Senin, 30 September 2019

Sendiri Tidak Selalu Sepi

Terkadang kita harus berani berjalan sendiri, tanpa keluarga tanpa sanak saudara tanpa ada orang-orang sukarela tulus mengulurkan kebaikannya untuk kita.

Iya, tak selamanya keluarga selalu ada menjadi tempat tumpah dan pulang yang paling nyaman. Tidak selamanya kita bisa bermanja pada mereka. Ada saatnya kita jauh dan sudah dari jangkauan mereka.

Ada saatnya aku harus berani sendiri, memutuskan bersikap seperti apa tanpa sibuk bertanya harus seperti apa baiknya bersikap.

Sendiri. Sendiri. Diri sendirilah yang paling setia menemani, hanya diri sendirilah yang paling bisa diandalkan memecahkan beberapa permasalahan problematika kehidupan. Diri sendiri, cukup diri sendiri.

Kabar membahagiakan yang melapangkan hati adalah, dengan tidak usah bergantung sama manusia terus-menerus. Tidak usah bergantung pada manusia berharap terus sama mereka. Karena bisa kecewa.

Ada titik dimana sabar dan imanmu diuji. Ada titik dimana hanya ada kamu sendiri. Hanya ada aku sendiri. Dan berharap pada doa-doa yang kita panjatkan, semoga Tuhan berkenan memberikan cahaya dan pertolongan.

Minggu, 29 September 2019

Resensi Buku: Inilah Akibat Dosa-Dosa Besar di Dunia

Judul         : Inilah akibat dosa-dosa besar
Pengarang: Iqra al-firdaus
Editor         : Virsya Hany
Penerbit    : DIVA Press
Cetakan    : I, Oktober 2011
Tebal buku: 182 Halaman
Sampul     : A. Budi

Setiap kehidupan manusia pasti tidak pernah luput dari dosa dan khilaf, namun kita diberi kesempatan untuk segera bertaubat atas perbuatan salah yang kita perbuat demi keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Di dalam buku ini, diulas tuntas mengenai akibat dosa yang tidak segera ditaubati. Tidak hanya bersifat psikologis, bahkan bisa sampai pada bencana alam yang menjadi musibah bagi seluruh manusia.

"Azab sejatinya akan di alami manusia di akhirat kelak. Akan tetapi, tak jarang pula hal itu disegerakan datangnya di dunia. Misalnya saja, gempa bumi, badai, banjir, kebakaran, krisis berkepanjangan, kekeringan, menyebarkan penyakit yang mematikan, dan lain sebagainya."

Dalam buku ini, diceritakan pula kisah-kisah kaum terdahulu yang dibinasakan oleh Allah karena tidak mau mengikuti perintah-Nya dan malah sengaja melakukan keingkaran.

Setiap manusia, tentu tidak ingin mendapat azab atau siksa dari Allah. Padahal, azab itu datang karena ulah perbuatan manusia.

Dalam buku ini tertulis, "Tidaklah sakit hati, pusing, luka dsb melainkan karena perbuatan dosa manusia."

Di dalam buku ini, terdapat berbagai penjelasan seputar azab yang diturunkan kepada manusia beserta apa saja penyebabnya.

Penulis juga memaparkan hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan diampuninya dosa dan menolak azab.

Iqra al-firdaus, penulis buku ini merupakan seorang sarjana lulusan UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menghabiskan waktu belajar di sekolah-sekolah berbasis keagamaan Sumenep dan sudah menerbitkan banyak essai di berbagai media beserta buku solo lainnya, diantaranya; Dampak emosi bagi kesehatan, Rahasia kekuatan doa dan dzikir bagi kesehatan, dan berguru pada wanita.

Harapan penulis pada buku ini, semoga pembaca semakin berhati-hati dalam berperilaku sehingga menghindari hal-hal yang dapat mengundang azab Allah. Dan bersemangat menjemput ridha dari Allah.

Tolong ingatkan aku, teman "")

Zaman semakin berubah, mempermudah seseorang untuk berani bersuara. Entah muda ataupun tua, entah pelajar atau pendidik. Semua tak ada beda, berhak bersuara.

Ruang berpikir semakin logis semakin kritis. Berkat kemajuan teknologi yang canggih hingga tidak ada sekat antar ilmu pengetahuan. Memungkinkan manusia dengan mudah mengetahui segalanya, siapapun kamu siapapun itu.

Yang muda mengkritik yang tua, pelajar menganggap angin lalu perkataan pendidik karena merasa lebih pintar lebih tahu segalanya.

"Saya cerdas, logic, dan kritis. Saya berhak menuntut ini itu."

Namun tahukah teman, di sudut hati terdalam aku begitu miris sampai ingin menangis. Dimanakah adab-adab mulia yang sudah diajarkan para pendahulu kita? Bahkan Imam Syafi'i untuk belajar adab menghabiskan waktu selama 20 tahun sebelum mempelajari ilmu lainnya.
Bahkan mereka-mereka yang lebih berilmu, sangat santun dan indah dalam bersikap dan menyampaikan.

Sedangkan aku? Begitu sombongnya aku memiliki sedikit ilmu dan kritis sedikit saja, sudah merasa yang paling pandai. Sudah merasa paling logic sudah merasa paling wibawa. Dimanakah adabku dimanakah adab-adab yang mulia itu, kawan?

Aku merasa malu pada diriku sendiri. Belajar berbelas-belas tahun, namun adabku masih sangat jauh dari kata beradab.

Seseorang yang senang memberikan ilmunya padaku berkata,

"Bahkan kita para murid harus menutupi seluruh aib guru-guru kita demi mendapatkan keberkahan ilmu dari mereka. Keberkahan itu tidak hanya berupa kecerdasan. Namun, ilmu yang sedikitpun bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari itu sungguh sudah merupakan sebuah berkah. Tidak ada guru yang sempurna. Guru kita pun juga manusia. Biarpun sedikit ilmu yang mereka berikan apalagi banyak. Kita harus tetap memuliakan mereka."

Semakin hari mungkin kita akan semakin cerdas, semakin pandai berargumen dan menggunakan kecanggihan teknologi, semakin kritis menyikapi perkembangan perubahan zaman, namun semoga kita tidak lupa bahwa adab adalah hal paling utama diatas segalanya itu. Agar Allah Ridha, agar Allah berkenan memberikan keberkahan ilmu lewat para guru yang sudah berkorban memberikan ilmunya pada kita.

Tolong ajarkan padaku adab yang baik teman, jangan sungkan menegurku kala kata tingkah dan lakuku tak sesuai tuntutan. 😭

Tolong ajarkan padaku adab teman, adab yang dahulu Imam Syafi'i pelajari bahkan sampai 20 tahun lamanya sebelum ilmu-ilmu lainnya.

Jumat, 27 September 2019

Pada Laki-laki Kami Percayakan Kepemimpinan

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian laki-laki. Laki-laki itu diberikan kelebihan dan kekuatan yang tak kami -kaum perempuan miliki. Kalian adalah pimpinan."

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian calon pemimpin peradaban. Allah karuniakan kecerdasan yang istimewa untuk kalian yang berbeda dengan yang diberikan pada kami -kaum perempuan."

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, perempuan-perempuan yang kau sayangi itu kelak akan menjadi tanggung jawab dipundakmu yang lapang."

"Perempuan-perempuan yang kau hormati di keluargamu kelak akan tersenyum percaya bahwa kau dapat melindungi dan menjaga mereka. Kehormatan, kebahagiaan, kecukupan, dan kemuliaan mereka adalah sebab ketangguhan dan sikap muliamu."

