ini, letaknya tidak jauh dari Objek wisata Citumang.

Kolam renang Nusadanas asri ini terletak di sebuah pedesaan, ketika perjalanan ke lokasi sepanjang jalan kita akan dimanjakan dengan perkebunan dan hutan dengan pepohonan yang masih asri. Jalanan yang dilalui pun cukup nyaman, sedikit berkelok disertai tanjakan dan turunan.

Setiap liburan semester atau akhir pekan, kolam renang nusadanas ini sering ramai dikunjungi pengunjung dari berbagai daerah. Harganya yang terjangkau membuat kolam renang ini semakin ramai dikunjungi masyarakat.

Cukup dengan membayar parkir, menyewa pelampung dengan harga Rp. 3.000,- anda sudah bisa menikmati sejuknya air di kolam renang nusadanas ini. Kolam yang luas, alam yang masih asri, sungai-sungai yang berair jernih menambah daya tarik tempat ini. Bagi anak-anak yang masih kecil, bisa bermain di sungai-sungai kecil di pinggiran kolamnya. Riang dan senang sekali melihat pengunjung bermain ria bersama air.

Tak hanya, keindahan dan kesejukan alamnya yang menjadi daya tarik. Jajanan makanan yang disediakan di tempat wisata ini juga memiliki harga-harga yang terjangkau. Jajanannya pun masih bersifat tradisional, seperti pecel, cilok, berbagai macam buah-buahan, serta jajanan khas anak-anak lainnya. Eits tapi tidak hanya untuk anak-anak, orang dewasa pun senang menikmati jajanannya.

Selepas berenang pasti lapar kan, nah anda bisa langsung membeli beraneka ragam jajanan yang disediakan. Kolam renang wisata yang luas, alam yang asri, gemericik air jernih siap membantu anda menyegarkan kembali pikiran setelah penat beraktivitas dengan pekerjaan sehari-hari.

Tunggu apalagi, yuk berwisata ke Nusadanas asri. Dan nikmati pesona alam dan kesejukan airnya.

#Tantanganke-6

Kakak Lelakiku

Ia tidak pandai mengungkapkan cinta lewat kata, namun fasih menunjukkannya dalam bijak berkorban nan wibawa.

Seringkali aku menumpahkan keluh kesah padanya, putus asa, dan tak tahu harus bagaimana. Ia menjawab dengan lugas sederhana, namun menenangkan dan membuka solusi persoalan.

Ia yang tidak meminta banyak dari adik-adiknya, namun memberi lebih banyak bahkan saat tidak dipinta.

Ia tidak meminta banyak, melihat adik-adiknya bisa bahagia, tercukupi kebutuhan dan pendidikannya sudah membuat ia bangga tanpa meminta imbalan apa-apa.

Ia yang bahkan berpikir lebih keras untuk perempuan-perempuan dalam keluarganya, kala aku sebagai adiknya hanya sibuk dengan urusan diri sendiri.

Pandangannya sudah jauh ke depan, terkadang ia berbagi visi. Hal yang membuatku kagum. Tidak hanya raganya yang lelah bekerja, namun pikirnya juga berkelana memikirkan kebaikan seluruh keluarga.

Laki-laki yang wibawa dalam peluh kerja, harum dalam cita visionernya, lalu menambah kagum karena pengorbanannya untuk keluarga.

Tak apa, tak bertemu

Rindumu berharga, hingga ia sering mampir ke dalam mimpi.
Namun, ada yang lebih penting daripada meratapi rindu. Bangunlah kesiapan untuk bertemu.

Rindumu berharga, ia menunjukkan adanya kepekaan rasa.
Namun ada yang lebih penting dari itu, sudahkah menitipkan rindu pada doa yang mengangkasa?

Hal yang fitrah ingin bertemu, namun sudahkah pertemuan itu diridhai?
Hal yang wajar ingin banyak bersama, namun apakah kebersamaan itu mendatangkan keridhaan?

Terkadang, apa yang kamu inginkan memang tak selalu harus bisa diwujudkan.
Adakalanya ia menuntut kesabaranmu lebih, agar tetap terjaga agar tetap dalam ridha.

Tidak apa, bersabar menunggu temu. Tidak apa tak banyak bersapa berbagi cerita, namun tetap saling menguatkan dalam pinta -meminta ketetapan terbaik untuk kehidupan yang diridhai dan berkah adanya.

Tidak apa harus bersabar dahulu, ia menjadi ladang memupuk kebaikan. Sabar yang kuat, sabar yang terjaga, sabar yang menguatkan pada tujuan utama kehidupan.


Gemerlap Ujian

Sedih, iya.
Ingin menangis, iya.
Takut, iya.
Kelebihan bisa menjadi ujian, seperti halnya kekurangan bisa menjadi limpah kesempatan pahala.

Ada seseorang yang mengungkapkan kekaguman karena paras yang menurutnya cantik. Ada seseorang yang menyatakan kagum karena kecerdasannya. Sungguhlah kecantikan, ketampanan, kecerdasan, kepopuleran, kekayaan adalah ujian. Sama seperti halnya kekurangan dan kesempitan. Jika terlena sedikit saja, bisa menjadi petaka.

Paras yang cantik dan tampan membuat mata yang melihat terpukau, lalu lupa ada yang lebih penting dari itu yakni: menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan.
Apakah kecantikan dan ketampanan semata hanya untuk dipublikasikan, ada  kesempatan pahala disana namun juga bisa menjadi ujian yang melenakan.

Kecerdasan sungguh mampu menarik kekaguman, namun juga bisa menjadi ujian. Ia bisa menjadi penyebab kesombongan dan rasa angkuh. Tanpa disertai keyakinan yang kokoh akan Tuhannya ia bisa menjerumuskan pada menuhankan logika. Kecerdasan sungguh mampu membuat terpukau dunia, namun ada yang lebih penting dari itu yakni: ketundukan pada pemilik kehidupan.

Siapakah kita pandai sekali berbicara logika, namun jika kecerdasan itu malah membuat kita menjadi sombong lalu apalah guna?

Kepopuleran, menyilaukan mata setiap orang. Menarik mata-mata yang memandang. Ia menjadi impian bagi banyak orang. Kepopuleran pun bisa menjadi ladang pahala bisa juga menjerumuskan. Ia bisa menjadi tabungan kebaikan namun sangat mampu melenakan.

Kecantikan, ketampanan, kecerdasan, kepopuleran, kekayaan, semuanya benar-benar gemerlap yang menarik hati. Namun apakah yang sebenarnya kita cari di dunia?

Kepada Allah kita memohon perlindungan, bimbingan, dan pertolongan agar dapat menjalani hiruk pikuk kehidupan tetap berjalan pada koridor yang diridhai-Nya.




Minggu, 13 Oktober 2019

Berkah dan lapang

Rintik hujan adalah berkah
Pertanda bumi kembali basah
Setelah kering dan meronta
Tak bisa apa-apa, menimbulkan resah

Hujan datang
Manusia riang
Burung-burung berkicau senang
Pepohonan hijau bersambut rindang

Aku, bertopang dagu tenang
Syukur dan haru bercampurpadu
Rahmat yang ditunggu
Kini hadir mengharu biru

Basahlah, hai tanah
Minumlah hai tanaman
Tersenyumlah hai sinar dan awan
Jangan marah jangan murka
Kami manusia, perlu segera bertobat dan meminta maaf

Merusak alam, merusak cerita
Indahnya kehidupan manusia yang berjalan tanpa derita
Penuh riang penuh sayang
Bersama alam yang subur dan pepohonan yang rindang
Berkah dan lapang..

