Minggu, 24 November 2019

Memilih Niche Blog (Tantangan Pertama Non-fiksi)

Di Minggu pertama kelas nonfiksi, dimulai dengan materi "Niche" oleh Kak Rindang. Beliau memaparkan bahwa Niche adalah fokus tulisan pada blog kita.

Memilih fokus "Niche" akan sangat bermanfaat terhadap produktivitas blog kita, diantaranya blog yang kita kelola menjadi lebih expert, bisa lebih mudah dioptimasi, menjadi rujukan karena tema yang fokus tadi, dan bahkan bisa sampai menghasilkan uang dari blogger.

Sejujurnya saya bingung ketika mendapat tantangan niche ini, karena isi blog saya masih gado-gado. Hehe

Namun, saya perlu mengerjakan tugas tantangan pertama kelas nonfiksi yaitu memilih niche dalam blog.

Nah, Kak Rindang memberikan beberapa pertanyaan nih supaya bisa membantu kita menemukan niche dalam blog sesuai passion atau kesukaan dan minat kita.

1. Apa sesuatu yang mudah bagimu

Menuliskan sesuatu berdasarkan pengalaman yang terjadi, atau menuliskan topik yang kusukai baik itu berdasar pengalaman, bacaan, atau tontonan.

2. Pikirkan rutinitas keseharian, apa kegiatan yang paling kamu tunggu-tunggu? 

Bertemu dengan keluarga, orang-orang tersayang, dan sahabat terdekat yang bisa berbagi / sharing tentang hal apa saja.

3. Apa hard skill yang kamu miliki? (contoh: menulis artikel, programming, Photoshop, menggambar, Bahasa Inggris) 

Maybe, menulis blog ala diary dan sedikit kemampuan berbahasa Inggris yang harus terus saya asah.

4. Apa soft skill yang kamu miliki? (contoh: gampang berteman, bisa presentasi yang menarik, percaya diri yang tinggi) 

Saya rasa saya cukup baik dalam hal percaya diri dan presentasi.

Nah, dari empat pertanyaan yang sudah saja tuliskan jawabannya saya disana. Jujur saja, saya masih pemula dalam dunia per-bloggingan apalagi tulisan non-fiksi. Sehingga masih harus banyak belajar dan mengenali tulisan diri sendiri untuk menemukan niche yang tepat pada blog saya.

Namun, bismillah untuk saat ini saya memilih niche blog saya adalah mengenai "cerita / hikmah yang saya temukan dari kejadian sehari-hari".

Seiring berjalannya waktu, semoga saya semakin giat belajar dan berlatih mengembangkan kemampuan diri sehingga dapat menemukan niche yang lebih tepat dan spesifik untuk blog saya ini.

Mohon kritik dan sarannya juga teman-teman. Terima kasih. Hehe

Simpul Ikatan Yang Kuat

Aku bisa menjalani kehidupan seperti sekarang wasilahnya adalah karena pengorbanan, usaha, dan kebaikan Mamah dahulu. 

Darahnya mengalir dalam tubuhku, kita pernah menjadi satu nafas dalam satu tubuh, satu rasa, satu jiwa, menyatu dalam satu raga. 

Ia adalah aku. Aku bersama jiwa dan raganya kemanapun melangkah pergi.
Mamah adalah cintaku. Darah dan pengorbanannya mengalir dalam tubuhku.

Raga yang pernah bersatu. Jiwa yang saling menyatu. Menyimpulkan simpul ikatan yang kuat, detak batin yang saling bertautan. Ada apapun denganku, batinnya akan terkoneksi dengan mudah.

Maka di sudut hidup yang mana aku bisa melupa ia adalah bidadari terindahku.
Aku ingin menyatu dengannya dalam bahagia dalam suka cita di dunia dan akhirat.

Pentingnya Apresiasi

Salah satu hal yang penting sekali dimiliki seorang pimpinan selain kebijaksanaan adalah sikap apresiatif terhadap karyawannya.

Usaha mereka untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya tidak bisa dianggap sepele. Tenaga, waktu, materi dikeluarkan demi totalitas pekerjaan mereka.

Mengapresiasi, menunjukkan empati dan peduli sudah cukup menenangkan rasa lelah mereka yang sudah bekerja!