Berkali aku berujar pada murid-murid tampanku tersayang, "Nak, kalian kuat. Kalian tangguh. Kalian cemerlang, penuh ide-ide brilian. Kalian pimpinan. Kalian memberikan perlindungan. Kalian harapan. Di pundak kalian kami percayakan keteladanan. Sikap peduli, mau berjuang dan berkorban untuk kebaikan keluarga adalah sekeren-kerennya perjuangan."

Aku pernah mendengar seorang psikolog berkata, "Seorang anak yang dekat dengan ayahnya, dengan sosok laki-laki di keluarganya akan memiliki ketangguhan pribadi yang lebih kuat. Jiwa-jiwa mereka akan tangguh menghadapi berbagai ujian. Karena pengaruh keteladanan dan wibawa kharismatik sang laki-laki pimpinan."

"Nak, kalian adalah seorang anak yang akan menjaga dan melindungi Ibu serta saudara perempuan kalian. Nak, kalian adalah laki-laki pilihan yang akan menjadi suami dan pimpinan bagi keluarga. Tonggak peradaban bangsa, sosok hebat sebagai rahmat bagi kehidupan."

Harga Mati Tanah Air Yang Kami Cintai

Gerakan terpelajar, lahir untuk kebaikan
Apakah kebaikan segelintir kaum elit?
Kami menentang dengan lantang! Tidak!

Kau makan enak, rakyatmu kelaparan
Kau tidur nyenyak, rakyatmu dirundung kecemasan
Kau hidup mewah, rakyatmu mengemis serpihan keberkahan

Ketika kaum terpelajar berbicara
Kau seenaknya membuang muka
Merendahkan dengan wajah durjana
Untuk siapa kau bekerja disana?
Untuk rakyatkah atau kepentingan pribadimu sendiri

Kami kecewa! Ya!
Banyak korban berjatuhan, ditembak dada tanpa nurani
Kami geram! Ya!
Aktivis dermawan ditangkap dengan alasan kau amankan

Mereka hanya bersuara, menyuarakan keresahan yang mewakili keresahan jutaan masyarakat Indonesia
Kami ingin keadilan bukan tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas
Kami ingin keadilan dan jaminan keamanan juga kesejahteraan bukannya hak kami kau korbankan demi kesenanganmu sendiri

Kau rakyat! Kami juga rakyat!
Kau penyelenggara negara! Kau pemimpin bangsa!
Kau yang mengatur dan mengelola peraturan negara!
Jutaan jiwa menaruh harapannya padamu

Mereka ingin kehidupan yang lebih baik
Mereka ingin keadilan yang lebih baik
Mereka ingin kebaikan dan keberkahan menyertai seluruh bangsa Indonesia
Dipimpin oleh para penyelenggara yang amanah dan penuh rahmah pada rakyatnya

Tidakkah hati nuranimu terketuk? Melihat tumpahan darah, mendengar seorang ayah kehilangan putra kebanggaannya karena kau tembak dadanya yang penuh kobaran semangat bagi kebaikan negara

Tidakkah hati nuranimu terketuk? Melihat jutaan mahasiswa ribuan pelajar dan tak terhitung dukungan seluruh lapisan masyarakat menyuarakan dengan lantang ketidaksetujuan atas perbuatanmu yang menggores luka pada demokrasi bangsa

Tidakkah hati nuranimu terketuk?
Mereka mahasiswa muda nan cerdas, mereka pelajar muda nan semangat membara, kaum-kaum cendekiawan pun turut andil menyuarakan kepedulian bagi bangsa dan negara

Akankah kau tega melihat bangsamu sendiri terpecah belah rusak moralnya karena kedzaliman pimpinan?

Kami mahasiswa, kami kaum perempuan, kami kaum pelajar, kami dan seluruh masyarakat bagian dari bangsa tidak akan tinggal diam menyaksikan kedzaliman merenggut kebaikan masa depan bangsa kami!

Hidup perjuangan! Hidup pergerakan!
Lanjutkan kepedulian untuk kebaikan generasi keturunan!
Indonesia kami, tanah air yang kami cintai sampai mati!

Rabu, 25 September 2019

Lalu apa yang membuatmu tetap bertahan?

Kecantikan, ketampanan, kekayaan, kekuatan, akan berubah seiring waktu.

Lalu saat semua itu berubah masih adakah yg membuat kita tetap tinggal dan saling menggenggam satu sama lain?

Maka tenangku, perlu sekali mempertimbangkan; penerimaan dan ketenangan hati ketika memilihnya.

Ia, yang bersamanya membuat kita merasa tenang meski sedang dirundung ujian.

Ia, yang bersamanya membuat kita merasa berharga dengan penerimaan tanpa perlu sibuk memikirkan pembicaraan.

Kita begitu nyaman, lalu saling menenangkan. Keduanya bisa saling berbagi tawa dan kebahagiaan meski sedang diuji kekurangan. Tidak saling jumawa ketika sedang diuji kelebihan, namun tetap saling mengingatkan agar tetap mengutamakan keimanan.

Senin, 23 September 2019

Penelitian Ilmuwan Mengenai Perbedaan Otak Laki-Laki dan Perempuan

Laki-laki dan perempuan Allah karuniai perbedaan sebagai kelebihan satu sama lain untuk saling menyempurnakan. Dari kajian ilmiah Rumah Ilmu bersama dr. Aisyah Dahlan ini dikupas mengenai perbedaan kedua makhluk unik itu, diantaranya:

1. Laki-laki mengeluarkan kata dalam satu hari sebanyak kurang dari atau sama dengan 7000, sedangkan perempuan mengeluarkan kata dalam satu hari bisa mencapai 20.000

Perbedaan yang sangat signifikan, maka tidak heran kalau laki-laki cenderung irit berbicara. Sedangkan perempuan lebih aktif alias cerewet karena kebutuhan kata hariannya berbeda. 😂

2. Otak kanan laki-laki lebih dahulu berkembang dibanding otak kirinya pada usia sebelum 18 tahun. Otak kanan ini berkaitan dengan imajinasi, kreativitas, ide, hikmah, dan bersikap santai, fleksibel dsb. Setelah 18 tahun otak kiri laki-laki berkembang bersamaan dengan otak kanannya. Otak kiri berkaitan dengan analisa, perhitungan, dsb.

Berbeda dengan perempuan, otak kiri dan kanannya berkembang bersamaan. Namun, otak kanan perempuan kalah dominan dengan otak kanan laki-laki. Kenapa seperti itu? dr. Aisyah menuturkan, karena laki-laki memiliki tanggung jawab besar sehingga membutuhkan banyak ide untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi untuk keluarga dan lingkungannya.

3. Otak kiri dan kanan laki-laki tersambung sedikit sehingga lebih mudah fokus terhadap satu pekerjaan setelah 10 menit awal. Namun, memiliki kesulitan dalam hal multitasking. Berbeda dengan perempuan yang otak kiri dan kanannya tersambung dengan lebih banyak, bisa mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Misal, sambil nyetrika sambil curhat sambil nonton televisi dsb 😂

4. Perempuan lebih dominan hormon estrogen dibanding hormon testosteron. Sehingga perasaan lebih dominan dibanding logika berpikirnya. Berbeda dengan laki-laki yang lebih dominan hormon testosteron sehingga lebih dominan logika dibanding perasaaan.

