Minggu, 24 Mei 2015

Allah menguji kita dengan kelapangan dan kesempitan



Allah menguji kita dengan dua keadaan kesempitan dan kelapangan. Jangan pernah kita mengira kalau orang yang kaya itu tidak diuji oleh Allah, ataupun orang yang dalam kesempitan itu tidak di sayang Allah. Justru, Allah Maha Menyayangi hamba-hambanya. Dengan ujian itu, Allah ingin melihat seberapa kuat keimanan kita. Seberapa kuat dan tangguh kita menghadapi terjangan yang menimpa, ataupun seberapa sabar dan bersyukurnya kita dalam menghadapi segala nikmat Allah itu.
 “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (Al Hadid: 22-23 )
Ada pula ayat Al-Quran yang artinya, “apakah kamu mengira bahwa kamu sudah beriman ? padahal kamu belum diuji ? (Al-Ayat)
Nah, itu menunjukkan bahwa ujian itu merupakan sunnatullah. Agar Allah mengetahui siapa diantara kita yang lebih kuat keimanannya dan siapakah yang berhak naik tingkat atau derajat dan martabatnya di hadapan Allah.
Sering kita dapati, orang-orang terdahulu yang sekarang tengah menikmati kesuksesannya pun dahulunya harus melewati berbagai perjuangan dahulu.
Ada yang diuji dengan kelapangan, kebahagiaan, harta dan anak yang banyak ataupun ada yang sebaliknya.
Nah itu semua merupakan bentuk ujian kepada kita. Orang mukmin itu sangat beruntung dalam segala hal. Ketika dia diuji dia bersabar, ketika di beri nikmat dia bersyukur.
Tidak ada hal yang sia-sia di hidup di dunia ini, asalkan kita mau untuk membaca, memahami, dan menyelami ayat-ayat cinta-Nya dalam kehidupan ini.
Kepedihan selama berpuluh tahun kerena harus berpisah dengan anak tercinta –Nabi Yusuf- bukanlah tanda kemarahan Allah kepada Nabi Ya’qub. Sakit selama belasan tahun yang diderita Nabi Ayyub tidaklah pertanda bencinya Allah kepada beliau. Penderitaan dan kesedihan yang silih berganti tanpa henti yang diderita Rasulullah tidaklah karena kegeraman Allah kepada baginda. Begitu juga sebaliknya, kekayaan yang tiada tandingan, yang kunci gudangnya saja harus dipikul sekian banyak orang-orang bertubuh kuat, bukanlah alamat cintanya Allah kepada Qarun. Kekuasaan yang tiada tandingan bukan tanda sayang Allah kepada Fir’aun. Semua itu hanyalah ujian untuk membuktikan siapa yang terbaik amalannya.
Allah berfirman dalam surat al Mulk ayat 2: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kerana ujian hidup adalah bukti kasih sayang Allah kepada kita maka jangan pernah kita berprasangka tidak baik terhadap-Nya. Allah adalah Maha Baik dan senantiasa memberikan yang terbaik bagi para hamba-Nya.
Allah yang menciptakan kita, dan Allah juga lah yang lebih tau tentang keadaan dan apa yang dibutuhkan oleh kita saat ini.