Dalam lingkup pekerjaan, beberapa kasus kutemui. Ada pimpinan yang tak cakap mengapresiasi hasil pekerjaan karyawannya. Padahal mereka sudah bekerja keras, memberikan waktu tenaga dan pengorbanannya demi totalitas dalam pekerjaan.

Tak jarang, hal ini menimbulkan hubungan yang tak harmonis antara pimpinan dan bawahan. Hak-hak mendapat apresiasi yang layak yang tidak tertunaikan, akan menyebabkan menurunnya semangat dan totalitas dalam bekerja dalam lingkungan pekerjaan.

Menurutku, ketika lingkungan kerja sudah baik, pimpinannya pandai mengapresiasi maka karyawan akan lebih semangat dalam bekerja. Karyawan akan merasa bahwa kerja keras yang mereka berikan benar-benar dihargai sehingga semakin tercipta iklim kerja yang baik dan kondusif.

Sabtu, 23 November 2019

Sebuah Sikap; Tegas.

Laki-laki perlu sekali memiliki ketegasan, sikap mandiri, dan sikap bertanggung jawab. Hal itulah yang membuat laki-laki terhormat dan dipandang berharga.

Perempuan pun sama, terkenal dengan sifat perasa dan lemah lembutnya. Namun, camkan baik-baik, jauhi sikap tidak tegas dan mudah dimanfaatkan orang lain. 

Perempuan juga harus tegas, mandiri, dan mampu menunjukkan sikap atas pilihannya. Perempuan harus tegas, jangan lembek sehingga mudah diombang-ambing oleh perasaan dan kekurangajaran sikap laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

Laki-laki dan perempuan keduanya diciptakan dengan segala keunikannya. Untuk saling menyempurnakan, saling melengkapi, dan berkolaborasi. Bukan untuk saling menyakiti, saling mendzalimi.

Maka, cerdas tegas dan pintar dalam bersikap menjadi keharusan. Jadilah tegas dan cerdas. Namun, tak lupa halus dan welas asih. Tegas, bertanggung jawab, mandiri, jujur, dan jangan sampai menyakiti orang lain adalah sikap yang harus dimiliki oleh laki-laki perempuan. Sekali tidak ada sikap itu, kau bisa dzalim terhadap dirimu sendiri ataupun bahkan orang lain.

Kata-kata Positif

Apa yang kita katakan, apa yang kita pikirkan, akan berdampak terhadap diri kita sendiri.

Kata-kata positif seperti kata-kata penyemangat yang dilontarkan terhadap seseorang akan mampu mengembangkan senyum di wajah dan jiwa mereka.

Di kala sedih, mendapat ujian kehidupan, dukungan dan kata-kata positif, kata-kata sayang dan dukungan dari orang-orang terdekat kita akan sangat menguatkan batin kita melewati ujian tersebut.

Di kala bahagia, di kala bercanda, usahakan untuk selalu berkata-kata positif. Menghindari kata-kata negatif, semacam merendahkan yang bisa menyebabkan mereka tersinggung, sakit hati, dan gundah gulana.

Maka, kata-kata positif, kata-kata penyemangat, dukungan, sangat penting sekali menjadi keseharian lisan kita dalam berbicara. Selain bermanfaat bagi orang lain, juga menimbulkan banyak efek positif bagi diri sendiri. Karena tubuh mampu merespon kata-kata yang kita ucapkan sengaja atau tidak sengaja.

Senin, 18 November 2019

Teman Diskusi

Setiap orang pasti membutuhkan teman diskusi, entah ia berkepribadian introvert ataupun ekstrovert. Memiliki tempat untuk kita berbagi cerita sedih, bahagia, keluhan, atau sekedar bercandaan renyah dan curhatan apa saja menjadi kebutuhan psikologis kita.

Memiliki teman-teman yang mengerti dan bisa menjadi tempat tumpah dan berbagi, terbukti bisa menjadi salah satu sarana menyehatkan jiwa atau bisa disebut healing.

Bagi orang-orang introvert sepertiku, mungkin tidak mudah untuk percaya dan mau berbagi cerita. Biasanya orang-orang introvert, pemilih sekali dalam memilih teman diskusi dan bicara apa saja. Namun, jika ia sudah menemukan tempat yang dipercaya, nyaman dan menenangkan untuk berbagi cerita ia tidak akan segan-segan untuk terbuka.

