Kamis, 21 September 2017

Dipeluk Renjana

Aku termasuk orang yang senang berfoto, take some selfi, dan menguploadnya ke media sosial yang kupunya.

Tanpa ada maksud negatif sih, ya terkadang ingin mengabadikan momen, menyimpan kenangan, ataupun sekedar seru-seruan bareng temen.

Dan sudah beberapa kali pula, aku diingatkan oleh Afuh. He is my love. Agar tidak sering-sering mengupload foto selfi ke media sosial.

Yap, bukan hanya sekali dua kali beliau mengingatkanku. Tapi sudah beberapa kali. Namun, aku masih tetap saja tak menurut. Kadang masih suka bersuka ria seenaknya mengupload foto.

"Kamu nggak dilarang untuk berfoto selfi sampai beberapa kali pun. Tapi, untuk mengunggahnya ke media sosial. Janganlah  sering-sering!."

"Orang-orang akan  tetap diakui keanggunanmu, kecantikanmu meskipun kamu tidak sering-sering mengunggahnya ke media sosial."

Sungguh, perkataannya memang benar. Aku mengakuinya. Untuk apa aku sering-sering mengunggah gambar pribadi dan memamerkan segala hal yang aku lakukan pada masyarakat dunia maya. Apa faedahnya bagiku? Apakah dengan melakukan itu aku mendapatkan banyak manfaat?

Ah, sungguh aku membenarkan perkataanmu sayang. Tapi, terkadang setelah berapa lama. Aku pun terlupa lagi.

Hingga ia tak bosan-bosan mengingatkanku lagi.
"Dear, aku tak suka kamu sering-sering mengunggah foto. Aku lebih suka membaca unggahan tulisan-tulisanmu. Percayalah, itu lebih banyak mudharatnya."

Hiks. .. Aku malu sudah beberapa kali diingatkan tapi masih saja melanggar. Maaf ... dan terima kasih sudah sabar mengingatkan.

Kata-katanya yang masih sangat terngiang adalah, "Iya, aku nggak suka Fitri sering-sering unggah foto. Aku lebih senang membaca tulisan-tulisanmu."

Hiks, Iya, dear.

Mungkin itu hal sepele. Tapi sebetulnya menunjukkan banyak hal. Dengan aku lebih sering memposting tulisan itu berarti aku lebih rajin belajar dan menggunakan waktuku untuk hal-hal produktif dan berfaedah dibandingkan dengan sering-sering berselfi ria lalu mengunggahnya tanpa manfaat baik yang nyata entah hanya sekedar ria belaka.

Hari ini, aku merindukan ia. Ia, lelaki yang hadir bahkan sekedar suaranya pun mampu membuatku tenang. Beliau sekarang sedang di perjalanan menuju Jakarta setelah sebelumnya pulang bersilaturahmi bersama keluarganya di Tasik dan sekitarnya.

Kita sedang sama-sama berjuang menyelesaikan studi kami yang sebentar lagi mendekati detik-detik ke semester akhir. Sehingga kesibukan dan tugas pun tak bisa dielakkan. Ditambah aku yang bekerja sambil kuliah. Dan beliau adalah aktivis di kampusnya.

Kami harus pandai-pandai memenej diri dan waktu agar mampu mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.

Ah, semoga kamu tak lelah dan senantiasa sabar mengingatkan dan mendampingiku, dear. Aku yang kadang susah diingatkan lalu keras kepala menghadapi titahmu.

Hari ini, aku merindukannya. Sangat ... tapi biarlah aku menjagamu dan menumpahkan kerinduan pada sudut hati yang merona dan terjaga bersama kesyahduan-Nya.

Hari ini aku merindukannya. Lelaki yang kusebut kekasihku. Dan calon imamku yang semoga Allah mudahkan segala langkah kita menuju keridhoan-Nya.

Hari ini aku merindukannya. Lelaki bijak yang sungguh bahunya adalah sekekar-kekar kehidupan dan senyaman-jualannya tempat pulang dan aku berkeluh kesah.

Ini tentang sisi wanitaku yang senantiasa membutuhkan ia sebagai pendamping dan tempat pulang. Tempat tumpah segala kalut, lelah, manja, dan risauku. Ini tentang sisi wanitaku yang merindu dan membutuhkannya.

Ini adalah tulisan random dan curhat, berawal dari mengingat dan mengenangnya yang selalu mampu membuatku terkenang syukur dan senyum. My, dear ... may Allah protect u always everywhere u are ... mengingat bijak bestari dan nyaman kasihmu mampu membuatku syahdu  tenang terkenang dalam bathin.

Sebetulnya sudah sedari tadi, aku memikirkan harus menulis apa hari ini. Ada beberapa ide yang ingin kutumpahkan dalam tulisan yang akan kusajikan sebaik sebagus mungkin agar layak aku post di grup share Link One Day One Post.

But, entah ... ide-ide itu meluap. Lalu, aku hanya sedang merindukanmu. Maka lahirlah tulisan ini sebagai koleksi pribadi dan tidak aku share di grup link.

I miss u, take care everywhere u are. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dimanapun berada serta terjauhkan dari segala bahaya.

Ini tulisan asli curhat. Jangan dibaca. Aku malu. Tapi rindu.

Tangerang, 20 September 2017.
Malam sebelum tidur dan dipeluk rindu ditemani tugas kampus yang baru setengah aku kerjakan.

Mangatsee pejuang rindu eh pejuang shubuh dimanapun berada. ♡

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)