Karena Mereka

Terlahir sebagai bukan siapa-siapa
Tanpa punya apa-apa
Tanpa bisa apa-apa
Tanpa punya kebaikan apa-apa

Lalu, malaikat-malaikat itu berdatangan
Mengepakkan sayapnya di hidupku
Melindungi dari terik pilu
Memelukku hangat dalam haru

Perlahan aku bisa tertawa
Tersenyum ketika kau ajak berbicara
Berjalan, berlari-lari kecil
Hingga sekarang sudah mendewasa

Kalau bukan karena kebaikan Ibu, apa jadinya aku
Kalau bukan karena ketulusan Ayah, apa jadinya aku
Kalau bukan karena pengorbanan malaikat-malaikat tak bersayap di hidupku
Akan jadi apa jiwaku

Cinta Ibu, menghangatkan dan menenangkan
Cinta tulus ayah, membuat jiwaku bangga dan berharga
Malaikat-malaikat tak bersayap
Yang dikirimkan Tuhan dari syurga dan semoga menuju syurga kembali
Bersama-sama



Upgrade diri!

Apa yang kau sampaikan akan mereka ingat dalam-dalam
Apa yang kau tulis akan mereka rekam dengan tulus
Apa yang kau perdengarkan akan mereka ceritakan
Apa yang kau perintahkan akan mereka percayakan

Mereka kertas putih, suci
Kau penuh arogansi
Jika penuhi hati dengan ilusi
Fokuslah! Pada perbaikan estafeta generasi

Belajarlah lebih banyak
Membacalah lebih lama
Bereksperimenlah lebih berani
Temukan kebenaran
Gali keilmiahan

Mereka butuh ilmu dari seorang guru yang mumpuni
Bukan sekedar cari gengsi
Ilmu dan didikan yang kau berikan akan membentuk generasi
Tak sekedar disini kini, tapi juga masa depan diri

Sekedar catatan untuk diri
Ilmumu masih sedikit
Pengalamanmu belum teruji
Wawasanmu perlu ditambahi
Kompetensi dan profesionalisme yang perlu di upgrade dan uji

Belajarlah, berjalanlah, membacalah, bergaullah lebih banyak, hei diriku sendiri!


Mereka tak lemah, kau tak remah!

Kau bilang, mereka lemah
Kau kata mereka remah
Salah!
Bukan mereka tapi dirimu yang lemah!

Kau pikir mereka tak mengerti
Kau kira mereka tak mudah memahami
Salah!
Mereka bukan tak mudah memahami
Hanya caramu yang tak mudah dimengerti

Kau kira mereka berandal
Kau kata mereka nakal
Salah!
Mereka tak nakal apalagi berandal
Mereka hanya butuh kesabaran dan kepercayaan yang lebih andal
Darimu yang tulus dan penuh sayang

Lihatlah lebih dalam
Mereka yang kurang belajar
Atau dirimu yang tak pernah belajar
Atau jangan-jangan dirimu yang sombong dan sudah merasa paling pintar
Kurang ajar!

Berhentilah menyalahkan
Kurangilah amarah yang kau luapkan!
Mulai sekarang, senyumlah lebih lapang
Tunjukkanlah ceria dan cinta tak terkira
Pada mereka yang berharga tak terkira
Berilah sabar dan ramah yang lebih banyak
Kau dan mereka tak patut dianiaya egoisme belaka

Perjuangkan! Buktikan!

Cinta membutuhkan pembuktian
Bukan sekedar kata
Bukan sekedar bicara dengan manis belaka
Ia memintamu tak sekedar bersua
Namun juga memperjuangkan asa

Cinta membutuhkan pembuktian
Dengan menjaga
Dengan memulia
Tidak hanya cinta sebatas kata dan nafsu belaka
Namun cinta juga memintamu menjaga dalam doa dan tulus rasa

Perjuangkan!
Jika niat di hatimu sudah lurus kau rasa
Bukan sekedar cinta belaka
Namun, kesiapanmu menjemput cinta Illahi bersamanya
Perjuangkan!

Batinmu resah, pikirmu lemah
Karena ternyata tak mudah
Jangan menyerah!
Cinta benci pada putus asa
Ia menolak jiwa-jiwa merana

Perjuangkan! Rasamu harus dibuktikan
Bukan sekedar rasa
Bukan sekedar kata
Bukan sekedar bualan belaka
Kau, pejuang hebat dan tangguh
Kau, pejuang cita dan penjaga yang  mulia!

Jemputlah, berlarilah!

Pikiranmu rumit
Diterpa berbagai sempit
Kalang kabut pikir berkelit
Semua terasa pelik

Hatimu gundah dan resah
Kepada siapa harus berkeluh kesah
Batin berteriak meronta berkah
Semua terasa pasrah

Hatimu sempit adalah celah bagi cahaya
Untuk masuk menyeruakkan cahya
Ia pertanda lapar nan haus
Memintamu mencari obat

Jemputlah obat itu
Jangan hanya berdiam diri
Pelik dan rumit yang jadi pemantik
Agar dirimu tak lagi berkelit
Hatimu, butuh cahaya

Pergilah, berlarilah, jemputlah cahaya itu
Ia abadi dan akan menerangimu dengan tulus
Menyelamatkanmu dengan senang
Tenang hingga keabadian
Ia bernama; hidayah.
Jemputlah, jangan hanya berdiam menanti cahaya hidayah.

Senin, 07 Oktober 2019

Mengusir Lelah

Apa yang biasa kamu lakukan ketika pulang ke rumah setelah lelah seharian bekerja bahkan sampai malam baru selesai?

Kalau aku, bersih-bersih badan lalu rebahan. Adalah senikmat-nikmatnya melepas penat.

Ternyata bahagiaku sangat sederhana, setelah seharian lelah bekerja. Lalu pulang ingin mendapatkan ketenangan dan kedamaian dengan rebahan.

Hal sederhana, tapi mampu mengusir lelah dan mengisi energi kembali.

Atau berkomunikasi dengan keluarga tercinta, ponakan-ponakanku tersayang. Sungguh bisa menjadi pelipur lara. Yang asalnya capek, lelah, lunglai bisa segera ceria kembali.

Kalau kamu, hal apa yang kamu lakukan ketika lelah untuk mengusir penat?

Sharing yuk!

Minggu, 06 Oktober 2019

Si Kabayan dan Nyi Iteung

Cerita Kabayan dan Nyi Iteung yang melegenda dari tanah Sunda. Kabayan terkenal sebagai sosok pemalas dan banyak alasan sampai membuat mertuanya marah kini sudah berubah.

***

Suatu pagi Kabayan ditugaskan mertuanya untuk memanen padi yang sudah matang di sawah.

"Kabayan, ayo segera ambil peralatanmu. Kita pergi ke sawah. Padi kita sudah matang." Ucap Abah mertua

"Kang Kabayan sedang sakit Abah. Dia masih meringkung di pembaringan meriang katanya." Jawab Nyi Iteung.