Berbeda dengan orang-orang berkepribadian dominan ekstrovert, biasanya mereka lebih mudah berbagi cerita dan uneg-uneg di hati pada siapa saja. Itulah kelebihan mereka orang-orang ekstrovert, sangat easy going dan mudah dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Terlepas apapun kepribadianmu, kebutuhan jiwa kita tetaplah harus dipenuhi. Jauhi memendam masalah dan segala kepusingan kita sendiri. Hal itu, selain membuat kita tidak menemukan pencerahan dari pandangan orang lain juga bisa membuat kita lebih rentan terkena stress.

Semoga kita bisa menjadi teman diskusi yang menenangkan, teman bicara yang menyenangkan, dan teman yang mendengarkan dengan tulus serta empati. Mendengarkan, kata yang sederhana namun dampaknya bagi kesehatan mental sangat luar biasa.

Dan dalam hal ini, aku ingin mengucapkan terima kasih dan sangat bersyukur sekali kepada Kakak laki-laki dan kakak perempuan terhebatku. Kepada mereka aku senang berbagi cerita apa saja, kepada mereka aku senang berdiskusi berbagai macam hal yang kualami, aku senang menemukan pandangan dan wawasan mereka yang mencerahkan dan menenangkan.

Terima kasih Aa, terima kasih Teteh, terima kasih untuk pendengar yang menjadi perantara bahagia dan sehatnya mental kita. 


Minggu, 03 November 2019

Ragam Indonesiaku

Dari batik hingga khas tarian
Indonesia punya keragaman
Kaya akan kebersamaan
Toleransi dan penuh kehangatan

Indonesiaku yang damai
Elok nan permai
Jiwa-jiwa muda perisai
Orang-orang dewasa membersamai

Permadani hijau membentang
Gemericik air bersuara tenang
Menenangkan segala tentang
Mencerahkan pikiran dengan riang

Adat budaya yang kaya
Unik menambah pesona
Indonesiaku yang bercahaya
Damailah selalu dan jaya

Puluhan menteri telah dilantik
Dari yang kaya hingga yang nyentrik
Cerdas dan kreatif untuk mendidik
Anak-anak bangsa yang baik

Jayalah Indonesiaku
Ragam kaya budaya bangsaku
Aku bangga padamu
Beribu syukurku tinggal diatas tanahmu

Anak yang dibuang orang tuanya

Anak-anak remaja itu bukan nakal. Mereka berbuat onar barangkali hanya karena orang tua yang kurang perhatian bahkan menafikan kehadirannya sebagai makhluk di bumi.

Kamu tak percaya ada orang tua yang membuang anaknya di bumi ini?

Orang tua yang seharusnya mencintai dan menyayangi anak-anaknya dengan sepenuh hati. Menjadi tempat mendapat pelukan dan kehangatannya di bumi. 

Namun ada yang tega membuangnya, meninggalkannya bersama kakek dan neneknya demi bisa hidup bebas bersama kehidupan pilihannya sendiri yang hedonis dan egois?

Kujawab dengan pasti, hal itu ada terjadi dan nyata!

Baru beberapa hari lalu kuajak bicara anak-anak yang terkenal sering berbuat onar itu. Usut punya usut ternyata mereka bahkan tidak mendapat pulang yang nyaman di rumah dari kedua orang tuanya.

***

Fagfirlii Ya Robbi ....
Semoga Allah kuatkan hati dan pundak orang tua kita dimanapun berada. Untuk menjadi orang tua yang penyayang dan amanah.

Semoga Allah mampukan juga, kita sebagai anak-anak untuk menjadi anak-anak penyejuk hati orang tuanya.

Aamiin YRA.

Semangatlah

Sendirian bukan berarti tidak punya teman. Hanya saja ia sedang berusaha mandiri tidak ingin merepotkan teman-teman yang mempunyai kesibukan.

Sendirian bukan berarti tidak mampu bersosialisasi dengan banyak teman, hanya saja baginya ia lebih nyaman bertan dengan ketenangan.

Tidak suka terlalu berbasa-basi. Barangkali itulah alasannya. Ada kalanya, ia sendirian. Dan itu bukanlah suatu kehinaan.

Bukankah kita tidak pernah benar-benar sendirian?
Ada malaikat-malaikat, ada Tuhan yang senantiasa bersama kita.