5. Perempuan berharap mendapat laki-laki yang berbahu lebar, kekar, gagah tapi juga penuh perhatian, lembut, peka terhadap kebutuhan wanita, dan pandai berkomunikasi. Namun, perempuan tidak bisa sepenuhnya menuntut mereka agar sepenuhnya penuh perhatian, peka terhadap wanita, dan pandai berkomunikasi seperti kita. Kata beliau, ada ilmunya harus dipelajari dulu. Wkkwkw

6. Perempuan kalau sedang kesal tidak suka berterung terang. Misal ditanya, "kamu marah ya?" Nah, jawaban perempuan itu biasannya, "nggak." Padahal masih harus ditanya sampai mau berterus terang. Berbeda dengan laki-laki kalau sedang kesal ia bisa berterus terang. Betul nggak nih kamu hawa dan kaum Adam? 😆

7. Perempuan ketika tertekan butuh bicara, maka ketika tertekan perempuan tidak boleh ditinggalkan ia butuh didengarkan. Berbeda dengan laki-laki, ketika tertekan ia tidak mau bicara. Laki-laki butuh dipahami, bahwa ketika ia lelah atau sedang mendapatkan masalah tidak mau ditanya-tanya. Biarkan ia, agar bisa terfokus berpikir pada penyelesaian masalahnya. Karena laki-laki, adalah pahlawan dalam problem solving. Berbeda dengan perempuan, bahkan sampai hal kecil pun ingin ia ceritakan, karena memang seperti itu kebutuhan dan fitrahnya.

8. Perempuan ketika curhat hanya ingin disimak, sementara laki-laki ketika ada yang curhat ia langsung terfokus pada menawarkan solusi. Perempuan ingin banyak didengarkan, laki-laki sebagai pemimpin karena fitrah tanggung jawabnya mereka adalah pahlawan yang mendamaikan dan melindungi.

Sesudah bercerita perempuan biasanya akan mudah segar lagi. Ketika curhat, mereka sebetulnya hanya ingin dimengerti dan lebih diperhatikan katanya. wkwkw 😆

9. Ketika berbicara, perempuan menyukai kontak mata. Berbeda dengan laki-laki, mereka kurang menyukai kontak mata. Secara anatomi sudah seperti itu.

10. Laki-laki sudut pandang matanya memanjang lurus ke depan, perempuan sudut pandang matanya bisa melebar ke samping arah. "Sehingga ketika mencari sesuatu perempuan lebih mudah menemukan bukan?" Kata dr Aisyah nya. 😂

11. Perempuan mendapat kesulitan membaca peta atau petunjuk jalan. Laki-laki tahu arah dengan pasti. Karena ketebalan otak tengahnya yang berbeda berdampak pada kemampuannya dalam membaca petunjuk arah.

12. Berbelanja bagi perempuan merupakan kebahagiaan. Sedangkan bagi laki-laki berbelanja adalah teror. 😆
Laki-laki hanya sanggup 20 menit pertama untuk berbelanja, setelah itu bosan pusinh dsb. Apalagi perempuan bisa berkeliling sampai berjam-jam. Kwkwkw 😆

13. Wanita menonton acara dengan tekun, pria suka mengganti saluran Televisi.

14. Letak emosi dalam otak. Laki-laki otak emosinya dua lubang dan besar di otak kanan. Perempuan otak emosinya lubangnya di kedua otak. Sehingga ketika perempuan sedih, ia tidak pandai menyembunyikan kesedihannya. Berbeda dengan laki-laki, karena otak emosinya di otak kanan maka ketika ia sedih yang terganggu adalah otak kanannya. Sementara otak kiri tidak terganggu, sehingga ketika ia sedih tidak terlalu tampak dalam wajahnya.

Berbeda ketika marah, apabila perempuan marah sekali maka ia akan diam dan sulit ditanya. Laki-laki ketika marah sekali bisa sampai berteriak.

Nah, barangkali sekian dulu pembahasan mengenai perbedaan otak laki-laki dan perempuan. Bagaimana Ibu-ibu, Kakak-kakak, sudah merasakan dan menemukan perbedaannya kah dalam kehidupan sehari-hari? Terutama yang punya ayah, pasangan laki-laki, anak laki-laki atau murid laki-laki, sudah pahamkah sekarang kenapa mereka begitu? 😆

Pada akhirnya, keduanya diciptakan dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing. Tugas kita belajar memahami satu sama lain, menerima adanya, dan mempelajari ilmunya demi terciptanya dinamisasi hubungan yang harmonis antara makhluk dari Venus vs Mars ini 😄

Lisan oh lisan

Lisan seringkali ingin mengucapkan banyak keburukan yang dilihat dan tak sedap dipandang mata. Meluapkannya dalam bentuk kemarahan atau bahkan gibahan di tempat yang berlainan.

Lisan seringkali ingin mengungkapkan berbagai kegondokan karena keburukan yang dilihat dan tak sedap dipandang mata. Tak hanya tak sedap dipandang tapi juga mengganggu pikiran. Kita punya ekspektasi dan idealisme sendiri-sendiri berbenturan dengan kebiasaan dan prinsip hidup orang lain yang berbeda-beda.

Lisan seringkali ingin mengucapkan keburukan-keburukan. Kebiasaan jelek orang lain, perkataan orang lain yang tidak mengenakan hati, karakter yang tidak baik menurut kita, prinsip dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda.

Lisan oh lisan ....

Karena ulahmu bisa terjadi banyak bahagia ....

Lisan oh lisan ....

Karena ulahmu pula bisa terjadi banyak bencana

"Tutupilah aib saudaramu. Maka aibmu akan ditutupi." Begitu dalam sebuah hadits.

Kita satu sama lain ibarat pakaian. Saling melindungi memperbaiki dan menjaga kehormatan mereka. Aib mereka bukan untuk diumbar ke sembarang orang memuaskan dahaga nafsu gibah belaka. Ketidakbaikkan mereka bukan untuk diumbar ke teman terdekat sekalipun berkedok curhat.

Jika sekedar membuang sampah dari jiwa, jika sekedar melegakan pikir dan resah di dada, coba dipikir-pikir lagi betulkah dengan berbicara dan mengumbar bisa menyelesaikan masalah yang berkobar?

Barangkali komunikasimu yang kurang baik. Barangkali komunikasimu yang kurang lancar, dan komunikatif. Kelola egomu, buang nafsu jahatmu untuk mengumbar ketidakbaikkan orang lain. Kamu dan mereka ibarat pakaian, saling melindungi saling menjaga kehormatan. Mengumbar aib mereka sama saja sedang mengumbar keburukanmu sendiri.

"Tutupilah aib saudaramu. Maka Allah akan tutupi aib dan keburukanmu." Begitu kata sebuah hadits.

Minggu, 22 September 2019

Menulis Meliarkan Imajinasi

Menulis itu meliarkan imajinasi. Imaji-imaji yang berkelindan bersama kejadian sehari-hari.

Menulis itu menangkap makna tak kasat mata, merangkumnya menjadi sebuah pembelajaran.

Menulis itu, melegakan pikiran menuangkan pemikiran katarsis bagi jiwa-jiwa yang duka luka maupun menuangkan bahagia.

Tulisanku masih belum jelas mau ke arah mana, aku suka fiksi juga suka menuliskan nonfiksi.

Fiksi bermain dengan imajinasi, menciptakan plot twist yang tak terprediksi. Aku suka membacanya, mendebarkan kepenasaranku kala membaca.

Aku suka non-fiksi, banyak hal yang bisa dituliskan dari kejadian sehari-hari. Menjadikannya pembelajaran, menghubungkannya dengan penelitian-penelitian, membagikannya dengan harapan memberikan kebermanfaatan untuk kebaikan hidup melewati hari.

