Jumat, 30 November 2018

Book Review 2 "Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur"

🌾 Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur
Penulis : Anwar Sani, Tarmizi Ash-Sidiq, dan Ahmad Jameel 📚

"Pemimpinlah yang menentukan cepat langkah kita menjadi lambat, cepat, atau bisa sangat cepat."

Salah satu kutipan dari buku "Belajar dari Ustadz Yusuf Mansur."

Speechless, ... Menyusuri lembar demi lembar buku yang menceritakan tentang kegigihan beliau dalam menolong agama Allah.

🔖 Kalimat demi kalimatnya menampar diri, mengajarkan tentang keyakinan yang teguh akan setiap janji dan pertolongan Allah yang sudah tertuang dalam kalam-Nya.

Makna ketauhidan yang hakiki, Ustadz Yusuf Mansur praktekkan di kehidupannya sehari-hari dalam mewujudkan 'big dream' nya untuk Pembibitan Para Penghafal Quran. Yang kemudian sekarang kita kenal dengan Yayasan PPPA Darul Quran.

Santrinya sudah ribuan, pesantrennya sudah dimana-mana, kontribusinya untuk ummat sudah tersebar ke seantero raya.

🌿 Tentu dalam perjalanannya, hingga PPPA Darul Quran bisa semegah dan sesukses sekarang tidak lepas dari rintangan dan tantangan.

Namun, dari beliau lah dan dengan kepemimpinan beliau yang visioner, pantang menyerah, selalu berusaha memberikan mimpi terbaik untuk din-Nya. Hingga akhirnya, cita-cita beliau agar semakin banyak para penghafal Qur'an di negeri ini dapat terwujud.

🌷 Alur demi alur kisah yang diberikan, syarat akan hikmah dan penuh makna. "Kalo kita nolong agama Allah, ga mungkin Allah diem, nggak mungkin Allah membiarkan kita begitu saja, pasti pertolongan Allah akan datang."

Banyak kisah, banyak makna di dalamnya, duuuh Ya Allaah ... Mudah-mudahan bisa mencontoh teladan baik dari beliau dalam membaktikan diri sepenuh hati untuk agama Allah tercinta. 💕🙏🌿

#bookreview
#withlove
#bynurulizzati

Rabu, 28 November 2018

Merubah Kebiasaan Buruk

Kebiasaan baik maupun kebiasaan buruk, lambat laun akan membentuk kepribadian dan karakter kita.

Rutinitas, kebiasaan produktif bekerja, pengambilan keputusan, dan arah masa depan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan kita sedari sekarang.

Untuk beberapa orang tak mudah memang, mengubah kebiasaan buruk yang sudah seperti mendarah daging menjadi kebiasaan yang lebih baik.

Namun, ada beberapa hal baik yang aku dapatkan setelah perbincanganku dengan Kak Reffi Dinar mengenai kebiasaan ini.

1. Bersabarlah
Untuk membentuk sebuah kebiasaan baik, setelah sekian lama mengidap penyakit kebiasaan buruk apapun itu memang membutuhkan kesabaran dan pantang menyerah.

Sekali mencoba, gagal, coba lagi, terus dan bertahap. Sambil dinikmati prosesnya.

2. Jangan 'ngoyo'
Kalau kata Kak Reffi, "kita tuh jangan terlalu 'ngoyo' memaksakan kehendak kita terkait harapan atas diri sendiri. Ada hak tubuh juga yang harus diperhatikan.

Misal, karena ngebet banget pengen bisa nulis yang bagus setiap hari nulis sampai lupa waktu, kurang tidur kurang makan dsb. Alhasil badan jadi mudah drop. Ciptakan keseimbangan itu harus dan penting, gaes.

3. Tetapkan target
Tuliskan target kebiasaan baik apa yang ingin kita capai. Tempel di dinding kamar yang besar juga gak apa-apa. Hehe biar serasa diingatkan terus kan?

4. Syukuri
Syukuri sekecil apapun proses perubahanmu itu. Kamu juga manusia biasa, sayang. Tak bisa tiba-tiba berubah jadi 'power rangers'. Jadi, ukur kemampuan dan kapasitas dirimu. Perlahan tetapi pasti.

Berubahlah sedikit demi sedikit menuju kebiasaan yang lebih baik, bermanfaat, dan produktif.

Jangan pernah lupa untuk bersyukur dan mengapresiasi diri sendiri kamu sudah berusaha keras untuk itu.

5. Meminta pertolongan kepada Tuhan
Allah lah Yang Maha Kuasa, membolak-balikkan hati. Mengubah takdir hidup manusia. Memberi kekuatan dan kehidupan. Meminta petunjuk, bimbingan, dan dikuatkan adalah bentuk kepasrahan dan kesungguhan kita.

Sebagai makhluk yang lemah, kita tak bisa apa-apa tanpa pertolongan-Nya.

Akhir kata, jangan putus asa ya gaes untuk merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan-kebiasaan baik dan lebih produktif itu.

Jangan lupa sabar, berusaha konsisten, dan bersyukur nanti akan ditambah sama Allah kebaikannya.

Xixi Aamiin.