"Euleuh-euleuh si Kabayan. Ari Abah arek panen Jeung Saha atuh euweuh nu ngabantuan." Gerutu si Abah mendengar jawaban Nyi Iteung.

Kabayan menjawab dari dalam, "Abah, demi Nyi Iteung Kabayan siap bantu panen Abah meskipun sedang sakit. Tunggu, Bah. Kabayan siap-siap."

Nyi Iteung terharu sambil senyum-senyum mendengar hal itu, "Kang Kabayan bener mau ikut panen? Jangan dipaksain kalau sakit mah."

"Betul Nyi. Kasihan Nyi Iteung nanti nggak bisa makan, kalo Akang nggak ikut panen sama Abah." Sahut Kabayan yang sudah selesai bersiap dengan peralatan tempur panennya.

"Aih, si Akang mah so sweet." Nyi Iteung makin tersipu malu.

"Geus, Hayu geura ka sawah. Meungpeung isuk keneh." Abah mengajak si Kabayan cepat-cepat berangkat.

Sesampainya di sawah, Kabayan kaget melihat hamparan sawah yang luas ia kira banyak tetangganya ikut serta panen namun tidak ada satupun. Ia berteriak, "Abah yang betul saja, sawah seluas ini harus kita panen berdua?"

"Ya betul lah, Kabayan. Ini kan demi Nyi Iteung dan Ambu. Supaya hasil panennya kita sekeluarga saja yang menikmati." Sahut si Abah tersenyum bangga.

"Aih-aih si Abah, pelit sekali jadi orang. Jahat Abah, masa Kabayan harus panen padi segini banyaknya." Kabayan mau kabur pulang ke rumahnya lagi.

"Oh yasudah, apa nggak malu nanti sama Nyi Iteung kalau kamu pulang lagi ke rumah? Katanya si Akang Kabayan mah gagah ternyata Cemen." Ledek si Abah.

Kabayan pikir-pikir lagi, betul juga ia pasti akan malu sama Nyi Iteung kalau ia pulang lagi. Akhirnya ia pasrah dan sekuat tenaga membantu panen bersama Abah.

"Baiklah, Abah. Kabayan siap panen di sawah seluas ini. Sudah cukup kemarin-kemarin Kabayan mengecewakan Nyi Iteung, sekarang Kabayan mau buat Nyi Iteung bangga."

"Nah gitu dong, menantu Abah hebat." Abah merasa menang membujuk si Kabayan.

***

Nyi Iteung sangat bahagia, suaminya menjadi sangat rajin bekerja bahkan meskipun sedang sakit.

Abah dan Ambu pun ikut bahagia karena memiliki menantu yang tampan dan rajin bekerja.

Dan si Kabayan pun semakin gagah dan terhormat karena rajin bekerja dan menunjukkan sikap tanggung jawabnya sebagai suami dan pemimpin keluarga.

Jika, dalam cerita Sunda si Kabayan dikisahkan sangat pemalas bekerja banyak alasan dan sering membuat jengkel mertuanya. Kini ia sudah berubah memiliki watak yang berbeda, si Kabayan yang rajin bekerja.

Aku Percaya

Kenangan-kenangan itu masih tersimpan rapi di ruang memori. Membuat tersenyum berseri kala mengingatnya. Ia yang baik menyenangkan nan menenangkan menjadi paket lengkap hadiah akhir tahun sekolah.

Entah bagaimana hingga akhirnya kami bisa saling tertarik satu sama lain. Yang aku ingat adalah ia memiliki hal yang tak kutemukan dari orang lain. Ia teduh dan menjadi candu. Ia membahagiakan sekaligus membuatku tenang.

Perjalanan yang tidak mudah, untuk sampai di titik sekuat dan setegar sekarang. Ia bertahan dan menjaga. Dalam berjarak dan hilangnya komunikasi sekian lama. Aku tetap menjaga, percaya dan menanti, mengikuti kata hati yang menuntun pada ketenangan jiwa.

Kini, ia tengah berjuang. Aku paham, ia bukan pejuang yang main-main dengan kata-kata dan komitmennya. Ketika ia sudah mengutarakan keseriusan, ia bersedia mengayomi segala inginku agar bahagia.

Sangat bersyukur hingga perasaanku membuncah bahagia. Bukan bilangan waktu yang sebentar untuk bisa bertahan tanpa komunikasi tanpa bertemu, dengan rasa tidak berubah adanya. Ia semakin kuat, menguatkan rasa percaya juga menjadi ujian.

Ia tengah berjuang untuk tujuan mulia. Ia tidak pernah main-main untuk urusan kesungguhan. Lelah dan letih barangkali sedang ia rasa. Aku berharap kebaikan, kebahagiaan, dan penjagaan senantiasa menyertainya.

Ia terkesan cuek dan sederhana, namun kesungguhan dan komitmennya tidak pernah sederhana. Hadirnya benar-benar menjadi hadiah. Ia sosok pemimpin yang terpercaya.

Selamat berjuang, Tuan. Aku percaya kamu pejuang yang tangguh.

Selamat berjuang, Tuan. Aku bahagia menanti kedatanganmu segera.

Selamat berjuang, Tuan. Terima kasih sudah menjadi sebaik-baik teladan dalam menjaga. Aku bangga dan hormat atas kesungguhanmu memperjuangkan ikatan yang kuat.

Jumat, 04 Oktober 2019

Kasih dan persahabatan

Berkutat dengan pekerjaan seharian mungkin melelahkan, apalagi jika sampai malam hari baru pulang karena lemburan.

Berkutat dengan tugas kuliahan, mungkin melelahkan. Menguras energi karena membutuhkan fokus dan ketekunan.

Berkutat dengan pekerjaan demi tanggung jawab dan menjaga kehormatan diri, mungkin melelahkan. Cukup menguras tenaga, pikiran, bahkan perasaan.

Namun, semua lelah jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan ketika memiliki teman-teman yang mengasyikkan.

Mereka teman-teman kerja, teman-teman kuliah, teman-teman berdekatan rumah yang saling membantu dan empati satu sama lain.

Ringan mengulurkan tangan memberikan bantuan, ringan menyedekahkan senyum memberikan tawa dan kebahagiaan. Ringan menyediakan telinga dan bahu kala membutuhkan tempat untuk didengarkan.

Ah, hari ini mungkin melelahkan. Jam sekian malam baru bisa rebahan. Namun, jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan karena kasih yang tulus dan persahabatan. Kasih persahabatan yang menguatkan ikatan.

Kasih dan persahabatan

Berkutat dengan pekerjaan seharian mungkin melelahkan, apalagi jika sampai malam hari baru pulang karena lemburan.

Berkutat dengan tugas kuliahan, mungkin melelahkan. Menguras energi karena membutuhkan fokus dan ketekunan.

Berkutat dengan pekerjaan demi tanggung jawab dan menjaga kehormatan diri, mungkin melelahkan. Cukup menguras tenaga, pikiran, bahkan perasaan.

Namun, semua lelah jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan ketika memiliki teman-teman yang mengasyikkan.

Mereka teman-teman kerja, teman-teman kuliah, teman-teman berdekatan rumah yang saling membantu dan empati satu sama lain.

Ringan mengulurkan tangan memberikan bantuan, ringan menyedekahkan senyum memberikan tawa dan kebahagiaan. Ringan menyediakan telinga dan bahu kala membutuhkan tempat untuk didengarkan.