Sendiri ataupun berdua yang mana saja yang membuatmu tenang dan bahagia. Berfokus pada tujuan. Maka, pilihlah pilihanmu. Kamu berhak bahagia. Saatnya nanti, sedih dan perihmu akan diganti.

Bersabarlah, Allah bersamamu. Akan ia kirimkan banyak keberkahan dihidupmu. Tersenyumlah, semangatlah .... :)

Pahamilah

Cerbung Part V: Paijo, Tukiem, dan Surti.

"Halo, Paijo ..... Besok jangan lupa datang ke wisuda aku yaaa." Teriak Surti begitu sumringah lewat saluran telepon.

"Hah yang betul kamu, Sur. Sudah selesai kuliahnya?" Jawab Paijo tak kalah senang.

"Betul, Jo. Aku jadi wisudawati tercepat dan terbaik lulusan."

"Alhamdulillaah .... Oke, oke besok gue datang, Sur. Kebetulan gue lagi di Indo ngurusin nikahan gue sebulan lagi."

"Loh, loh .... Lu udah mau nikah aja, Jo. Ngeduluin gue sama si Tukiyem dong Lo. Curang nih. Etapi gue ikut seng, Jo. Serius. Lancar ya nikahannya."

"Iya, Sur. Makasih ya. Syukurnya gue juga udah keterima di perusahaan minyak di Jerman nih. Jadi nanti mau tinggal di Jerman aja sama anak istri."

"Wah, Lu keren banget dah, Jo. Selamat ya. Terus terus istri Lo mau ngapain ikut Lo disana?" Tanya Surti makin penasaran.

"Istri gue ya nemenin gue lah. Dia kan juga pinter ngajarin anak-anak tuh sama punya online shop  gitu. Ya, dia ngurusin gue sama anak gue nantinya. Terus jalanin hobinya itu deh. Yang penting dia seneng." Jelas Paijo mantap. Eh eh gimana itu si Tukiem dia bisa lanjut kuliah lagi?"

"Setahu gue sih bisa bahkan dia sekarang lagi pusing nyusun skripsi katanya hahaha. Nggak nyangka yah dia tukang molor di kelas akhirnya bisa sampai mau selesai juga kuliahnya." Ucap Surti sambil tertawa.

"Eh lu jangan salah, gitu-gitu dia juga cerdas otaknya. Punya bakat itu dia."

"Bakat apa, Jo?"

"Bakat molor tapi tetep pinter hahaha."

"Lu ada-ada aja, Jo. Yaudah besok datang yah ke wisuda gue. Tukiem juga gue suru datang. Nanti kita reunian." Seru Surti.

"Oke-oke, sekalian kita lunasin janji kita. Meskipun jauh tetap jaga persahabatan dan sukses bareng-bareng."

"Eh bentar-bentar ada WhatsApp masuk nih dari si Tukiem. Katanya dia Minggu depan bakalan sidang skripsi." Ucap Surti sambil membaca pesan di ponselnya.

"Alhamdulillaah ....  Kita bisa sukses bareng-bareng, Sur. Yaudah besok kita ketemu yah. See u. Dandan yang cantik yah besok, Sur. Ntar gue bawain bunga, bunga bangkai." Tukas Paijo.

"Sialan Lo, Jo."

***

Begitulah percakapan mereka beberapa tahun kemudian setelah melewati perjuangan dan didikan keras dari orang tuanya. Akhirnya, meskipun kepayahan mereka bisa sampai ke cita-cita dan tujuannya masing-masing. Jaga persahabatan dan sukses di masa depan.

Paijo, Tukiem, dan Surti.

~ The End.






Cerbung Part IV: Paijo, Tukiem, dan Surti.

Sekarang cerita Surti, di awal sudah kukasih tahu kalau Surti adalah seorang anak gadis dari keluarga sederhana namun memiliki ayah yang sangat sayang dan mendidiknya dengan tegas.

Rupanya, di kota yang berbeda dengan Tukiem dan Paijo. Ia pun sudah berkuliah sambil bekerja. Namun ternyata, di kerjaannya itu mengharuskan bekerja full dari pagi pukul 08.00 sampai dengan pukul 21.00 malam. Ia keteteran membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Ditambah badannya yang ringkih dan mudah sakit-sakitan.

