Rabu, 05 April 2017

Perasaan Paling Menakutkan

Aku masih mengingat setiap detik memori bersamamu. Saat satu persatu langkah kaki diayun seirama meramaikan hari liburan di kampung kerinduan.

Ya, saat itu tentang kita berdua. Kita sama-sama fokus bercerita satu sama lain. Menertawai canda yang menghangatkan darah. Senyummu menghiasi wajahku, yang sempat redup oleh muram. Namun, hadirmu mampu menjelmakan kesenangan pada alam jiwa.

Masih ingatkah kau, kita berdua bergandengan tangan melintasi kampung kenangan, melewati rimbun hijaunya rumput-rumput kebun. Menuruni jalanan di gunung curam, melewati pematang sawah, lalu bernyanyi beriringan. Merekam kenangan pada senja yang masih berkenan menghiasi kebersamaan kita.

Ah, masih ingatkah kau tentang kita. Saat dapurmu rusak parah karena kelakuan kita mengobrak-ngabrik tempat paling keramat itu, meramu masakan hingga berujung keajaiban -masakanmu paling enak sedunia pokoknya-, bathinku tak berkilah.

Tuhan, aku tak ingin setiap cerita tentang kita hanya akan menjadi kenangan semata. Aku ingin setiap kisah tentang kita adalah bahagia yang membawa kita terus bergandengan tangan meski masa sudah pasti akan beranjak, semua akan bereinkarnasi, meninggalkan masa, menggapai asa, dan berubah rasa.

Namun, aku ingin semua tentang kita tetaplah sama. Kamu, mengisi ruang di hati. Di sebuah tempat yang terjaga. Aku merawat, membersihkan, dan menaburi wewangian di ruangan itu setiap hari. Meski dihantui perasaan paling menakutkan dan hal yang paling tak aku inginkan. Yaitu, kehilangan.

Tetaplah disini ya, di sebuah ruangan terang yang terjaga di hatiku. Sampai kapanpun. Meski sampai jasad terkubur tanah. Kamu tetap menjadi alasan bibirku melengkungkan senyuman sayang dan penuh cinta.

Ah, masih ingatkah ketika dirimu tak sungkan memarahiku karena ulah kecerobohan yang membuatmu terheran-heran. Saat di dapur itu, kita bercengkrama bersama meracik masakan penuh harapan untuk kehadiran yang dinantikan.

Saat di meja makan, kita sampai lupa waktu setelah menghabiskan makanan lalu bercerita kesana kemari sampai tak sadar hari. Bersamamu itu menyenangkan. Aku tak akan lupa setiap kisah tentang kebersamaan denganmu. Semua itu adalah harta berhargaku.

Masih ingatkah kau? Di ujung gerbang itu kita saling bertemu lalu berlarian menepiskan ketidakpercayaan. Ternyata, kita masih bertemu kembali dan engkau masih ada untukku. Ketika senyummu di ujung jalan sana. Begitu manis, membuatku tersipu malu. Kalau saja saat itu aku bukan makhluk yang pandai menjaga diri, niscaya sudah kuteriakkan padamu.

"Hei, kamu itu keajaiban dalam hidupku."

Namun, sayangnya lalu lalang kendaraan bising sekali hingga suara hatiku cukup aku yang mendengar.

Aku takut kehilanganmu. Aku takut masa terus menggerus kebersamaan kita. Aku takut hati kita semakin jauh, karena kau semakin sibuk dengan dunia barumu. Aku takut, dirimu tak lagi sama seperti dirimu yang dulu penuh kehangatan menyambut kedatanganku.

Sejujurnya, aku cemburu saat aku tak lagi menjadi orang yang diprioritaskan untuk mendengar cerita bahagia ataupun sedihmu. Namun, tak apa. Ini adalah takdir masa dan kenyataan yang tak bisa dielakkan.

Aku hanya takut kehilanganmu. Seseorang yang mampu menghangatkan kedinginan pada ruang hati yang sudah lekat dengan kenangan tak terlupakan.

Untuk seseorang yang darah dan dagingnya mengalir juga di tubuhku. Untuk seseorang yang sudah kuanggap orang terhormat yang harus selalu kumuliakan. Kita pernah bersama melewati waktu sekian jutaan asa. Bersama, membangun keindahan cita. Maafkan diri jika pernah menggores luka.

Lalu berpisah, melompati satu takdir ke takdir yang lain. Kita akan tetap sama-sama ya, saling mendoakan dan menyayangi satu sama lain.

#ODOP
#Onedayonepost

Karang Tengah, 05 April 2017.
Di sebuah tempat yang ramai oleh kedamaian dan bisingnya kehidupan. 💚

8 komentar:

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)