Ah, hari ini mungkin melelahkan. Jam sekian malam baru bisa rebahan. Namun, jadi terasa lebih ringan dan menyenangkan karena kasih yang tulus dan persahabatan. Kasih persahabatan yang menguatkan ikatan.

Kamis, 03 Oktober 2019

Banyak-banyaklah Ingat Kebaikannya

Fluktuatif rasa. Kadang aku bahagia berbunga-bunga. Kadang cemburu luar biasa.

Kadang aku tenang saja begitu percaya. Tapi, terkadang tiba-tiba buruk sangka dan merasa terluka.

Kadang aku ingin menuntut saja, aku lelah dengan semua yang ada.

Kadang aku begitu sabar dan menerima. Sabar menjalani proses, sabar menjalani mengusahakan ikhtiar terbaik.

Kadang aku ingin putuskan saja, apa sebenarnya kita sedang memperjuangkan atau saling berpaling tanpa menyapa satu sama lain.

Pedih ...
Perih ...
Luka ...
Nestapa ....

Semua itu salah. Hanya prasangka.
Dan prasangka tanpa fakta hanya akan menjadi dosa dan khayal yang dzalim niscaya.

Semua itu salah.

Tidakkah kau tahu saat kau cemburu, ia juga cemburu?

Tidakkah kau tahu saat kau terluka, ia juga tertatih menyembuhkan luka?

Semua syak wasangka itu bahaya.

Tidakkah kau tahu saat kau ingin pergi meninggalkan sejauh-jauhnya meskipun tidak akan pernah mudah dan bisa?
Ia sedang memperjuangkan keseriusan dan kebahagiaan -dirimu?

Semua itu hanya prasangka. Apa yang dirasa dalam dada, dipikir dalam alam pikir, tidak semuanya perlu kita sepakati begitu saja.

Terkadang ia hadir karena imanmu yang lemah.

Terkadang ia hadir karena ilmumu yang sempit.

Terkadang ia hadir karena wawasanmu yang sempit.

Terkadang ia hadir karena renjana tak kunjung bersua.

Terkadang ia hadir karena kuatnya imanmu yang sedang dicoba.

Kuatkan iman, hai seorang hamba.
Semangat menuntut ilmu, hai pejuang cahaya.
Dekat-dekatlah dengan tenang kalam indah-Nya.
Dekat-dekatlah dengan para kekasih-Nya.

Hai, seorang hamba.
Banyak-banyaklah ingat kebaikannya.
Banyak-banyaklah ingat pengorbanannya.
Banyak-banyaklah tersenyum syukur dan bahagia.
Bersama-Nya ...
Bersama-Nya ...
Kau tak pernah sendirian jua ...

Banyak-banyaklah ingat kebaikannya
Banyak-banyaklah ingat senyum dan pengorbanannya
Banyak-banyaklah bertobat dan mohon ampun atas segala dosa
Banyak-banyaklah memohon ampun ridha dan segala berkah cahaya, hai seorang hamba.

Anak-anakku sayang

Anak-anak adalah keajaiban yang Tuhan berikan. Hadirnya memberikan kebahagiaan tidak terkira. Menjadi rahmat bagi seluruh alam. Senyumnya yang menggemaskan, tingkahnya yang lucu, kalimat jenakanya yang polos memberikan warna-warni ceria kehidupan. Mereka memberikan energi bagi jiwa kita.

Anak-anak menarik jiwa kita untuk mencintai dan menyayangi mereka setulus hati. Ah, melihat senyum si bayi mungil saja sudah meluluhkan hati. Padahal, beban di pundak sedang luar biasanya.

Anak-anak tidak lahir untuk kita abaikan. Mereka memiliki hak yang harus orang tuanya tunaikan sebagai tanggung jawab dan kewajiban. Di dalam jiwa dan raga mereka ada keringat dan ketulusan yang harus kita korbankan.

dr. Aisyah Dahlan, dalam tausiyahnya mengenai bahasa cinta menyebutkan, "setiap kita memiliki battery cinta yang harus diisi setiap hari."

Dengan apa mengisinya? Beliau menjelaskan lebih jauh untuk mengisi battery cinta dalam jiwa kita, bisa dilakukan beberapa hal:

1. Dengan kata-kata pujian dan dukungan.

Kata-kata yang ramah membesarkan jiwa mereka. Memuji anak-anak atas kebaikan yang mereka lakukan. Memberikan dukungan bagi apa yang sedang mereka pelajari dan cita-citakan, penting sekali  memberikan hal ini pada mereka untuk menumbuhkan semangat dan kepercayaan dirinya.

2. Sentuhan fisik

Memberikan pelukan hangat, mencium pipi atau kening sebagai bentuk syukur kita akan kehadiran mereka. Pelukan ini memberikan dampak yang luar biasa, menenangkan dan memberi energi pada jiwa dalam menjalani hari-hari anak.

3. Memberikan hadiah

Memberikan hadiah ini bisa sebagai bentuk apresiasi atas kebaikan yang sudah mereka laksanakan. Mereka akan merasa sangat senang dan diinginkan kehadirannya.

4. Pelayanan

Bagi anak-anak yang masih kecil, sudah menjadi hal biasa bagi kita memenuhi segala kebutuhan mereka. Bagi yang sudah beranjak remaja, kita bisa membantu mengingatkan atau melatih kemandirian pada diri mereka sebagai bentuk pelayanan dan kasih sayang.

5. Kebersamaan

Mereka tidak hanya butuh uang kita, mereka tidak hanya butuh banyak hadiah mainan dari kita, mereka tidak hanya butuh kata-kata baik dari kita. Lebih dari itu, mereka butuh kehadiran orang tuanya membersamai hari-harinya. Perhatian, kepedulian, kebersamaan yang mengesankan, menikmati waktu bermain dan bercanda bersama, saling curhat dan mendengarkan celoteh lucu mereka adalah hal yang sangat mereka inginkan dari orang tuanya.

Kebersamaan dengan orang tua adalah hal paling berharga yang akan mereka ingat dan kenang selalu bahkan sampai saat mereka sudah beranjak dewasa dan menua. Kebersamaan itu akan menjadi kenangan indah dalam sanubari terdalam mereka.

Bila terjadi penyimpangan pada diri anak, sebetulnya itu adalah suatu indikasi battery cinta mereka tidak terisi dengan baik atau bahkan tidak terpenuhi sama sekali dari orang tua atau keluarga terdekatnya.

Oleh sebab itu, Allah menyuruh kita memuliakan anak yatim-piatu. Mereka yang tidak memiliki ayah ataupun ibu, darimana mereka mendapatkan cinta untuk mengisi battery cinta di jiwanya. Mungkin hanya sebulan sekali, ketika ada yang mengunjungi dsb.

Sedangkan battery cinta jiwa kita harus diisi setiap hari. Jiwa mereka membutuhkan kasih sayang kita. Bagi yang memiliki orang tua, mereka mudah mendapatkan kasih sayang itu setiap hari.

Namun, bagaimanakah dengan anak-anak yang bahkan tidak memiliki ayah ibu atau berjauhan dengan ayah ibu mereka?