"Pak, Surti mau berhenti kerja aja. Surti mau pulang kampung. Surti capek kerja disini, Pak." Curhatnya di telepon sambil menangis kepada Bapaknya.

"Mau jadi apa kamu kalau pulang kampung, Nduk. Disini kamu nggak bisa kuliah. Bapak nggak bisa biayai kamu. Yang sabar ya, Nduk. Kamu harus kuat. Bapak nggak akan izinin kamu pulang kampung sampai kamu bisa lulus kuliah." Bapak Surti menanggapi dengan lembut namun tegas.

"Surti nggak mau, Pak. Surti sering sakit gara-gara capek bekerja dan kuliah. Surti nggak usah kerja disini aja."

"Loh loh ... Kerja disana kan udah enak, Nduk. Bosnya baik-baik sudah seperti orang tuamu sendiri."

"Bapak nggak tahu, aku disini kerja keras pagi sampai malam. Sampai waktu istirahatpun masih saja suka dihantui kerjaan."

"Yang kuat, Nduk. Demi kuliah dan masa depanmu. Kamu kan anak Bapak yang kuat, tangguh. Sudah dulu ya. Assalamualaikum." Tutup Bapak Surti.

"Yah, Bapak ....." Surti kecewa kemudian berteriak sekencang-kencangnya meluapkan kekecewaannya.

Cerbung Part III: Paijo, Tukiem, dan Surti.

Paijo meraung menangis sendiri di rumah sewanya di Jerman. Tapi, ia berpikir tidak bisa berlama-lama seperti itu ia harus segera mencari jalan keluar. Ia sekarang sedang menempuh semester tiga. 

Akhirnya, ia berinisiatif untuk segera mencari kerja agar bisa mendapat uang tambahan demi menutupi biaya denda dan memenuhi kebutuhan kuliah dan hidupnya disana. Ia pun bekerja paruh waktu di sebuah restoran. Selama kuliah libur, maka ia menghabiskan waktunya dengan bekerja di restoran tersebut.

Lain lagi dengan Tukiem. Ia juga sudah kuliah dan sedang menempuh semester tiga seperti Paijo. Namun bedanya, Paijo di luar negeri ia di dalam negeri.

Namun, sekarang ia tengah mengambil cuti perkuliahan karena terkendala biaya. Ia sempat kebingungan mencari uang untuk biaya kuliahnya, minta sama ayahnya sesuatu yang tidak mungkin ia lakukan. Karena ayahnya akan lebih memilih keluarga barunya dibandingkan dengan anak-anaknya.

"Aku harus cari kerja kemana yah biar bisa cari uang untuk bayar kuliah?" Gumamnya dalam hati.

"Baiklah, aku akan coba melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan siapa tahu ada rezekinya." Tukasnya lagi dengan semangat.

Tukiem, yah ia tinggal seorang diri di perantauan. Meninggalkan keluarganya di kampun dan memperjuangkan kuliahnya seorang diri tanpa bantuan keluarganya. Tukiem ingat janji dengan kedua sahabatnya Paijo dan Surti untuk bisa sama-sama sukses bagaimanapun ujiannya.

Akhirnya, setelah beberapa lamaran ia ajukan ke banyak perusahaan. Ada satu perusahaan yang memanggilnya untuk wawancara dan tidak disangka ia pun diterima untuk langsung bekerja di perusahaan tersebut sebagai tenaga administrasi.

Ia mulai mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya agar ia ia bisa melanjutkan kembali kuliah yang sempat tertunda karena kendala biaya itu. Di semester depannya ia pun berhasil berkuliah kembali dari uang hasil tabungannya itu.

"Tukiem .... Akhirnya Lo masuk kuliah lagi. Gue seneng banget kangen banget sama Lo." Peluk sahabat dekatnya di kuliahan Jongrang namanya.

"Gue juga kangen, Rang sama Lo sama temen-temen yang lain juga. Tapi sayangnya gue beda kelas sama kalian. Jadi, kita pisah kelas."

"Yaaahhh ..... Gue sedih. Tapi Lo harus sering-sering main kesini ya. Lo tetep temen kita meskipun beda kelas." Peluk Jongrang lagi.

"Oke, Rang. Gue janji. Kita tetap jaga pertemanan yah." Balas Tukiem dengan senang hati.