Cenderung kemanakah tulisanku?
Hmm ....

Setelah cukup lama kupikirkan. 😅
Fiksi aku suka, namun ternyata beluk cukup mahir membuatnya. Non-fiksi juga aku suka banyak hal yang bisa dituangkannya. Memancingku membaca lebih banyak, untuk menghasilkan tulisan yang lebih berilmu pengetahuan.

Sepertinya, kebanyakan isi blogku adalah non-fiksi. Meski sebagian ada juga yang fiksi namun masih bisa dihitung jari.

Baiklah, aku memilih non-fiksi menjadi branding diri. Xixi semoga bisa belajar lebih dengan semangat dan kesungguhan agar tulisan yang tercipta diramu hingga menghasilkan tulisan yang berkualitas, memberikan kemanfaatan, dan inspirasi. Utamanya untuk diri sendiri, harapannya juga untuk orang lain pembaca blog ini.

"Semangat sungguh-sungguh belajar. Man Jadda wa Jadda." #Pengingat diri.

Sabtu, 21 September 2019

Prasangka Baik

Bukan beban hidupnya yang berkurang, namun cintanya yang bertambah. Bukan tidak ada masalah hidup yang menyerang, namun kelapangan hatinya yang semakin kuat.


Sehingga ia menjadi semakin kuat dan ringan menjalankan tugas-tugas kehidupannya.


Kita tidak tahu yang terjadi adalah rahmat atau musibah. Tugas kita hanyalah selalu berprasangka baik pada Allah.


Sedih dan bahagia. Dua rasa dalam kehidupan yang nyata adanya. Kita tidak tahu itu rahmat atau musibah tugas kita hanyalah berprasangka baik pada Allah.


Karena berprasangka baik adalah sikap paling mulia pada Dzat Yang Maha Mulia.


Oleh-oleh

Ada yang lebih bermakna, dari oleh-oleh yang ia bawa. Selain senyum dan ketulusannya, ialah perhatian dan kesediannya berkorban.

Oleh-olehnya mungkin sederhana, namun tidak sederhana karena dibawa dengan perjuangan dan berlelah-lelah.

Senang sekali rasanya, jika ada yang memberi oleh-oleh. Namun, bukan berarti membudayakan meminta-minta.

Ada yang lebih bermakna dari oleh-oleh yang ia bawa, yakni ingatan dan kebaikan yang ia tunjukkan.

Ada yang lebih bermakna dari oleh-oleh yang ia bawa. Mencukupkan diri tidak meminta, berterima kasih atas segala niat baik dan cinta.

Merantaulah, Nak!

Merantaulah akan kau temukan orang-orang yang awalnya tak kau kenali menyayangimu.

Mereka bahkan tidak sedarah berbeda suku dan bahasa, namun merantaulah. Bertebaran Rahmat Allah di belahan bumi yang lain.

Merantau demi menuntut ilmu, melatih kemandirian dan memupuk rasa rindu, merantau demi mencari keberkahan di bumi Illahi.

Banyak rezeki-rezeki yang kau dapatkan secara tak terduga, banyak teman dan kenalan yang menjadi saudara. Mereka ada membantu, menyayangi, dan menganggapmu sudah seperti keluarganya sendiri.

Merantau itu ajaib. Kau datang dari belahan bumi bagian mana tanpa tau akan bertemu siapa, lalu di ujung sana sudah Allah siapkan hadiah kejutan-kejutan yang akan menyambutmu tanpa pernah kau duga.

Jangan pernah ragu dan takut untuk mencari rahmat Allah di bagian bumi yang lain. Rahmat Allah terbentang luas dimana-mana.

Rabu, 18 September 2019

Sahabat :")

Ia paling peka menerka raut wajahku yang berubah. Terbiasa ceria banyak bicara, lalu kututupi sedemikian rupa duka yang menyesakkan dada. Aku coba pergi dari keramaian, demi selamat dari tanya dan canda.

Namun, ia tetaplah ia. Sahabatku ....
Di hadapannya aku bisa menunjukkan sisi paling rapuh. Di sampingnya, aku bisa menangis dengan sangat kekanak-kanakkan. Lalu apa yang ia lakukan?
Ia sudah paham aku dengan segala lebih dan kurangku. Ia menertawakan kerapuhanku, mencerca tangisku. Tapi, ia juga yang paling pertama membasuh lukaku. Membantu laraku agar segera ceria. Ia tak pernah berat untuk mengulurkan tangan.

Aku menangis sambil tertawa. Aku tertawa sambil menangis. Sahabatku yang selalu ada, tidak pernah meninggalkan meski aku beribu kekurangan. Meski aku berkali merepotkan. Bahkan selalu paling peka menanyakan bantuan. "Apa yang bisa aku bantu? Segitu aja nangis hayolah jangan cengeng." Ucapnya.

Aku terharu juga bahagia. Terima kasih sahabat selalu ada.
Terima kasih teladan, tetap jadi sahabat meski nanti jarak dan alam memisahkan ya. :)

Selasa, 17 September 2019

Takut Sungguh Takut

Takut ....
Sungguh takutlah diri
Apa yang kita perbuat entah dosa atau maksiat
Akan berdampak kepada orang tua kita di akhirat

Takut
Aku sungguh takut
Banyak sekali dosa
Banyak sekali khilaf
Banyak sekali Alfa
Banyak sekali salah

Mamah ....
Bapak ....
Mudah-mudahan Allah memberikan ampunan untuk aku yang berlumur dosa ini ...

Takut
Aku sungguh takut
Karena kebodohan diri
Karena kelemahan iman di hati
Lalu menganggap dosa sebagai kebaikan
Akan bagaimanakah nasib orang tua kita?

Aku ingin mereka bahagia
Aku ingin mereka sejahtera
Aku ingin Allah ridha
Aku ingin mereka menjadi penghuni syurga

Takut sungguh takut
Kelak tanggung jawab menjadi orang tua pun ternyata sangatlah berat
Seiring kebahagiaan yang hadir melalui pernikahan dan kelahiran bayi jelita
Seiring pula kewajiban dan tugas menanti  tanpa memberi jeda

Menjadi orang tua pun, yang katanya syurga di telapak kakinya
Rupanya tak semudah dikata
Ada yang namanya orang tua durhaka
Tidak hanya anak durhaka
Lalu, bisakah kita berkata ketika menjadi orang tua kita adalah kunci syurga?
Jika laku dan tingkah masih jauh dari kata mulia

Namun seiring bertambah kewajiban, seiring bertambah tanggung jawab terhadap Tuhan
Aku harus yakin, bahwa Allah yang memberi kewajiban pasti juga akan memberikan kemampuan dan pertolongan agar kita mampu melaksanakan

Hidup di dunia tidak bisa semena-mena
Kita ini siapa? Kita hanyalah makhluk dari pencipta Yang Maha Kuasa
Semoga Allah berkenan meluaskan ampunan
Memberikan kasih sayang dan pertolongan
Kalau bukan kepada Allah kepada siapa lagi kita hendak mengadukan ketakutan?

Minggu, 15 September 2019

Love Alarms; Ia Selalu Ada

Ia selalu ada. Bahkan untuk sekedar menanyakan kabar. Apakah aku baik-baik saja?
Di saat suka dan sedih ia tidak pernah alfa menunjukkan cinta.

Ia hadir dengan membawa senyum yang menenangkan. Menyediakan bahu untuk mendamaikanku yang sedang tidak baik-baik saja.