Mereka pun sama, setiap anak tanpa terkecuali memerlukan kasih sayang kita. Battery cinta mereka pun harus diisi setiap hari sebagai kebutuhan batin mereka.

Seperti halnya kebutuhan makan pada raga, pada jiwa pun memerlukan nutrisinya dengan siraman ruhani, kata-kata dukungan, penghargaan, penerimaan, pelukan hangat dan tulus, pendampingan, perhatian dan kasih sayang.

Anak-anakku sayang, dimanapun berada semoga Allah selalu menjaga dan menyayangimu. Anak-anakku sayang, semoga Allah kuatkan hati dan mampukan kami untuk selalu menyayangi dan memuliakan kalian dengan tulus.

Selasa, 01 Oktober 2019

Apakah ini wajar dan biasa-biasa saja bagi manusia?

Terkadang merasa diabaikan, tidak diingat apalagi dipedulikan.

Terkadang, bertanya apa aku ada di hati mereka?
Betulkah kebahagiaan yang tulus itu ada? Apakah aku berhak bahagia?
Apa aku berhak dapatkan kebaikan?

Terkadang ingin teriak, "Cukup! Aku lelah."
Sanubari terdalamku meronta.

Aku tahu ini tak baik
Batinku berontak

Apakah kasih sayang yang tulus itu ada untukku?
Apa kebahagiaan itu mau menghampiriku?
Apa ketenangan dan hati yang merasa cukup itu bisa selalu ada terpatri dalam hati?

Ataukah wajar-wajar saja saat manusia merasa tidak tenang, cemas, sedih,  penuh kegelisahan, dan merasa sendirian tanpa punya siapa-siapa untuk berbagi kesedihan?

Senin, 30 September 2019

Sendiri Tidak Selalu Sepi

Terkadang kita harus berani berjalan sendiri, tanpa keluarga tanpa sanak saudara tanpa ada orang-orang sukarela tulus mengulurkan kebaikannya untuk kita.

Iya, tak selamanya keluarga selalu ada menjadi tempat tumpah dan pulang yang paling nyaman. Tidak selamanya kita bisa bermanja pada mereka. Ada saatnya kita jauh dan sudah dari jangkauan mereka.

Ada saatnya aku harus berani sendiri, memutuskan bersikap seperti apa tanpa sibuk bertanya harus seperti apa baiknya bersikap.

Sendiri. Sendiri. Diri sendirilah yang paling setia menemani, hanya diri sendirilah yang paling bisa diandalkan memecahkan beberapa permasalahan problematika kehidupan. Diri sendiri, cukup diri sendiri.

Kabar membahagiakan yang melapangkan hati adalah, dengan tidak usah bergantung sama manusia terus-menerus. Tidak usah bergantung pada manusia berharap terus sama mereka. Karena bisa kecewa.

Ada titik dimana sabar dan imanmu diuji. Ada titik dimana hanya ada kamu sendiri. Hanya ada aku sendiri. Dan berharap pada doa-doa yang kita panjatkan, semoga Tuhan berkenan memberikan cahaya dan pertolongan.

Minggu, 29 September 2019

Resensi Buku: Inilah Akibat Dosa-Dosa Besar di Dunia

Judul         : Inilah akibat dosa-dosa besar
Pengarang: Iqra al-firdaus
Editor         : Virsya Hany
Penerbit    : DIVA Press
Cetakan    : I, Oktober 2011
Tebal buku: 182 Halaman
Sampul     : A. Budi

Setiap kehidupan manusia pasti tidak pernah luput dari dosa dan khilaf, namun kita diberi kesempatan untuk segera bertaubat atas perbuatan salah yang kita perbuat demi keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Di dalam buku ini, diulas tuntas mengenai akibat dosa yang tidak segera ditaubati. Tidak hanya bersifat psikologis, bahkan bisa sampai pada bencana alam yang menjadi musibah bagi seluruh manusia.

"Azab sejatinya akan di alami manusia di akhirat kelak. Akan tetapi, tak jarang pula hal itu disegerakan datangnya di dunia. Misalnya saja, gempa bumi, badai, banjir, kebakaran, krisis berkepanjangan, kekeringan, menyebarkan penyakit yang mematikan, dan lain sebagainya."

Dalam buku ini, diceritakan pula kisah-kisah kaum terdahulu yang dibinasakan oleh Allah karena tidak mau mengikuti perintah-Nya dan malah sengaja melakukan keingkaran.

Setiap manusia, tentu tidak ingin mendapat azab atau siksa dari Allah. Padahal, azab itu datang karena ulah perbuatan manusia.

Dalam buku ini tertulis, "Tidaklah sakit hati, pusing, luka dsb melainkan karena perbuatan dosa manusia."

Di dalam buku ini, terdapat berbagai penjelasan seputar azab yang diturunkan kepada manusia beserta apa saja penyebabnya.

Penulis juga memaparkan hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan diampuninya dosa dan menolak azab.

Iqra al-firdaus, penulis buku ini merupakan seorang sarjana lulusan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menghabiskan waktu belajar di sekolah-sekolah berbasis keagamaan Sumenep dan sudah menerbitkan banyak essai di berbagai media beserta buku solo lainnya, diantaranya; Dampak emosi bagi kesehatan, Rahasia kekuatan doa dan dzikir bagi kesehatan, dan berguru pada wanita.

Harapan penulis pada buku ini, semoga pembaca semakin berhati-hati dalam berperilaku sehingga menghindari hal-hal yang dapat mengundang azab Allah. Dan bersemangat menjemput ridha dari Allah.

Tolong ingatkan aku, teman "")

Zaman semakin berubah, mempermudah seseorang untuk berani bersuara. Entah muda ataupun tua, entah pelajar atau pendidik. Semua tak ada beda, berhak bersuara.

Ruang berpikir semakin logis semakin kritis. Berkat kemajuan teknologi yang canggih hingga tidak ada sekat antar ilmu pengetahuan. Memungkinkan manusia dengan mudah mengetahui segalanya, siapapun kamu siapapun itu.

Yang muda mengkritik yang tua, pelajar menganggap angin lalu perkataan pendidik karena merasa lebih pintar lebih tahu segalanya.

"Saya cerdas, logic, dan kritis. Saya berhak menuntut ini itu."

Namun tahukah teman, di sudut hati terdalam aku begitu miris sampai ingin menangis. Dimanakah adab-adab mulia yang sudah diajarkan para pendahulu kita? Bahkan Imam Syafi'i untuk belajar adab menghabiskan waktu selama 20 tahun sebelum mempelajari ilmu lainnya.
Bahkan mereka-mereka yang lebih berilmu, sangat santun dan indah dalam bersikap dan menyampaikan.

Sedangkan aku? Begitu sombongnya aku memiliki sedikit ilmu dan kritis sedikit saja, sudah merasa yang paling pandai. Sudah merasa paling logic sudah merasa paling wibawa. Dimanakah adabku dimanakah adab-adab yang mulia itu, kawan?

Aku merasa malu pada diriku sendiri. Belajar berbelas-belas tahun, namun adabku masih sangat jauh dari kata beradab.

