Rabu, 26 Oktober 2016

Sosok itu ...

Dan Ibu adalah bahasa cinta yang Tuhan kirimkan untuk mengiringi setiap langkah hidupmu ...

Dengan binar yang akan tetap berpendar meski raga berada dalam ribuan jarak ...

Dan sosok lelaki yang kau agungkan bersemai di pribadinya jiwa seorang Bapak, adalah ia ...

Yang Allah kirimkan untuk mengokohkan kakimu berpijak di bumi yang kadang penuh dalam gelombang ...

Dua sosok syurga yang dikirimkan, untuk menyemai asa dalam warni hidup yang penuh pelangi.

Sayangi mereka selalu, Rabbi. 😇

***

Jalanan beraspal, yang sering aku lewati. Di dayangi pematang sawah yang luas di sebelah kiri dan beberapa bangunan rumah berderet rapi di sebelah kanannya.

Apa kabar udara yang sering aku hirup disana, kala pagi menyapa kubuka pintu jendela, dan gerbang. Menegur alam sekitar yang masih terasa sejuk nan asri damai.

Tanjakan dan turunan jalan, yang sering aku lewati kala menaiki angkutan desa demi menuju rumah di kampung halaman tercinta.

Apa kabar senyum tergelak tawa ponakan laki-laki kecilku yang cerdas dan penuh cerewet sama Bibi nya ini. Meskipun ia akan seketika menjadi seorang yang pendiam, ketika bermain bersama orang yang kurang ia kenal.

Dan ... hei gadis-gadis jelita dan pemuda gagahku ?

Apa kabar diskusi sore kita, yang selalu mampu mengulum senyum menegur retak pada jarak. Jadi, ada cerita apa selama di perantauan kau lama pergi ? Ilmu apa yang sudah kamu dapat ?

Apa kabar sofa ruang tengah, yang kita jadikan markas berkumpul seluruh elemen keluarga. Menajam dan mengenal rasa masing-masing anggota keluarganya.

"Hei, aku rindu ...."

Teriak batinku lantang, tertatih dalam lari mengejar benang-benang cahaya yang terus saja mengajakku mengikutinya berlari.

Sengaja, kumatikan lampu kamar asramaku sebelum tidur. Karena selain baik untuk kesehatan tentunya juga hemat listrik.

Lantas kurapikan tempat tidur berdoa, dan melepas mata untuk terpejam. Tertidur dalam ruangan yang gelap, temaram, dan damai.

Mata terpejam, pulasnya tidur mulai merajamku remuk. Gelap dan tenang dalam alam mati yang sementara.

*kriikkk ...

Suara pintu berdesis, ada sosok wanita yang masuk ke kamarku. Ku teliti dengan cermat. Ah iya, itu Ibu ...

Ia memanggilku seperti biasa ... dengan balutan gamis dan romannya yang anggun menandakan kecerdasan dan kelembutan membaur jadi satu.

Aku yang tengah memerhati dari salah satu sudut kamar. Kemudian berkelebatan sosok-sosok wajah. Ada gadis-gadis anggun nan bersahabatku, dan sosok pria berperawakan tinggi itu, menggagas langkah membuka pintu kamar asramaku lagi. Mereka  ...

Ah, iya aku tahu itu mereka  ...

Sekelompok manusia, yang menjadi bagian dari jiwaku. Jiwaku ada bersama mereka. Begitupun jiwa mereka ada bersama bagian jiwaku.

Meski jiwa dan raga kita, tengah berada di tempat yang berlainan arah.

*Allahuakbar ...
Allahuakbar ...

*Dggzzzz ... lekas aku membuka mata, mendengar suara pertanda sudah memasuki waktu subuh.

Ku tengok sebelah kananku,
"Bu Milda, ayooo bangun udah shubuh." Ucapku padanya sambil mengucek mata yang baru 50% mencapai kesadaran.

Ah, aku tergelak dalam renung. Tadi itu, oh cuma mimpi  ...

"Semoga mereka baik-baik saja, penuh dalam kasih sayang lindungan-Nya ... Hmmm."batinku

Bagian dari jiwa-jiwa yang tengah berkeliaran, mencari hidup sejatinya ...

***



4 komentar:

  1. Waduh sedih banget ya.. Sampai kebawa2 mimpi..

    BalasHapus
  2. Keren tulisannya :)
    ternyata SMP nya di banjarsari ya, salam kenal, aku dr Lakbok - Ciamis :)

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, terima kasih hehe

    Iyah. Aku dari SMP N 5 BJRS.

    Salam kenal kembali. 😊

    BalasHapus

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)