Senin, 03 April 2017

Pagi di Sebuah Pojokan Bumi

Pagi ini, semilir angin menyapaku lekat. Aroma malam yang gulita telah berganti shubuh yang wangi. Sekumpulan makhluk-makhluk bumi, mulai riuh memperbincangkan hari.

Semalam, aku lelap mata ayam saat mendengar ramai sekali perbincangan angin yang mampir di kepala. Ah iya, aku menamainya angin meskipun entah itu ramai percakapan darimana. Teman satu kos sudah tidur. Lampu sudah dimatikan. Suasana sudah hening. Mungkin ini salah satu efek tidur terlalu malam, sehingga pikiranku sudah tak karuan.

Jadi teringat perbincangan suatu sore bersama teman-teman, kita bercerita tentang kisah Uwais Al-Qarni. Tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi ramai diperbincangkan penduduk langit. Hingga saat Rasulullah sedang berkhutbah di suatu majelis di Madinah, merasa terganggu karena beliau dapat mendengar ramainya percakapan di langit.

Rupa-rupanya mereka sedang memperbincangkan seorang Uwais Al-Qarni. Seorang yang papa, tinggal di gubuk tua bersama Ibunya yang buta dan lumpuh. Sangat ingin bertemu Rasulullah, beliau sudah meminta izin kepada ibunya untuk menemui Rasul, diperbolehkan akan tetapi setelah sampai di Mekkah sang Ibu berpesan harus segera pulang.

Malang bukan kepalang, setelah menempuh perjalanan jauh bersama keledainya -yang mati di tengah perjalanan- ia sampah di Mekkah, ternyata Rasulullah tidak ada di tempat karena sedang berhijrah.

Dengan lapang hati, ia ingat pesan sang Ibu. Segera kembali pulang, setelah sampai Mekkah meskipun belum bertemu Rasul.

Penduduk  yang tidak dikenal di bumi, tapi ramai nan harum namanya diantara penduduk langit.

Ah, pagi ini, aku menghirup udara segar diantara riuh tanaman hias di kantin sekolah. Duduk di teras kantin, memandangi keseruan anak-anak berolahraga di lapangan sekolah.

Pagi ini, sambil menikmati aroma pagi seperti biasa, mempersiapkan beberapa hal terkait amanah yang bertambah, lalu bersyukur masih diberi kesempatan menjadi penghuni bumi.

Mungkin saja, semoga saja, kita juga termasuk penduduk bumi yang riuh harum namanya dikenal penduduk langit seperti Uwais Al-Qarni ya. 😁🌷

7 komentar:

  1. Aamiin....nice post mba fiit. Lagi dong bikin yang spt ini...memgambil hikmah dr kisah sahabat nabi:)

    BalasHapus
  2. Aku juga suka bacanya. Jadi terinspirasi bikin postingan juga dari kisah para sahabat. Keren, mbak Fitri ^^

    BalasHapus
  3. Hihi nuhun Bunda Nova dan Mbak Mab sudah bw ... Insyaallah ... itu masih belajar, menceritakannya belum tuntas. ๐Ÿ˜‚

    BalasHapus
  4. aamiiin... Diingetin lagi nh.. makasih :*

    BalasHapus
  5. Ma Sya Allah. Bacanya trharu. Pengen ketemu nabi, trus gx jadi krn gx bisa nungg lama.
    Moga kita bisa sperti Uwais Al-Qorni.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)