Apa yang membuatku terharu?
Bahkan di saat tersulit sekalipun. Ia ada, tidak meninggalkan. Memastikan aku mendapat tempat pulang yang nyaman.

Di pelataran senja, kita berdua. Ah tidak berdua sebetulnya. Banyak lalu lalang orang lain yang juga sibuk memenuhi keperluannya. Namun, yang lain tidak kudengar. Karena terlalu fokus memandang wajahnya yang berkelindan bersama temaramnya senja.

Berkali-kali kulontarkan celotehan dan keluhan.

"Aku senang mendengarmu." Ucapnya sambil tersenyum manis.

Ah, bagaimana hati tidak berbunga. Kala ia menerimaku dengan sahaja. Terima kasih pemilik senyum manis yang menenangkan. Hadirmu benar-benar menambah manis. Kesediaanmu untuk selalu ada menyediakan bahu ternyaman sudah menjadi hal paling romantis.

Terima kasih sudah membawaku pergi menyembuhkan luka, memberi kabar gembira, dan memberi senyuman yang menawarkan asa. Bagaimanapun kerasnya jarak dan sesaknya rindu, aku tidak akan pernah meninggalkan.



Cintai Alam Kita

Katanya mencintai alam, tapi menggunakan plastik masih seenaknya. Dasar aku.

Katanya mencintai alam, tapi penggunaan plastik masih tidak dikondisikan. Dasar aku.

Sampah plastik dimana-mana, penggunaannya memang sangat berguna. Namun, alangkah lebih bijak menggunakannya dengan lebih hemat agar berdampak baik bagi alam.

Berawal dari plastik sampah yang dibuang sembarangan, jika terkena hujan dan air menggenang timbullah jentik-jentik nyamuk yang berkembang. Penyebab penyakit demam berdarah dan tidur yang tak tenang, karena suara nyamuk terngiang-ngiang.

Kota-kota besar bahkan sampe ke pelosok desa, penggunaan kendaraan semakin membesar. Berakibat macet yang tak bisa dielakkan. Polusi mewabah dimana-mana, akibat perkembangan kendaraan yang semakin berkelindan.

Dari sekian partikel polusi yang dihasilkan, berapa pohonkah yang harus disediakan agar mampu menangkal zat-zat kimia masuk ke saluran pernapasan?
Syahdan ternyata pohon-pohon sumber oksigen saja tengah kebakaran.

Debu polusi, kemacetan, sampah-sampah plastik yang sulit diuraikan, serta kebersihan yang harus digalakkan. Alam kita membutuhkan uluran tangan kita, dimulai dari kepedulian kecil lalu semoga berkembang menjadi kepedulian besar karena dilakukan dengan kebersamaan.

Bumi yang kita tinggali, alam yang memberikan oksigen kehidupan, mari bersama kita jaga untuk kelangsungan hidup dan ketentraman anak keturunan.
Kalau bukan kita yang mencintai alam tempat tinggal manusia dan makhluk lainnya lantas siapa lagi? 😥


Sabtu, 14 September 2019

Perempuan Perempuan

Perempuan dikaruniai Allah kelebihan
Perempuan dikaruniai Allah keistimewaan
Perempuan bisa menjadi penyebab luka
Bisa juga menjadi pelipur lara
Perempuan adalah tonggak peradaban
Namun bisa juga menjadi penyebab kerusakan

Tidak mudah ....
Tidak mudah ....
Menjadi seorang singlelillah ....

Ujian datang, menggoda imanmu
Ujian datang menawarkan kebahagiaan semu

Saudariku, kutulis ini sebagai pengingat diriku sendiri
Kita sebagai perempuan, Allah berikan kemuliaan
Allah jadikan penyebab ayah dan keluarga kita bisa masuk syurga
Allah jadikan kecantikan dan kelembutan menjadi penghias diri kita
Allah jadikan perasaan lebih dominan menguasai kita

Tapi, Allah juga jadikan kita sumber fitnah yang menakutkan
Ujian bagi kaum Adam yang mengerikan
Ujian karena perannya sangat berpengaruh bagi kedamaian

Tidak mudah tidak mudah
Menjaga diri
Membentengi diri

Mudah-mudahan Allah kuatkan imanku dan imanmu
Mudah-mudahan Allah muliakan kehormatanku dan kehormatanmu
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan penjagaan terbaik untukku dan untukmu
Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kesucianku dan kesucianmu

Allah
Allah ....
Kalau bukan kepada Allah kepada siapa lagi kita memohon perlindungan di tengah kekalutan yang menakutkan?

Allah
Allah ....
Kalau bukan kepada Allah kepada siapa lagi kita memohon kekuatan iman dan penjagaan?

Semoga aku dan kamu menjadi penyejuk iman, penerus majunya generasi emas peradaban, semoga aku dan kamu dikuatkan untuk senantiasa menjaga kehormatan dan kemuliaan karena kita hanyalah ciptaan yang seharusnya tunduk pada apa yang Tuhan inginkan. Semoga dikuatkan iman.




Kamis, 12 September 2019

Kalian begitu berharga, Nak. :")

Hari ini jadwalnya piket, terus kebagian menangani anak-anak yang kesiangan.

Pas ditanya kenapa kesiangan?
"Saya bangunnya siang, bu. Semalem tidur jam 2."
"Emang habis ngapain tidur jam 2?" Tanyaku lagi.
"Saya jualan, Bu sampe malem."

*Mereka itu, pulang sekolah setelah sholat ashar. Habis itu pulang, makan lanjut jualan sampe malem🥺

Semoga berkah, Nak.

Semasa sekolah dulu, ketika pulang sekolah saking senangnya dengan buku sesampainya di rumah yang segera kuraih bukan cepat-cepat mandi atau bantu orang tua. Tapi ngambil buku terus nulis corat-coret atau apalah.

Lalu Kakak teriak dari dapur, "ayo bantuin beres-beres di rumah dulu." Katanya.

Tidak diharuskan untuk ikut mencari nafkah seperti halnya mereka.

Aku kadang kagum sama mereka anak-anak yang masih sekolah tapi sudah mau bekerja keras. Mencari nafkah untuk keluarga.

Dalam Islam, laki-laki sejak ia baligh memang harus sudah diajarkan mengenai kemandirian salah satunya keberanian dan kemampuan mencari nafkah sendiri. Karena laki-laki memiliki tugas besar untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan Ibu dan keluarganya.

Aku yang merasa remah rempeyek ini, saban pagi berisik menceramahi anak-anak tentang keilmuan. Lalu kalah dalam prakteknya dibanding lelahnya perjuangan mereka.

Di sekolah mungkin akademik mereka biasa saja, namun di rumah merekalah pejuang keluarga.

Doa Ibu menyertai kalian, Nak.
Untuk beberapa hal Ibu memang tegas apalagi terkait sekolah pentingnya ilmu dan kedisiplinan.

Namun jauh dalam lubuk hati Ibu, Ibu salut akan perjuangan kalian. Semoga lelahmu berkah, semoga jiwa dan raga kalian dikuatkan. Semoga kalian sukses dan selamat dunia akhirat.

Dari aku, gurumu yang masih harus banyak belajar. Terima kasih sudah mengajarkan hikmah pagi ini. Kalian berharga.




Teladanmu abadi, Eyang Habibi 😭

Tanah air berduka atas kepergianmu
Sang guru bangsa, kebaikan dan teladanmu akan menjadi sejarah sepanjang masa. Terukir sebagai kekayaan mutiara untuk Indonesia tak akan lekang terkikis waktu.

