Rupanya, di kota yang berbeda dengan Tukiem dan Paijo. Ia pun sudah berkuliah sambil bekerja. Namun ternyata, di kerjaannya itu mengharuskan bekerja full dari pagi pukul 08.00 sampai dengan pukul 21.00 malam. Ia keteteran membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Ditambah badannya yang ringkih dan mudah sakit-sakitan.
"Pak, Surti mau berhenti kerja aja. Surti mau pulang kampung. Surti capek kerja disini, Pak." Curhatnya di telepon sambil menangis kepada Bapaknya.
"Mau jadi apa kamu kalau pulang kampung, Nduk. Disini kamu nggak bisa kuliah. Bapak nggak bisa biayai kamu. Yang sabar ya, Nduk. Kamu harus kuat. Bapak nggak akan izinin kamu pulang kampung sampai kamu bisa lulus kuliah." Bapak Surti menanggapi dengan lembut namun tegas.
"Surti nggak mau, Pak. Surti sering sakit gara-gara capek bekerja dan kuliah. Surti nggak usah kerja disini aja."
"Loh loh ... Kerja disana kan udah enak, Nduk. Bosnya baik-baik sudah seperti orang tuamu sendiri."
"Bapak nggak tahu, aku disini kerja keras pagi sampai malam. Sampai waktu istirahatpun masih saja suka dihantui kerjaan."
"Yang kuat, Nduk. Demi kuliah dan masa depanmu. Kamu kan anak Bapak yang kuat, tangguh. Sudah dulu ya. Assalamualaikum." Tutup Bapak Surti.
"Yah, Bapak ....." Surti kecewa kemudian berteriak sekencang-kencangnya meluapkan kekecewaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)