Namun, sebetulnya jauh di lubuk hatinya. Tukiem mengalami kekhawatiran dan juga merasa sedih. Ia sempat cuti dan mendapat nilai C di beberapa mata kuliah. Sehingga ia pun harus memperbaiki nilai-nilainya itu dan menempuh mata kuliah dengan jangka waktu lebih panjang karena sempat cuti.

Ia khawatir akan lulus kuliah telat dibandingkan teman-temannya. Namun, ia berusaha menjalani kuliah sambil bekerjanya dengan sabar dan tekun. Belajar dan mengerjakan tugas semampunya dengan penuh semangat. Ia ingat ia harus sukses dan mengangkat harkat keluarganya.

Cerbung Part II: Paijo, Tukiem, dan Surti.

Paijo, Surti, dan Tukiem adalah tiga bersahabat semasa SMA. Selepas SMA mereka memilih jalannya masing-masing dan saling berjanji untuk selalu menjaga persahabatan mereka sampai kapanpun.

Paijo tinggal di negara orang, Jerman namanya. Pernah suatu ketika ia melakukan kesalahan di kendaraan umum yang menyebabkan ia harus didenda. Sementara uang bulanannya sudah habis dan untuk dikirim uang bulanan masih sebelas hari lagi. 

Paijo bingung, ia di denda, uangnya habis. Sementara masih harus berangkat kuliah setiap harinya. Tugas-tugas kuliah pun menumpuk setiap harinya. Maklumlah negara maju menuntut kecerdasan dan kinerja tingkat tinggi.

Meski ia mampu mengikuti dengan baik, tapi ia juga kadang kewalahan dan ingin menyerah saja. Akhirnya, ia memberanikan diri menghubungi ayah ibunya.

"Assalamualaikum .... Ayah, Ibu apa kabar?"

"Kabar kami baik, Nak. Kamu apa kabar disana? Uang masih ada kan?." Jawab Ibunya di seberang tanah air tercinta.

"Ayah, Ibu ... Uang Paijo habis, terus sekarang kena denda karena melanggar aturan lalu lintas. Boleh minta kirimkan uang lebih cepat yah?"

"Hmmm .... Mohon maaf, Nak. Boleh ayah ibu tanya sebelumya?"

"Iya, Ayah Ibu. Boleh."

"Begini, kamu kena denda itu karena kesalahan siapa yah?"

"Kesalahan Paijo, Bu. Paijo kurang teliti dan tidak taat aturan."

"Kalau begitu, silahkan tanggung jawab dengan perbuatan kamu sendiri ya, Nak. Dah Assalamualaikum. Jangan hubungi kami dulu yah sampai kamu mampu bertanggung jawab atas ulahmu sendiri." Jawab Ayah dan Ibunya lembut namun menusuk kalbu Paijo.

Tut .... Tut .... Tut .... Telponnya pun terputus.

Cerbung part 1: Paijo, Tukiem dan Surti.

Terlahir dari keluarga yang berbeda-beda, ketiga remaja ini memiliki cerita uniknya masing-masing. Sebut saja namanya Surti, Tukiem, dan Paijo.

Paijo lahir dari keluarga berada. Ayahnya seorang PNS di Departemen Pekerjaan Umum. Masalah harta kekayaan jangan ditanya. Berlimpah bahkan sampai bingung mau dipakai untuk apa uangnya saking berlimpahnya.

Sementara Tukiem adalah seorang gadis piatu. Ibunya meninggal ketika ia berusia masih balita. Ia ikut tinggal dengan kakak-kakaknya. Karena sang ayah telah pergi menikah dengan wanita lain.

Satu lagi, Surti. Surti adalah seorang gadis dari keluarga sederhana. Ia memiliki keluarga yang hangat, Ibu dan ayah yang luar biasa. Terlebih lagi ayahnya begitu menyayangi dan mendidik anak gadisnya supaya menjadi anak yang kuat dan tangguh menghadapi dunia.

Cerita dimulai ketika mereka mulai beranjak dewasa. Mereka bingung akan jadi apa mereka. Mau kuliah jurusan apa? Mau jadi apa? Bisa apa dan harus bagaimana menghadapi kehidupan.

Meskipun Paijo lahir dari keluarga kaya dan orang tua pun masih lengkap, ia tidak tinggal dengan orang tuanya dan tinggal di luar negeri dengan biaya kiriman yang pas-pasan. Ayah dan Ibunya memang sangat keras mendidik Paijo.