Eyang, terima kasih atas pengorbananmu untuk negeri
Tidak mudah mengambil alih kepemimpinan dalam situasi paling genting
Eyang tampil memimpin diri
Dalam kecamuk permasalahan negeri
Eyang tunjukkan kepemimpinan sejati
Kebaikan rakyat diatas kekuasaan jabatan

Eyang, terima kasih untuk cintamu yang mengabadi
Dirimu lelaki sejati
Cintamu bukan sekedar memandang paras, lebih dari itu bahkan hingga raga terputus dimensi cinta Eyang untuk Ibu Ainun tetap mengabadi ....

Terima kasih untuk perjuanganmu, kebaikanmu, pengorbanan, dan teladanmu yang abadi
Membekas dalam sanubari setiap anak negeri

Akan kuceritakan kisahmu
Akan kukabarkan pada mereka anak negeri
Bahwa Indonesia pernah memiliki sesosok Bapak bangsa yang luar biasa

Tidak hanya teknologi tingkat tinggi ia kuasai, tidak hanya kecerdasan tingkat tinggi yang ia miliki, ia juga memiliki hati seluas samudera untuk mengabdi pada negeri, dan tak akan pernah kami lupa teladanmu dalam mencintai.

Eyang berujar, "Ainun tidak pernah meninggalkanku dalam kondisi paling susah sekalipun, Ibu Ainun tetaplah setia mendampingi. Lalu bagaimana aku dapat melupakannya?"

Cinta Eyang akan kami kenang dalam sanubari paling dalam, tentang kesetiaan, tentang kesucian, tentang cinta yang tak hanya sejati tapi juga cinta Illahi ....

Eyang, selamat bertemu kekasih hati
Selamat beristirahat dengan tenang
Selamat menikmati buah lelah dan penantianmu di dunia ....

Eyang adalah guru bangsa. Bapak bangsa  yang teladan. Lelaki yang sejati. Sosok Ayah dan Kakek yang tidak terganti.

Terima kasih, Eyang
Aku mewakili anak negeri
Mengucapkan terima kasih tidak terhingga atas segala kebaikanmu yang menyejarah abadi dalam sanubari

Selamat berbahagia dalam peristirahatan yang damai bersama kekasih sejati, menemui Tuhan menemui Ibu Ainun, menemui cintamu yang Illahi.

Semoga kami dapat meneladani kebaikanmu, semoga kami dapat meneladani cintamu dan cinta Ibu Ainun yang mengabadi.



Rabu, 11 September 2019

Mengenali bahasa cinta mereka

Kalau hanya memikirkan untuk diri sendiri mungkin cukup. Namun, tidakkah ingin berbagi lebih untuk membahagiakan mereka dalam kesejahteraan yang lebih. Hidup bukan hanya tentang diri sendiri saja.

Ada yang senang memberi sesuatu memenuhi segala keperluan namun tak suka banyak berkata, itulah bahasa cintanya.

Ada yang senang mendengarkan berkata manis nan romantis, itulah bahasa cintanya.

Setiap orang ingin diperlakukan sesuai bahasa cintanya masing-masing. Maka mengenali bahasa cinta mereka adalah upaya kita memenuhi kebutuhan jiwa mereka.

Sudahkah kita menyiapkan hati yang lapang menyikapi perbedaan bahasa cinta itu? Atau sudahkah kita mengenali bahasa cinta sendiri dan orang-orang terdekat kita? Xixi

Selasa, 10 September 2019

Keluargaku, Cinta berhargaku

Bukan beban hidupnya yang berkurang, tapi cintanya yang semakin bertambah. Semakin dalam dan bermakna. Tercermin dalam setia menjaga dan bertanggung jawab.

Sejauh manapun melangkah pergi, yang teringat dalam hati selalu adalah keluarga. Sejauh manapun melangkah disibukkan oleh berbagai tugas dan kegiatan yang selalu teringat dalam hati adalah keluarga.

Teringat pengorbanan dan kasih sayang Mamah ..., Lalu tidak terbayang bagaimana capeknya beliau merawat anak-anaknya. Kesabaran beliau dalam berbakti pada Bapak sebagai suami yang ditaatinya. Belum ditambah pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Teringat bagaimana perjalanan Bapak untuk menafkahi dan memperjuangkan keluarga. Agar bahagia agar tercukupi agar selamat agar terpenuhi kebutuhannya.

Teringat bagaimana perjuangan Aa, Kakak laki-lakiku satu-satunya. Untuk pendidikan adik-adiknya. Untuk sejahtera keluarganya, perjuangan agar keluarga terlindungi di tempat yang aman dan nyaman, berusaha agar keluarga senantiasa dalam bahagia, bersabar agar keluarga senang dalam ketaatan agar keluarga terselamatkan dari api neraka dunia dan akhirat.

Hari ini aku sangat merindukan mereka. Bahkan setiap hari, selepas sembahyang lalu terbayang wajah-wajah mereka.

Pintaku semoga mereka selalu bahagia dalam kasih sayang Allah, pintaku semoga mereka senantiasa menjadi hamba Allah yang taat dan pandai bersyukur, pintaku semoga mereka menjadi hamba Allah yang pandai bersabar dalam ketaatan dan kebaikan. Pintaku semoga mereka senantiasa dikuatkan dalam melaksanakan kewajiban dan menebarkan kebermanfaatan bagi diri maupun sesamanya.

Mereka adalah kekuatanku. Cintalah yang menjelmakannya menjadi kekuatan yang menggerakkan. Menghilangkan rasa lelah bosan dan penat.

Melihat senyumnya saja sudah menjadi pelipur lara. Kamu tahu? Hari-hari paling bahagiaku adalah ketika aku bisa berkumpul dan bercengkrama dengan mereka. Keluargaku harta berhargaku.

Aku senang ketika bercanda dan berbagi banyak cerita dengan Bapak, aku senang ketika bercerita banyak hal pada Aa, aku senang ketika mendengar banyak cerita dan harapan-harapan mereka -adik dan kakak-kakakku.

Aku senang ketika mendengar nasihat-nasihat cinta mereka, aku senang ketika bermain-main dan bercanda dengan ponakan-ponakanku tercinta. Menghabiskan hari dengan merayakan tingkah-tingkah lucu mereka.

Aku senang ketika Bapak bercerita tentang Mamah lalu berujar, "Mamah adalah cinta terbaik Bapak, tidak ada yang bisa menggantikannya sampai kapanpun. Meskipun masa terus berubah, tapi cinta Bapak pada Mamah adalah cinta yang tak terikat masa. Cinta Bapak pada Mamah adalah cinta abadi menembus ruang dan waktu. Tidak terganti, Mamah adalah cinta terbaik Bapak."

Aku sangat sayang mereka Ya Allaah ....
Sayang sekali ....
Mudah-mudahan orang tua dan keluargaku senantiasa dilindungi Allah....

Pintaku, aku ingin sekali berbakti dan membuat mereka bangga. Pintaku, aku ingin sekali membahagiakan mereka. Banyak menghabiskan waktu berkualitas dengan mereka, sehingga menjadikan kami keluarga yang semakin kompak semakin bersyukur semakin saling menyayangi dan mencintai karena Allah.

Kini, aku tengah merantau. Bertemu banyak orang baru yang begitu menyayangiku dengan tulus, mau membantu dan peduli padaku dengan sepenuh hati, perhatian dan menyayangiku selaiknya keluarga mereka. Ah, betapa nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kamu dustakan?

Dengan merantau, aku banyak menemukan pembelajaran, mengembangkan relasi dan kemampuan diri, menemukan hal-hal baru yang membuka pikiran dan menyegarkan pemikiran, menemukan banyak hikmah yang menambah kekayaan jiwa.