Seseorang yang senang memberikan ilmunya padaku berkata,

"Bahkan kita para murid harus menutupi seluruh aib guru-guru kita demi mendapatkan keberkahan ilmu dari mereka. Keberkahan itu tidak hanya berupa kecerdasan. Namun, ilmu yang sedikitpun bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari itu sungguh sudah merupakan sebuah berkah. Tidak ada guru yang sempurna. Guru kita pun juga manusia. Biarpun sedikit ilmu yang mereka berikan apalagi banyak. Kita harus tetap memuliakan mereka."

Semakin hari mungkin kita akan semakin cerdas, semakin pandai berargumen dan menggunakan kecanggihan teknologi, semakin kritis menyikapi perkembangan perubahan zaman, namun semoga kita tidak lupa bahwa adab adalah hal paling utama diatas segalanya itu. Agar Allah Ridha, agar Allah berkenan memberikan keberkahan ilmu lewat para guru yang sudah berkorban memberikan ilmunya pada kita.

Tolong ajarkan padaku adab yang baik teman, jangan sungkan menegurku kala kata tingkah dan lakuku tak sesuai tuntutan. 😭

Tolong ajarkan padaku adab teman, adab yang dahulu Imam Syafi'i pelajari bahkan sampai 20 tahun lamanya sebelum ilmu-ilmu lainnya.

Jumat, 27 September 2019

Pada Laki-laki Kami Percayakan Kepemimpinan

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian laki-laki. Laki-laki itu diberikan kelebihan dan kekuatan yang tak kami -kaum perempuan miliki. Kalian adalah pimpinan."

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian calon pemimpin peradaban. Allah karuniakan kecerdasan yang istimewa untuk kalian yang berbeda dengan yang diberikan pada kami -kaum perempuan."

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, perempuan-perempuan yang kau sayangi itu kelak akan menjadi tanggung jawab dipundakmu yang lapang."

"Perempuan-perempuan yang kau hormati di keluargamu kelak akan tersenyum percaya bahwa kau dapat melindungi dan menjaga mereka. Kehormatan, kebahagiaan, kecukupan, dan kemuliaan mereka adalah sebab ketangguhan dan sikap muliamu."

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian kuat. Kalian tangguh. Kalian cemerlang, penuh ide-ide brilian. Kalian pimpinan. Kalian memberikan perlindungan. Kalian harapan. Di pundak kalian kami percayakan keteladanan. Sikap peduli, mau berjuang dan berkorban untuk kebaikan keluarga adalah sekeren-kerennya perjuangan."

Aku pernah mendengar seorang psikolog berkata, "Seorang anak yang dekat dengan ayahnya, dengan sosok laki-laki di keluarganya akan memiliki ketangguhan pribadi yang lebih kuat. Jiwa-jiwa mereka akan tangguh menghadapi berbagai ujian. Karena pengaruh keteladanan dan wibawa kharismatik sang laki-laki pimpinan."

"Nak, kalian adalah seorang anak yang akan menjaga dan melindungi Ibu serta saudara perempuan kalian. Nak, kalian adalah laki-laki pilihan yang akan menjadi suami dan pimpinan bagi keluarga. Tonggak peradaban bangsa, sosok hebat sebagai rahmat bagi kehidupan."

Harga Mati Tanah Air Yang Kami Cintai

Gerakan terpelajar, lahir untuk kebaikan
Apakah kebaikan segelintir kaum elit?
Kami menentang dengan lantang! Tidak!

Kau makan enak, rakyatmu kelaparan
Kau tidur nyenyak, rakyatmu dirundung kecemasan
Kau hidup mewah, rakyatmu mengemis serpihan keberkahan

Ketika kaum terpelajar berbicara
Kau seenaknya membuang muka
Merendahkan dengan wajah durjana
Untuk siapa kau bekerja disana?
Untuk rakyatkah atau kepentingan pribadimu sendiri

Kami kecewa! Ya!
Banyak korban berjatuhan, ditembak dada tanpa nurani
Kami geram! Ya!
Aktivis dermawan ditangkap dengan alasan kau amankan

Mereka hanya bersuara, menyuarakan keresahan yang mewakili keresahan jutaan masyarakat Indonesia
Kami ingin keadilan bukan tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas
Kami ingin keadilan dan jaminan keamanan juga kesejahteraan bukannya hak kami kau korbankan demi kesenanganmu sendiri

Kau rakyat! Kami juga rakyat!
Kau penyelenggara negara! Kau pemimpin bangsa!
Kau yang mengatur dan mengelola peraturan negara!
Jutaan jiwa menaruh harapannya padamu

Mereka ingin kehidupan yang lebih baik
Mereka ingin keadilan yang lebih baik
Mereka ingin kebaikan dan keberkahan menyertai seluruh bangsa Indonesia
Dipimpin oleh para penyelenggara yang amanah dan penuh rahmah pada rakyatnya

Tidakkah hati nuranimu terketuk? Melihat tumpahan darah, mendengar seorang ayah kehilangan putra kebanggaannya karena kau tembak dadanya yang penuh kobaran semangat bagi kebaikan negara

Tidakkah hati nuranimu terketuk? Melihat jutaan mahasiswa ribuan pelajar dan tak terhitung dukungan seluruh lapisan masyarakat menyuarakan dengan lantang ketidaksetujuan atas perbuatanmu yang menggores luka pada demokrasi bangsa

Tidakkah hati nuranimu terketuk?
Mereka mahasiswa muda nan cerdas, mereka pelajar muda nan semangat membara, kaum-kaum cendekiawan pun turut andil menyuarakan kepedulian bagi bangsa dan negara

Akankah kau tega melihat bangsamu sendiri terpecah belah rusak moralnya karena kedzaliman pimpinan?

Kami mahasiswa, kami kaum perempuan, kami kaum pelajar, kami dan seluruh masyarakat bagian dari bangsa tidak akan tinggal diam menyaksikan kedzaliman merenggut kebaikan masa depan bangsa kami!

Hidup perjuangan! Hidup pergerakan!
Lanjutkan kepedulian untuk kebaikan generasi keturunan!
Indonesia kami, tanah air yang kami cintai sampai mati!

Rabu, 25 September 2019

Lalu apa yang membuatmu tetap bertahan?

Kecantikan, ketampanan, kekayaan, kekuatan, akan berubah seiring waktu.

Lalu saat semua itu berubah masih adakah yg membuat kita tetap tinggal dan saling menggenggam satu sama lain?

Maka tenangku, perlu sekali mempertimbangkan; penerimaan dan ketenangan hati ketika memilihnya.

Ia, yang bersamanya membuat kita merasa tenang meski sedang dirundung ujian.

Ia, yang bersamanya membuat kita merasa berharga dengan penerimaan tanpa perlu sibuk memikirkan pembicaraan.

Kita begitu nyaman, lalu saling menenangkan. Keduanya bisa saling berbagi tawa dan kebahagiaan meski sedang diuji kekurangan. Tidak saling jumawa ketika sedang diuji kelebihan, namun tetap saling mengingatkan agar tetap mengutamakan keimanan.