Begitupun Surti dan Tukiem. Surti sama sekali tidak pernah dibiayai oleh ayahnya sehingga harus banting tulang untuk bisa membiayai pendidikan dan biaya kehidupan sehari-harinya. Dan Tukiem ia pun memiliki ayah yang keras mendidiknya, disuruhlah ia kuliah di tanah rantau dengan biayanya sendiri.

Konflik mulai terjadi kala kehidupan Ibu kota terasa makin kejam lebih-lebih dari Ibu tiri ....

Pardi dan Tria

"Kamu tuh nggak ada beresnya sih ngerjain kerjaan di rumah. Jangankan di rumah, bantu kerjaanku aja kamu nggak becus."

"Aku udah berusaha semampuku, Mas. Bantuin kerjaan kamu di pabrik, sambil momong tiga anak kecil yang masih balita. Apa kamu kira itu kerjaan mudah?" Jawab istrinya dengan mata berkaca-kaca.

"Alah .... Kamu tau nggak neng, bulan ini tuh penghasilan dari pabrik lagi merosot belum lagi aku sekarang mengidap penyakit. Itu makin nambah-nambah penderitaanku saja, kamu jangan nambah susah dengan jadi istri yang sulit diatur dong." Suara Pardi terdengar mengeras.

"Aku musti gimana lagi, Mas. Aku udah nurut apa maunya kamu. Aku ninggalin Ibu aku sendirian di kota kelahiranku. Aku ngikutin kemana kamu mau tinggal. Aku berusaha bantu kamu, aku juga udah berusaha jadi istri dan ibu terbaik buat kalian. Aku mesti gimana lagi." Tangis Tria istrinya makin menjadi.

***

Begitulah keadaan keluarga Tria dan Pardi beberapa hari belakangan ini. Sering ribut, rumah tidak damai, anak-anak ikut rewel karena melihat orang tuanya yang jarang akur ditambah suaminya sedang terkena penyakit aneh.

Sudah coba diperiksakan ke dokter, diurut, bahkan obat-obatan herbal sudah ia konsumsi agar sakit di badannya hilang. Namun, usahanya tak jua membuahkan hasil.

***

"Mas, coba kamu kuatin ibadahnya, sholat wajibnya dijaga. Sunahnya ditambah, puasa Daud dilaksanain. Kita coba ikhtiar, Mas. Siapa tahu Allah kasih jalan buat kesembuhan kamu dan keberkahan keluarga kita." Ujar istrinya suatu malam. Kala itu suasana keduanya sedang agak tenang sehingga bisa berbicara dari hati ke hati.

"Iya, Neng. Mas coba. Mas aneh ko benjolan di badan ini nggak hilang-hilang ya. Sakit lagi, Neng kalo malam." Jawab suaminya.

" Ditambah akhir-akhir ini kamu jadi sering marah-marah nggak jelas. Pusing tahu, Mas aku di rumah. Kerjaan rumah aja banyak ditambah kamu bikin nambah pusing aja."

"Ya itu kan juga salah kamu, Neng."

"Loh loh ... Apa salahku, Mas? Mulai lagi deh .... Cukuplah. Aku capek, Mas."

Pardi tampak menarik napas panjang mendengar suara istrinya seperti itu. Keduanya tampak hening, ditemani suara burung hantu di luar rumah.

***

"Eh, Mas ... Mas ...."

"Apa, Neng?"

"Kita coba pergi rukyah ke Pak Ustadz yuk. Kita ikhtiar aja mudah-mudahan itu jadi jalan kamu bisa sembuh."

"Lah, emang aku kerasukan, Neng. Jangan ngeledek kamu..."

"Ih bukan begitu, Mas. Kamu ngerasa ada yang aneh nggak selama ini?"

"Hmmm ada sih, Neng. Tiap malam aku mimpi aneh, mimpinya digigit ular malam mulu. Apalagi malam kemarin, aku mimpi kita cerai."

"Astagfirullah, Mas ...." Istrinya sedih bercampur kaget. "Ayo, Mas jangan tunda lagi. Kita segera cari bantuan ke Pak Ustadz."

***

"Gimana Pak Ustadz dengan suami saya?" Tanya istrinya penasaran.