` With Love
Fitriani Nurul Izzati

#Malam Kamis, 28 November 2018.
#Kasur empuk dan langit indah biru asrama :D

Senin, 05 November 2018

Sekadar cuitan rasa. Bolehkah, Tuan?

Bertahun berlalu
Mengenalmu adalah karunia yang senantiasa membuatku bersyukur lalu merasa takjub

"Allah ... Engkau Maha Baik
Mengirimkan orang-orang baik dan spesial di hidupku." Gumamku dalam hati

Aku tahu ini tidak mudah, berusaha mempertahankan seseorang sekian lamanya. Hingga tahun berganti tahun. Tanpa sempat sedikitpun mendapatkan kepastian akan hadirnya keseriusan. Bukan sekedar permainan.

Namun, mengenal dan hadirnya pun sungguh mampu membuatku tenang dan bahagia.

Kalut, gelisah, khawatir, takut, ragu, sedih, menangis sendu, bercampur menjadi satu bersama rasa tak biasa dan takut kehilangan.

Untukku yang sangat tidak mudah percaya dan jatuh cinta, mampu menaklukanku adalah sebuah prestasi.
Hingga kini pun aku merasa menjadi perempuan yang sangat kritis dan sangat selektif, jika hendak ada yang mendekati dan berniat serius.

Kelemahanku memang. Perempuan keras kepala yang takkan mudah jatuh cinta pada sembarang pria.

Tuan, ini salahku. Mempercayaimu terlalu dalam. Padahal kamu bersikap sangat biasa saja bahkan sesekali terkesan sangat egois dan tidak peduli.

Tuan, ini salahku memang. Mencintaimu terlalu dalam. Hingga ketika aku ingin keluar dari perangkapmu, aku kesulitan.

Tuan, ini salahku memang. Terlalu penurut pada rasa seorang perempuan yang fitrahnya adalah tunduk kepadamu.

Aku pun egois, aku pun kurang berterima kasih, aku pun terlalu lemah dan si keras kepala. Masih saja mencintaimu. Padahal realita menunjukkan jalan padaku. Tak ada itikad baik untuk menjelaskan sekadar keterbukaan dua insan yang merencanakan keseriusan.

Jujur saja, Tuan. Aku sedang kalut. Aku takut. Takut akan Tuhanku, karena memiliki terlalu dalam rasa sebelum waktunya Dia memberiku kepastian dalam sebuah ikatan kebaikan nan kuat.

Jujur saja, Tuan. Aku sedang kalut. Haruskah aku teruskan atau lepaskan saja?

Agak sedikit sulit memang. Namun, aku percaya jika sudah takdirnya, Allah menakdirkan jalan lain bagiku. Hati dengan sendirinya akan sembuh dari luka. Hati dengan sendirinya akan membuka kembali pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan dari arah yang tidak disangka-sangka.
Bukankah Tuhan memang maha romantis, senang sekali memberi kita kejutan-kejutan tak terduga yang membahagiakan kita?

Ah, aku hanya sedang ingin meminta bantuanmu, Tuan. Bolehkah aku sekadar meminta kejelasan. Usiaku sungguh tak akan muda lagi. Perempuan ini akan beranjak tua, lalu harus melanjutkan tugas kehidupan lainnya.

Jika aku terus menantimu, akan sampai kapankah, Tuan?
Akankah aku mendapat kepastian?
Sedang usiaku sebentar lagi mendekati usia sangat matang untuk menjalin sebuah ikatan.

Aku paham, bahwa memang tak mudah menjadi pria. Banyak sekali amanah dan tanggung jawab yang diembankan ke pundakmu. Dengan beragam ujian dan cobaan kehidupan. Kamukah manusia kuat itu?

Hadir dan baikmu memang membahagiakan. Namun ketakutanku pun tak kalah besar. Aku takut akan keluargamu. Aku sangat asing bagi mereka.

Aku takut tak mengenalimu dengan baik, hingga keliru dalam menerka rasa. Seperti apa mau dan pribadi unikmu.

Ah, ini hanya curhatan rasa seorang perempuan. Bolehkan aku ungkapkan, Tuan?

Kiranya ada keseriusan, bolehkah aku menginginkan kepastian?

Aku tahu ini tak mudah bagimu. Tugasmu berat ya, Tuan. Semoga Allah kuatkan pundak dan hati kita mengemban tugas mulia itu.

Obat segala kalut dan ketakutan. Penawar kebahagiaan dosis tinggi karena dicintamu. Adalah, syukur dan prasangka baikku pada Tuhan.

Keyakinanku, Allah akan mempertemukan dua insan yang memang sudah ditakdirkan bersama di waktu terbaik dan tepat.

Obat risauku, adalah terus menerus memohonkan ampunan pada Allah dan meminta petunjuk terbaik-Nya. Karena tanpa ampunan, kasih sayang, perlindungan, petunjuk, dan penjagaan terbaik-Nya. Apalah dayaku.

Ku harap kita bisa memaknai dan menanggapi dengan lebih bijak, setiap cuitan rasa satu sama lain tanpa perlu merasa diri paling dihakimi.

Mudah-mudahan, Allah senantiasa menyayangi, melindungi, aku dan kamu dan siapapun makhluk di bumi ...

*Luv, perempuan perindu ketenangan - pecinta ketentraman.