Senin, 23 September 2019

Penelitian Ilmuwan Mengenai Perbedaan Otak Laki-Laki dan Perempuan

Laki-laki dan perempuan Allah karuniai perbedaan sebagai kelebihan satu sama lain untuk saling menyempurnakan. Dari kajian ilmiah Rumah Ilmu bersama dr. Aisyah Dahlan ini dikupas mengenai perbedaan kedua makhluk unik itu, diantaranya:

1. Laki-laki mengeluarkan kata dalam satu hari sebanyak kurang dari atau sama dengan 7000, sedangkan perempuan mengeluarkan kata dalam satu hari bisa mencapai 20.000

Perbedaan yang sangat signifikan, maka tidak heran kalau laki-laki cenderung irit berbicara. Sedangkan perempuan lebih aktif alias cerewet karena kebutuhan kata hariannya berbeda. 😂

2. Otak kanan laki-laki lebih dahulu berkembang dibanding otak kirinya pada usia sebelum 18 tahun. Otak kanan ini berkaitan dengan imajinasi, kreativitas, ide, hikmah, dan bersikap santai, fleksibel dsb. Setelah 18 tahun otak kiri laki-laki berkembang bersamaan dengan otak kanannya. Otak kiri berkaitan dengan analisa, perhitungan, dsb.

Berbeda dengan perempuan, otak kiri dan kanannya berkembang bersamaan. Namun, otak kanan perempuan kalah dominan dengan otak kanan laki-laki. Kenapa seperti itu? dr. Aisyah menuturkan, karena laki-laki memiliki tanggung jawab besar sehingga membutuhkan banyak ide untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi untuk keluarga dan lingkungannya.

3. Otak kiri dan kanan laki-laki tersambung sedikit sehingga lebih mudah fokus terhadap satu pekerjaan setelah 10 menit awal. Namun, memiliki kesulitan dalam hal multitasking. Berbeda dengan perempuan yang otak kiri dan kanannya tersambung dengan lebih banyak, bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Misal, sambil nyetrika sambil curhat sambil nonton televisi dsb 😂

4. Perempuan lebih dominan hormon estrogen dibanding hormon testosteron. Sehingga perasaan lebih dominan dibanding logika berpikirnya. Berbeda dengan laki-laki yang lebih dominan hormon testosteron sehingga lebih dominan logika dibanding perasaaan.

5. Perempuan berharap mendapat laki-laki yang berbahu lebar, kekar, gagah tapi juga penuh perhatian, lembut, peka terhadap kebutuhan wanita, dan pandai berkomunikasi. Namun, perempuan tidak bisa sepenuhnya menuntut mereka agar sepenuhnya penuh perhatian, peka terhadap wanita, dan pandai berkomunikasi seperti kita. Kata beliau, ada ilmunya harus dipelajari dulu. Wkkwkw

6. Perempuan kalau sedang kesal tidak suka berterung terang. Misal ditanya, "kamu marah ya?" Nah, jawaban perempuan itu biasannya, "nggak." Padahal masih harus ditanya sampai mau berterus terang. Berbeda dengan laki-laki kalau sedang kesal ia bisa berterus terang. Betul nggak nih kamu hawa dan kaum Adam? 😆

7. Perempuan ketika tertekan butuh bicara, maka ketika tertekan perempuan tidak boleh ditinggalkan ia butuh didengarkan. Berbeda dengan laki-laki, ketika tertekan ia tidak mau bicara. Laki-laki butuh dipahami, bahwa ketika ia lelah atau sedang mendapatkan masalah tidak mau ditanya-tanya. Biarkan ia, agar bisa terfokus berpikir pada penyelesaian masalahnya. Karena laki-laki, adalah pahlawan dalam problem solving. Berbeda dengan perempuan, bahkan sampai hal kecil pun ingin ia ceritakan, karena memang seperti itu kebutuhan dan fitrahnya.

8. Perempuan ketika curhat hanya ingin disimak, sementara laki-laki ketika ada yang curhat ia langsung terfokus pada menawarkan solusi. Perempuan ingin banyak didengarkan, laki-laki sebagai pemimpin karena fitrah tanggung jawabnya mereka adalah pahlawan yang mendamaikan dan melindungi.

Sesudah bercerita perempuan biasanya akan mudah segar lagi. Ketika curhat, mereka sebetulnya hanya ingin dimengerti dan lebih diperhatikan katanya. wkwkw 😆

9. Ketika berbicara, perempuan menyukai kontak mata. Berbeda dengan laki-laki, mereka kurang menyukai kontak mata. Secara anatomi sudah seperti itu.

10. Laki-laki sudut pandang matanya memanjang lurus ke depan, perempuan sudut pandang matanya bisa melebar ke samping arah. "Sehingga ketika mencari sesuatu perempuan lebih mudah menemukan bukan?" Kata dr Aisyah nya. 😂

11. Perempuan mendapat kesulitan membaca peta atau petunjuk jalan. Laki-laki tahu arah dengan pasti. Karena ketebalan otak tengahnya yang berbeda berdampak pada kemampuannya dalam membaca petunjuk arah.

12. Berbelanja bagi perempuan merupakan kebahagiaan. Sedangkan bagi laki-laki berbelanja adalah teror. 😆
Laki-laki hanya sanggup 20 menit pertama untuk berbelanja, setelah itu bosan pusinh dsb. Apalagi perempuan bisa berkeliling sampai berjam-jam. Kwkwkw 😆

13. Wanita menonton acara dengan tekun, pria suka mengganti saluran Televisi.

14. Letak emosi dalam otak. Laki-laki otak emosinya dua lubang dan besar di otak kanan. Perempuan otak emosinya lubangnya di kedua otak. Sehingga ketika perempuan sedih, ia tidak pandai menyembunyikan kesedihannya. Berbeda dengan laki-laki, karena otak emosinya di otak kanan maka ketika ia sedih yang terganggu adalah otak kanannya. Sementara otak kiri tidak terganggu, sehingga ketika ia sedih tidak terlalu tampak dalam wajahnya.

Berbeda ketika marah, apabila perempuan marah sekali maka ia akan diam dan sulit ditanya. Laki-laki ketika marah sekali bisa sampai berteriak.

Nah, barangkali sekian dulu pembahasan mengenai perbedaan otak laki-laki dan perempuan. Bagaimana Ibu-ibu, Kakak-kakak, sudah merasakan dan menemukan perbedaannya kah dalam kehidupan sehari-hari? Terutama yang punya ayah, pasangan laki-laki, anak laki-laki atau murid laki-laki, sudah pahamkah sekarang kenapa mereka begitu? 😆

Pada akhirnya, keduanya diciptakan dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing. Tugas kita belajar memahami satu sama lain, menerima adanya, dan mempelajari ilmunya demi terciptanya dinamisasi hubungan yang harmonis antara makhluk dari Venus vs Mars ini 😄

Lisan oh lisan

Lisan seringkali ingin mengucapkan banyak keburukan yang dilihat dan tak sedap dipandang mata. Meluapkannya dalam bentuk kemarahan atau bahkan gibahan di tempat yang berlainan.

Lisan seringkali ingin mengungkapkan berbagai kegondokan karena keburukan yang dilihat dan tak sedap dipandang mata. Tak hanya tak sedap dipandang tapi juga mengganggu pikiran. Kita punya ekspektasi dan idealisme sendiri-sendiri berbenturan dengan kebiasaan dan prinsip hidup orang lain yang berbeda-beda.

Lisan seringkali ingin mengucapkan keburukan-keburukan. Kebiasaan jelek orang lain, perkataan orang lain yang tidak mengenakan hati, karakter yang tidak baik menurut kita, prinsip dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda.

Lisan oh lisan ....

Karena ulahmu bisa terjadi banyak bahagia ....