Semoga dan semoga setiap langkahku di perantauan, menjadi penambah pahala dan kebaikan untuk orang tua dan keluargaku.Menjadi penambah keberkahan dan perlindungan untuk orang tua dan keluargaku.

Aku tidak bisa bersama mereka selalu karena terhalang jarak dan waktu, namun semoga doaku takkan putus menyalami jiwa mereka setiap waktu.

Aku sayang mereka Ya Allah, aku rindu mereka. Padahal baru saja Minggu kemarin pulang dari kampung halaman, namun rindu tetap saja hadir setiap waktu. Media gawai, video call an menjadi pelipur rindu.

Mereka candu bagiku untuk selalu bertemu. Semoga kelak cinta kami terus abadi hingga menembus ruang dan waktu -mempersatukan kami kembali di syurga-Mu yang abadi.


Prasangka Baik

Bukan beban hidupnya yang berkurang, namun cintanya yang bertambah. Bukan tidak ada masalah hidup yang menyerang, namun kelapangan hatinya yang semakin kuat.

Sehingga ia menjadi semakin kuat dan ringan menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

Kita tidak tahu yang terjadi adalah rahmat atau musibah. Tugas kita hanyalah selalu berprasangka baik pada Allah.

Sedih dan bahagia. Dua rasa dalam kehidupan yang nyata adanya. Kita tidak tahu itu rahmat atau musibah tugas kita hanyalah berprasangka baik pada Allah.

Karena berprasangka baik adalah sikap paling mulia pada Dzat Yang Maha Mulia.

Senin, 09 September 2019

Perasaan berharga; Rasa Syukur di hati



Kita tak punya apa-apa. Semua yang ada dalam diri dan hidup kita adalah pemberian. Bisa bernafas dengan tenang, mengecap berbagai makanan untuk memenuhi gizi harian, bertemu teman-teman yang menyenangkan. Dan masih banyak lainnya nikmat yang kita rasakan.

Semua adalah pemberian, kita tak punya apa-apa dan tak bisa apa-apa tanpa pertolongan-Nya.

Tidak ada nikmat yang kecil dan sedikit, karena itu adalah pemberian dari Yang Maha Agung pemilik alam semesta.

Tidak cukup sampai disitu, setelah Allah berikan nikmat yang banyak Allah menyuruh kita untuk bersyukur dan ketika kita bersyukur Allah janjikan akan menambah nikmat-Nya pada kita.

Syukur adalah rasa yang membuat hati menjadi lega. Perasaan menjadi lapang. Hidup terasa bahagia. Perasaan cukup yang menjadikan hidup terasa sangat berharga.

Mengingat-ingat setiap nikmat-Nya, memuji sang pemberi nikmat, menggunakannya dalam kebaikan, menebarkannya menjadi kebermanfaatan; syukur adalah perasaan kerendahan diri dari seorang hamba yang benar-benar tidak bisa apa-apa tanpa pemberian dan kasih sayang-Nya.

"Mudah-mudahan Allah karuniakan rasa syukur selalu terpatri dalam hati dan perbuatan keseharian kita. Syukur perasaan yang Allah agungkan yang dengan syukur Allah semakin menyayangi dan menambah kenikmatan bagi hamba-Nya."

Minggu, 08 September 2019

7 Ilmu Penting dalam Parenting



Assalamualaikum, pembaca setia yang budiman :D cielah ....


Akhir-akhir ini, aku senang sekali mempelajari dunia parenting selain karena sehari-hari berkutat dengan dunia pendidikan dan anak-anak. Juga sebagai persiapan keilmuan untuk membentuk generasi yang banyak menebar kebaikan. :D


Di postingan kali ini, aku ingin membagikan "7 hal penting dalam Parenting" yang dikupas oleh Professor Dedy Susanto seorang psikolog yang telah menempuh S3 nya di bidang psikologi beliau concern di bidang marriage and parenting.


Kata beliau, pembahasan ini sangat penting sekali disimak oleh orang-orang yang akan menikah maupun calon orang tua sebagai bekal sebelum menjadi orang tua yang baik bagi anak.


Nah, langsung saja kurangkumkan pembahasan beliau mengenai materi adab menjadi orang tua:


1. Berhati-hati terhadap kondisi hati seorang istri dan Ibu hamil

Janin sejak dalam kandungan sudah memiliki jiwa, berhati-hati dalam berbicara jangan sampai menyakiti hati karena keadaan batin istri akan sangat mempengaruhi keadaan batin sang bayi.

Bayi yang ketika dalam kandungannya mengalami pengalaman batin kurang menyenangkan, baik itu kesedihan kekerasan penghinaan yang dialami lewat sang Ibu, kelak ketika besar jiwanya akan mengalami kehampaan. Sedemikian pentingnya bahagia bagi sang Ibu, karena Ibu bahagia anaknya pun akan memiliki jiwa yang sehat dan bahagia.


Hindari hal-hal yang dapat mengganggu ketenangan hati. Pak Dedy Susanto, bahkan menyarankan agar ketika sudah menikah tidak tinggal dengan mertua jika dirasa tidak berdampak baik bagi kebahagiaan sang istri misal mengalami tekanan batin karena tidak betah atau mendapatkan perkataan yang kurang menyenangkan.


2. Ketika sang anak sudah lahir, beranjak besar, dan pandai memahami bahasa. Tidak boleh sampai ada dualisme dalam pengasuhan anak.


Misalkan, Ibu melarang anak memakan permen. Sedangkan sang ayah memperbolehkannya dengan terang-terangan. Atau Ibu dan ayahnya melarang memakan es krim, namun kakek dan neneknya memperbolehkan.


Dualisme pengasuhan yang seperti ini harus dihindari, ayah dan Ibu serta kakek dan nenek atau siapapun yang terlibat dalam pengasuhan sang anak harus kompak. Apabila terjadi pertentangan pun tidak boleh ditunjukkan di hadapan anak.


Hal ini, agar sang anak tidak kebingungan dalam memahami kebenaran yang harus diikuti. Kekompakan dalam mendidik akan membuat jiwa anak jadi lebih matang dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.


3. Tidak boleh bertengkar di depan anak.


Jika ingin bertengkar harus di tempat yang tertutup dan jangan sampai kedengaran suaranya oleh sang anak.


Pak Dedy menegaskan, bahwa anak yang terbiasa melihat orang tuanya bertengkar jiwanya akan ternodai sehingga mengalami luka batin. Ia menjadi tidak percaya akan tulusnya kasih sayang yang ada dalam relationship, terkesan kasar kurang berempati dsb.


Bahkan, beliau banyak menangani adanya kekerasan / pertengkaran dalam rumah tangga karena semasa kecil anak sering melihat orang tuanya bertengkar.


Tidak bertengkar di depan anak akan menjaga citra positif sang anak tentang orang tua dan memudahkannya dalam membangun relationship.


4. *Tidak boleh memarahi anak ketika ia baru bangun tidur di subuh hari dan ketika akan tidur di malam hari.*


Luka batin akibat dimarahi pada kedua waktu itu akan sangat membekas pada hati anak sehingga ia akan kesulitan melupakan dan memaafkan orang tuanya. Serta tidak boleh mengungkit-ungkit kesalahan sang anak, hal itu bisa menyebabkan sang anak menjadi seorang yang pemarah. :(


5. Tidak boleh membanding-bandingkan anak


Dalam memuji juga harus adil tidak boleh pilih kasih serta jangan memarahi anak di depan umum, karena hal itu dapat membuat anak merasa tidak berharga dan bisa mempengaruhi alam bawah sadarnya untuk bertindak hal-hal nakal demi mencari perhatian orang tua.


