Hari ini, seperti biasanya. Kami berangkat sekolah dengan menggunakan angkot. Naik dari depan rumah turun di kaum nyebrang dan naik angkot lagi. Tap. Jalan beberapa meter sampai di gerbang sekolah kami tercinta.
Hari ini, aku tidak bertemu dengannya. Padahal, sangat kuharap bertemu dengannya meski hanya sebatas melihatnya dari kejauhan.
Yah, terlalu berlebihan sebetulnya. Tapi, itu betul adanya. Melihatnya dirinya nyata dengan mata kepala sendiri seolah memproklamirkan pada duniaku sendiri bahwa ia benar-benar ada menjadi salah satu penghuni di bumi ini.
Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, bahwa bertemu dengannya adalah hal yang mampu membuatku bahagia. Seperti re-charge energi untukku untuk beberapa waktu kemudian. Kebahagiaan sungguh menyala.
Apalagi, kalo kami sudah bertegur sapa dengan gaya kami. Yah, kubilang itu gaya kami. Karena memang cara kami bertegur sapa kurasa sedikit aneh.
Orang aneh, dalihku dalam hati.
Tapi, aku suka dan bahagia dengannya.
Ia adalah energi untuk membuatku bersemangat dan terus ceria sepanjang hari di kelas. Meskipun hari itu, aku harus melewati mata pelajaran yang lumayan menguras otak.
Tapi, ketika bumi mengizinkan ia untuk bertemu tersenyum dan bercanda denganku kala pagi itu. Adalah kurasan energi luar biasa pada otak. Hormon dopamine ku naik drastis.
Kau tahulah, aku kala itu adalah seorang gadis SMK dengan usia masih remaja. Labil dan pastinya penuh khayalan dan mimpi.
Aku mampu menjelma menjadi seorang yang sangat berambusius untuk belajar dan melakukan yang terbaik untuk pendidikanku.
Tapi, di saat yang bersamaan juga aku mampu menjadi orang yang temperamen tenggelam lantah dalam keputusasaan, tak bersemangat, frustasi akan keadaan tapi juga orang paling egois bahkan untuk dirinya sendiri.
Melihat teman-temanku yang lain rasanya mereka adalah orang yang lebih mampu mengatur emosi dan kestabilan dirinya.
Berbeda dengan diriku, yang kadang masih meledak-ledak. Kadang begitu semangat dan ceria kadang juga muram asa dan sulit sekali ditanya.
Aku pun terkadang bingung, dan ingin keluar dari zonaku yang seperti itu.
Namun, hadirnya seperti mampu memberikan suntikan semangat untukku. Dia hadir di balik seringai senyumnya yang khas. Ia unik bagiku. Ia juga adalah damaiku.
Bagaimana tidak, ketika di kelas aku harus menghadapi seorang laki-laki cerdas sih tapi begitu sombong dan angkuh. Tak mampu memahami kami kaum perempuan. Nyebelin pokoknya.
Namun, ia hadir memberikan kesegaran baru bagi hidupku. Tentang pandanganku tentang seorang yang bernama kaum laki-laki.
Ia begitu lembut, penyayang, humoris, penyabar, dan baik hati.
Entah sejak kapan awalnya kami bisa saling mengenal dan mulai mencari tahu tentang satu sama lain.
Tapi sejak saat itu, pertemuan kami di beberapa pintu kelas. Tangga-tangga sekolah yang sengaja kami rancang untuk bisa bertemu. Parkiran-parkiran cinta. Haha dan lapangan sekolah yang menjadi saksi bisu kami adalah dua insan yang saling mencintai dalam diam.
Ia adalah sekelumit cerita, yang mampu menetralisir sepenuhnya rasa sepi dan labil yang kadang masih hadir pada bagian diriku.
Ia adalah lelaki aneh tapi ajaib menurutku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)