Lisan oh lisan ....

Karena ulahmu pula bisa terjadi banyak bencana

"Tutupilah aib saudaramu. Maka aibmu akan ditutupi." Begitu dalam sebuah hadits.

Kita satu sama lain ibarat pakaian. Saling melindungi memperbaiki dan menjaga kehormatan mereka. Aib mereka bukan untuk diumbar ke sembarang orang memuaskan dahaga nafsu gibah belaka. Ketidakbaikkan mereka bukan untuk diumbar ke teman terdekat sekalipun berkedok curhat.

Jika sekedar membuang sampah dari jiwa, jika sekedar melegakan pikir dan resah di dada, coba dipikir-pikir lagi betulkah dengan berbicara dan mengumbar bisa menyelesaikan masalah yang berkobar?

Barangkali komunikasimu yang kurang baik. Barangkali komunikasimu yang kurang lancar, dan komunikatif. Kelola egomu, buang nafsu jahatmu untuk mengumbar ketidakbaikkan orang lain. Kamu dan mereka ibarat pakaian, saling melindungi saling menjaga kehormatan. Mengumbar aib mereka sama saja sedang mengumbar keburukanmu sendiri.

"Tutupilah aib saudaramu. Maka Allah akan tutupi aib dan keburukanmu." Begitu kata sebuah hadits.

Minggu, 22 September 2019

Menulis Meliarkan Imajinasi

Menulis itu meliarkan imajinasi. Imaji-imaji yang berkelindan bersama kejadian sehari-hari.

Menulis itu menangkap makna tak kasat mata, merangkumnya menjadi sebuah pembelajaran.

Menulis itu, melegakan pikiran menuangkan pemikiran katarsis bagi jiwa-jiwa yang duka luka maupun menuangkan bahagia.

Tulisanku masih belum jelas mau ke arah mana, aku suka fiksi juga suka menuliskan nonfiksi.

Fiksi bermain dengan imajinasi, menciptakan plot twist yang tak terprediksi. Aku suka membacanya, mendebarkan kepenasaranku kala membaca.

Aku suka non-fiksi, banyak hal yang bisa dituliskan dari kejadian sehari-hari. Menjadikannya pembelajaran, menghubungkannya dengan penelitian-penelitian, membagikannya dengan harapan memberikan kebermanfaatan untuk kebaikan hidup melewati hari.

Cenderung kemanakah tulisanku?
Hmm ....

Setelah cukup lama kupikirkan. 😅
Fiksi aku suka, namun ternyata beluk cukup mahir membuatnya. Non-fiksi juga aku suka banyak hal yang bisa dituangkannya. Memancingku membaca lebih banyak, untuk menghasilkan tulisan yang lebih berilmu pengetahuan.

Sepertinya, kebanyakan isi blogku adalah non-fiksi. Meski sebagian ada juga yang fiksi namun masih bisa dihitung jari.

Baiklah, aku memilih non-fiksi menjadi branding diri. Xixi semoga bisa belajar lebih dengan semangat dan kesungguhan agar tulisan yang tercipta diramu hingga menghasilkan tulisan yang berkualitas, memberikan kemanfaatan, dan inspirasi. Utamanya untuk diri sendiri, harapannya juga untuk orang lain pembaca blog ini.

"Semangat sungguh-sungguh belajar. Man Jadda wa Jadda." #Pengingat diri.

Sabtu, 21 September 2019

Prasangka Baik

Bukan beban hidupnya yang berkurang, namun cintanya yang bertambah. Bukan tidak ada masalah hidup yang menyerang, namun kelapangan hatinya yang semakin kuat.


Sehingga ia menjadi semakin kuat dan ringan menjalankan tugas-tugas kehidupannya.


Kita tidak tahu yang terjadi adalah rahmat atau musibah. Tugas kita hanyalah selalu berprasangka baik pada Allah.


Sedih dan bahagia. Dua rasa dalam kehidupan yang nyata adanya. Kita tidak tahu itu rahmat atau musibah tugas kita hanyalah berprasangka baik pada Allah.


Karena berprasangka baik adalah sikap paling mulia pada Dzat Yang Maha Mulia.


Oleh-oleh

Ada yang lebih bermakna, dari oleh-oleh yang ia bawa. Selain senyum dan ketulusannya, ialah perhatian dan kesediannya berkorban.

Oleh-olehnya mungkin sederhana, namun tidak sederhana karena dibawa dengan perjuangan dan berlelah-lelah.

Senang sekali rasanya, jika ada yang memberi oleh-oleh. Namun, bukan berarti membudayakan meminta-minta.

Ada yang lebih bermakna dari oleh-oleh yang ia bawa, yakni ingatan dan kebaikan yang ia tunjukkan.

Ada yang lebih bermakna dari oleh-oleh yang ia bawa. Mencukupkan diri tidak meminta, berterima kasih atas segala niat baik dan cinta.

Merantaulah, Nak!

Merantaulah akan kau temukan orang-orang yang awalnya tak kau kenali menyayangimu.

Mereka bahkan tidak sedarah berbeda suku dan bahasa, namun merantaulah. Bertebaran Rahmat Allah di belahan bumi yang lain.

Merantau demi menuntut ilmu, melatih kemandirian dan memupuk rasa rindu, merantau demi mencari keberkahan di bumi Illahi.

Banyak rezeki-rezeki yang kau dapatkan secara tak terduga, banyak teman dan kenalan yang menjadi saudara. Mereka ada membantu, menyayangi, dan menganggapmu sudah seperti keluarganya sendiri.

Merantau itu ajaib. Kau datang dari belahan bumi bagian mana tanpa tau akan bertemu siapa, lalu di ujung sana sudah Allah siapkan hadiah kejutan-kejutan yang akan menyambutmu tanpa pernah kau duga.

Jangan pernah ragu dan takut untuk mencari rahmat Allah di bagian bumi yang lain. Rahmat Allah terbentang luas dimana-mana.

Rabu, 18 September 2019

Sahabat :")

Ia paling peka menerka raut wajahku yang berubah. Terbiasa ceria banyak bicara, lalu kututupi sedemikian rupa duka yang menyesakkan dada. Aku coba pergi dari keramaian, demi selamat dari tanya dan canda.

Namun, ia tetaplah ia. Sahabatku ....
Di hadapannya aku bisa menunjukkan sisi paling rapuh. Di sampingnya, aku bisa menangis dengan sangat kekanak-kanakkan. Lalu apa yang ia lakukan?
Ia sudah paham aku dengan segala lebih dan kurangku. Ia menertawakan kerapuhanku, mencerca tangisku. Tapi, ia juga yang paling pertama membasuh lukaku. Membantu laraku agar segera ceria. Ia tak pernah berat untuk mengulurkan tangan.

Aku menangis sambil tertawa. Aku tertawa sambil menangis. Sahabatku yang selalu ada, tidak pernah meninggalkan meski aku beribu kekurangan. Meski aku berkali merepotkan. Bahkan selalu paling peka menanyakan bantuan. "Apa yang bisa aku bantu? Segitu aja nangis hayolah jangan cengeng." Ucapnya.

Aku terharu juga bahagia. Terima kasih sahabat selalu ada.
Terima kasih teladan, tetap jadi sahabat meski nanti jarak dan alam memisahkan ya. :)