Setelah dibujuk berkali-kali akhirnya suaminya mau untuk dibawa ke Pak Ustadz.

"Betul, Neng. Ini ada yang ganggu suamimu."

"Tuh kan betul, Mas. Alhamdulillah tolong segera diobatin suami saya, Pak." Ucap istrinya meminta pertolongan.

"Siapa sih yang berani usilin saya, Pak. Saya nggak pernah ganggu orang lain." Ucap Pardi heran.

"Ya namanya orang iri, Mas." Jawab Pak Ustadz.

"Yasudah saya coba obatin semampu saya ya. Selebihnya Mas dan istri harus perbanyak ibadah sama Allah. Jangan tinggalkan baca Al-Qur'an. Kalau bisa istiqomahkan puasa sunnahnya ya." Pesan Pak Ustadz.

"Baik, Pak Ustadz. Kami coba amalkan pesan Pak Ustadz."

***

Setelah Pardi suaminya Tria di rukyah ke Pak Ustadz. Kondisi tubuhnya berangsur membaik. Benjolan di tubuhnya mengecil, dan ia tidak mudah marah-marah lagi.

Begitupun Tria ia merasakan perubahan suaminya, lebih sabar dan penyayang terhadap keluarga. Usahanya pun mulai berjalan baik lagi.

***

Orang-orang iri yang menghalalkan segala cara memang sangat biadab. Kita berlindung kepada Allah semoga dikuatkan keimanan dan dijauhkan dari segala marabahaya.



Sabtu, 02 November 2019

Dyah Yuukita; Perempuan Salju yang Tangguh

Dyah Saraswati adalah nama lengkap gadis kelahiran Depok yang mencintai dunia kepenulisan sejak sekolah dasar dan senang membuat cerpen hingga disenangi teman-teman pembacanya. Memiliki nama pena Dyah Yuukita; Yuuki berasal dari bahasa Jepang yang artinya salju dan Ta merupakan panggilan teman akrab yang merupakan akronim dari Dita.

Selain menyukai dunia kepenulisan, ia juga merupakan pecinta Jepang. Pernah bergabung dengan komunitas pecinta Jepang yang menjadi asal mulanya ia mengikuti komunitas kepenulisan One Day One Post, berkat diajak oleh salah satu temannya di komunitas pecinta Jepang.

Menempuh SD di SDN Mekarjaya 21, SMP di SMP PGRI Depok II Tengah,
SMA di SMK Yapemri Depok II Timur
Kuliah di Universitas Indraprasta PGRI jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia.

Mahasiswi yang memiliki aktivitas sebagai editor, penulis, dan gamer ini sekarang aktif sebagai PJ di grup Tokyo ODOP Batch 7. Tidak hanya itu, ia juga memiliki cukup banyak pengalaman literasi yang membuatnya sehebat sekarang.

Pengalaman literasi yang dimiliki diantaranya:
- Penulis puisi di salah satu media online yang dibukukan
- Penulis puisi di embrio yang dibukukan
- Penulis dan editor Nostalgia Biru (Kumpulan ODOP 3)
- Penulis dan editor Secangkir Sahlab Beraroma Surga (Kumpulan Cerpen Palestina)
- Penulis dan editor Klasik (Kumpulan ODOP 6)
- Pernah terpilih menjadi penulis cerpen di Ngodop.com 
- Penulis kumpulan puisi "Kunyatakan Rasa pada Semesta"

Dengan berbagai rintangan yang ada dari mulai diremehkan oleh tetangga bahkan keluarga sendiri mengenai profesinya sebagai penulis dan editor, ia tidak mudah putus asa. Bahkan, rintangan itu ia jadikan tantangan hingga mampu menjadi seorang editor yang cukup handal dan beliau sudah mampu menerbitkan buku kelimanya yang berjudul "Kunyatakan Rasa pada Semesta".

ODOP bagi Dita adalah keluarga dan prioritas utama. Tidak hanya sebagai wadah untuk belajar menulis, kini Dita menjadi PJ yang bertanggung jawab dan sangat perhatian terhadap anggota grupnya. Ada yang melemah sedikit semangatnya, ia tak lelah untuk terus memberikan semangat dan dukungan.

Dita bisa dihubungi melalui media sosialnya yakni, blog: www.dyahyuukita.wordpress.com dan
IG: @dyah_dita.