Kamis, 28 September 2017

Materi Diskusi 9 "Karakteristik Perkembangan Kemandirian dan Karier Anak dan Remaja"



BAB
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KARIER ANAK DAN REMAJA
Karakteristik perkembangan kemandirian dan karier anak dan remaja yaitu proses progresif menuju kematangan seorang individu dalam menjalani hidup dengan usaha dirinya sendiri, kemampuannya dalam mengambil peran dalam kehidupan di masyarakat pada fase anak dan remaja serta orientasinya di masa depan.

A.    Pengertian Kemandirian
Kemandirian adalah kebebasan individu manusia untuk memilih  menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai, dan menentukan dirinya sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, dll. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik secara relative bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang melibatkan hati dan pemikirannya (psikis). Hal ini diperkuat pernyataan ahli perkembangan yang menyatakan: "Berbeda dengan kemandirian pada masa anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih bersifat psikologis, seperti membuat keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku sesuai dengan keinginannya.”
Memberikan kesempatan pada remaja untuk menentukan pilihan-pilihan sederhana dengan tetap memberikan bimbingan dan perhatian, akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam dirinya hingga seterusnya ia akan mampu memutuskan perkara yang lebih pelik.

B.     Tipe-tipe Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja
Kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:
1.      Aspek intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah.
2.      Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.
3.      Aspek emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua.
4.      Aspek ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.

          Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu
kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).
Berikut penjelasannya;
1)       Kemandirian Emosional
            Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional (ketergantungan) anak dengan orang tua. Percepatan pemudaran hubungan itu terjadi seiring dengan semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Konsekuensi dari semakin mampunya remaja mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan orang tua terhadap anak semakin berkurang dengan sangat tajam. Proses ini sedikit besarnya memberikan peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandiriannya terutama kemandirian emosional.
           Di samping itu, hubungan antara anak dan lingkungan sebaya yang lebih intens dibanding dengan hubungan anak dengan orang tua menyebabkan hubungan emosional anak dan orang tua semakin pudar. Kedua pihak ini lambat laun akan mengendorkan simpul-simpul ikatan emosional infantil anak dengan orang tua.
2)      Kemandirian Behavioral
            Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain. Tapi bukan berarti mereka tidak memerlukan masukan dari orang lain, mereka akan menggunakan masukan tersebut sebagai referensi baginya dalam mengambil keputusan.
3)      Kemandirian Nilai
      Kemandirian nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya. Kemandirian nilai (values autonomy) yang dimaksud adalah kemampuan individu menolak tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief) dalam bidang nilai.
C.          Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Anak dan Remaja
          Kemandirian merupakan aspek yang berkembang dalam diri setiap orang, yang bentuknya sangat beragam, pada tiap orang berbeda-beda, tergantung pada proses perkembangan dan proses belajar yang dialami masing-masing orang.
         Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian anak, namun ada beberapa faktor yang sangat berperan banyak dalam membentuk kemandirian anak, diantaranya sebagai berikut;
a)Gen atau keturunan orang tua
   Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesunguuhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orangtua mendidik anaknya.
b)       Pola asuh orang tua
   Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada anaknya tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak.
c)Sistem pendidikan di sekolah
   Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja.
d)      Sistem kehidupan di masyarakat
   Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegitan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja.

Upaya Pengembangan Kemandirian
         Sesuai dengan fase perkembangannya, upaya pengembangan remaja dapat dilakukan melalui:
1.      Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja secara penuh dalam keluarga.
2.      Penciptaan keterbukaan komunikasi dalam keluarga.
3.      Penciptaan kebebasan mengeksplorasi lingkungan.
4.      Penerimaan remaja secara positif tanpa syarat atau tanpa pamrih.
5.      Penciptaan komunikasi empati dengan remaja.
6.      Penciptaan kehangatan interaksi dengan remaja.

D.    Pengertian Karier
          Karier sering diartikan sebagai pekerjaan atau profesi seseorang yang menghasilkan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan tidak serta merta merupakan karier. Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu. Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.

           Orientasi Karier Pada Anak dan Remaja
            Pendekatan karier bagi anak dan remaja bukanlah proses dimana anak dibentuk menjadi seorang yang khusus menggeluti salah satu bidang, seperti bagaimana menjadi seorang insinyur, dokter ataupun petani. Tapi orientasi karier pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak.
            Pemahaman anak mengenai cita-cita dan masa depan harus diarahkan sejak dini, sejak usia sekolah dasar anak harus digiring pada hal-hal yang mereka minati, sehingga tiap perkembangan usia dan tingkat intelektualnya anak tahu bidang apa yang akan dia tekuni selanjutnya. Sehingga proses pendidikan di sekolah akan diikuti dengan baik dan antusias, karena anak tau manfaat dari ilmu yang ia pelajari, dengan demikian sekolah mampu mencetak generasi berkualitas dan professional di bidangnya.
            Proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang atau kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang atau kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud. Dan pada akhirnya Tuhan-lah yang menentukan segalanya, manusia hanya berkemampuan untuk berusaha semampunya

Faktor yang dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja
         Faktor yang mempengaruhi perkembangan karier anak dan remaja dibagi menjadi dua bagian:
1.        Faktor Internal
a.       Motivasi dalam diri anak sendiri
b.      Kesadaran anak pada kemampuan dan minat yang dimiliki
2.        Faktor Eksternal
a.        Keluarga
b.      Pendidikan Sekolah
c.       Lingkungan sekitar, baik itu teman sebaya ataupun media informasi

      Perkembangan Remaja Dalam Berkarir
     Menurut Teori Tipe Kepribadian Holland, dijelaskan bahwa perlu dilakukan suatu usaha agar pilihan karir seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Bila seseorang menemukan karir yang sesuai dengan kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut dan bekerja di bidang tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang yang tidak cocok dengan kepribadiannya.
Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :
a.       Realistis
Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Kuat secara fisik, menyelesaikan masalah dari sisi praktisnya dan memiliki kemampuan sosial yang rendah. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.
b.      Intelektual
Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja. Mereka seringkali menghindari hubungan interpersonal dan paling cocok untuk pekerjaan yang berhubungan dengan matematika atau keilmuan.
c.       Sosial
Orang-orang ini sering memperlihatkan trait feminin, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan verbal dan interpersonal. Mereka paling mungkin dipersiapkan untuk masuk profesi yang berhubungan dengan orang banyak seperti mengajar, menjadi pekerja sosial, konseling.
d.      Konvensional
Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.
e.       Menguasai (enterprising)
Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita atau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen. 
f.       Artistik
Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.

E.     Implikasi Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dalam Pendidikan
Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang secara rentang kehidupan individu, sangat dipengaruhi oleh faktor–faktor pengalaman dan  pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik , di antaranya :
1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai.
2.  Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
3. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan , mendorong rasa ingin tahu mereka.
4. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.
5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.































DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/95628992/Karakteristik-an-Kemandirian-Dan-Karier-Anak-Dan-Remaja

Newijayanto. 2011. Karakteristik Perkembangan Kemandirian. (Online). http://newijayanto.blogspot.com/2011/12/karakteristik-perkembangan-kemandirian.html

Sunaryo, Kartadinata. 1988. Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial  Mahasiswa serta Kaitannya dengan Prilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan. Bandung: UPI

Vitahafyan. 2011. Pengembangan Kemandirian Peserta Didik. (online). http://vitahafyan.blogspot.com/2011/12/pengembangan-kemandirian-peserta-didik.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)