Luangkan waktu agar setiap anak bisa lebih dekat dengan orang tuanya. Anak-anak akan merasa sangat senang dan diakui keberadaannya.


6. Tunjukkan kehangatan hubungan antara Ibu dan Ayah di hadapan anak.


Anak akan mempelajari cinta lewat kedua orang tuanya. Anak perempuan akan melihat bagaimana sang Ibu bersikap terhadap ayahnya. Anak laki-laki akan melihat dan mempelajari bagaimana sang Ayah menunjukkan cinta pada Ibunya.


Menurut penuturan Pak Dedy, beliau banyak menangani curhatan kalau ada istri/suami yang kaku tidak hangat tidak pandai menunjukkan rasa cinta, ungkapan terima kasih dan kasih sayang.


Rupanya karena mereka tidak melihat kehangatan hubungan itu dari Ibu dan Ayahnya di rumah.


7. Tidak boleh memarahi anak lebih dari 10 menit.


Segera peluk dan meminta maaf pada ananda. Hal itu akan membuatnya tetap merasa diinginkan oleh orang tuanya dan merasa berharga.


Betapa banyak anak-anak yang terlibat kenakalan remaja, sering melakukan bullying terhadap temannya, malas belajar, salah satunya disebabkan luka batin karena dimarahi orang tuanya sehingga anak-anak ingin balas dendam dan menumpahkannya dengan kenakalan serta berperilaku hal-hal yang merugikan diri sendiri.


Bagaimanapun menjadi orang tua adalah amanah besar. Maka, mempelajari ilmunya adalah sebuah persiapan yang sangat baik sebagai bentuk rasa syukur dan tanggung jawab terhadap amanah. :)


Rabu, 04 September 2019

Memeluk Kekurangan

Tentang ia, yang bersedia memeluk kekuranganmu kala seribu manusia bertanya-tanya; apa prestasimu?

Tentang ia, yang menerimamu dengan penerimaan yang utuh; lebih dan kurangmu ia terima dengan lapang dada.

Barangkali tidak mudah, penyesuaian itu menyisakan tangis di sudut rumah yang seringkali membanjiri pelupuk mata kala kau merasa kaget dan tak sanggup menghadapinya.

Lancang sekali manusia menaruh luka menyesakkan dada yang sudah begitu sabar kau pupuk agar tumbuh dan hidup dalam tenang bahagia.

Namun, kamu tidak begitu. Perempuan berhati tulus, bersih, dan taat. Pahammu, ia adalah pemimpinmu. Pemimpin yang Allah anugerahkan kebijaksanaan dan kasih sayang untukmu. Meski kadang caranya menyayangi terlampau keras bagi pribadimu yang halus nan lembut.

Kamu menerima. Kamu bersabar. Kamu hadapi dengan senyum syukur dan taat. Dan memang betul, yang ia lakukan adalah bahasa cinta yang ia ungkapkan pada ketegasan menjaga aturan dari-Nya.

Aku salut. Ternyata, perjalanan awalmu lebih parah dari yang kuduga. Kini, kamu tengah menikmati hasilnya. Menikmati hasil kesabaranmu; bahwa ia berubah perlahan lebih lembut dan lebih pandai menunjukkan empatinya.

Kalian sama-sama belajar dan bertumbuh dengan saling memahami satu sama lain. Dua manusia yang diciptakan berbeda; tanpa saling belajar memahami keunikan karakter masing-masing maka entahlah bagaimana. Padahal pada keduanya, Allah titipkan kebaikan yang banyak.

***

Perempuan, makhluk yang dianugerahkan kelebihan dalam hal kepekaan perasaan. Laki-laki, makhluk yang Allah istimewakan menjadi seorang pimpinan. Allah beri ia pundak yang kuat untuk mampu memimpin, melindungi, membimbing, dan menyayangi dengan kebijaksanaan.

Keduanya memiliki perannya masing-masing. Perempuan dalam Islam sangat diistimewakan dan dilindungi oleh Allah kehormatannya melalui tanggung jawab yang diberikan kepada; ayahnya, adik atau kakak laki-lakinya, serta saudaranya yang laki-laki. Mereka bertugas melindungi, menafkahi, menjaga, membimbing, dan mendidikmu menjadi perempuan shalihah yang terhormat dan terjaga kesuciannya.

Kesetaraan gender yang digaungkan paham feminisme, sudah lebih dahulu digaungkan oleh Islam lewat pemerangan sikap jahiliyah dan mengumumkan kemuliaan perempuan pada dunia. Kesetaraan gender yang diberikan lewat kesamaan hak untuk beribadah dan mendapatkan pahala serta berkontribusi di masyarakat melalui fitrahnya masing-masing.

Fitrah perempuan yang lembut, ia akan menjadi pendidik generasi; tiang peradaban. Fitrah laki-laki yang kuat ia akan menjadi pelindung dan penjaga makhluk bernama perempuan; ia petarung dan pejuang yang tangguh untuk keluarga dan negara.

Perempuan tetap bisa berkarya, berkarir lewat memberikan manfaat bagi keluarga dan sesama. Tanpa mengesampingkan tugas utamanya, dengan kekurangan dan kelebihan yang ia miliki perempuan dan laki-laki tetaplah mulia dan terjaga dengan aturan-aturan yang sudah Allah berikan sesuai fitrahnya masing-masing.

Keduanya saling melengkapi, ia yang memeluk kekuranganmu. Menikmati setiap fase bertumbuhmu dengan sabar. Perlahan tapi pasti ia percaya; kalian akan menjadi makhluk yang sama-sama lebih berdaya dan bercahaya.

Bersabarlah, ia yang tegas menyayangi dan menjagamu adalah harta paling berharga yang melindungimu dengan iman.

Bersyukurlah, ia yang tetap setia memeluk kekuranganmu dan bersabar mendampingi setiap fase bertumbuhmu hingga sampai pada kejayaan yang semoga diiringi keberkahan dan keridhaan.

*Aku yang bersyukur sekali atas aturan yang Allah berikan dengan adanya hak-hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan dalam Islam, dengan tetap menjaga fitrah keduanya.

Biarlah feminisme dan liberalisme serta paham-paham lainnya digaungkan. Mari, memeranginya dengan lebih mengenali dan memahami betapa Islam sudah lebih dulu memuliakan makhluk bernama; perempuan. Bahwa Islam sudah lebih dulu mengistimewakan laki-laki dan perempuan dengan khas fitrah yang diberikan-Nya.

Senin, 02 September 2019

Memberi Jeda; Pergilah Tak apa



Rutinitas kadang mengikis syukur kita menjadi menipis. Karena beberapa hal berharga sering kita alami sehingga terlihat biasa saja. Tak jarang lama kelamaan menjadi terasa bosan dan hampa makna.

Jika saat seperti itu terjadi, menepilah dahulu. Berilah jeda pada rutinitasmu. Bepergian ke tempat-tempat yang menyenangkan sebagai refreshing, bertemu teman-teman yang berbeda dari hari-hari biasa, lalu temukan pengalaman baru.

Tidak ada salahnya memberi jeda, pergi menepi menjauh sejenak. Semoga hal itu mampu menyegarkan kembali syukur dan bahagiamu menjalani hari-hari penuh makna di setiap hal kecilnya.

Memberi jeda, menyegarkan pikiran dan qalbu -sebagai upaya menumbuhkan syukur lebih jauh dan riuh.