Sabtu, 08 April 2017

Betty Berulah Lagi

"Cariin Ibu pembantu, Bet. Buat di rumah. Kasihan kamu, kalau nggak ada pembantu. Mesti sekolah, mesti ngurusin rumah. Belum lagi ngurusin anak-anak."

"Nggak usah lah, Bu. Kan Betty juga bisa kerjain sendiri. Betty udah biasa kok, Bu. Dari zaman sekolah kan Betty kos, udah pahamlah gimana pekerjaan rumah."

"Ya, tapi Ibu nggak biasa Bet. Dari zaman dulu, Ibu nggak pernah nggak pake pembantu.  Udah biasa pake pembantu."

"Aku pusing, Bu sama pembantu. Pembantu kemarin kerjaannya maen hape terus. Kerjaannya nggak beres-beres. Kan bikin emosian."

"Yaudah sih itu terserah kamu."

Ibu berlalu dari ruang keluarga menuju dapur, hendak menyiapkan makan siang untuk cucu-cucu tercinta yang sebentar lagi akan pulang sekolah.

"Bu, Betty jemput anak-anak dulu yaa."

"Iya, hati-hati. Sekalian cari pembantu ya."

Betty tak hirau akan permintaan Ibunya. Menurutnya, untuk apa toh cari pembantu. Dia sendiri juga mampu mengerjakan pekerjaan rumah. Daripada dipusingkan oleh ulah pembantu yang suka nggak karuan itu.

Sudah beberapa kali dia ganti pembantu. Yang pertama kerjanya lelet, yang kedua maen hape terus, yang ketiga hasil kerjanya nggak beres.

"Ah sudahlah, tak usah aku turutin kata Ibu." Bathinnya sambil terus melaju menggunakan motor matic warna merah menuju sekolah anak-anaknya.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan. Sampailah ia di gerbang sekolah anak tercinta. Disana sudah ada dua orang anaknya menunggu.

Si sulung Keisya, gadis cantik nan cerdas yang sekarang tengah menduduki SMA kelas akhir dan sebentar lagi akan kuliah di Jerman. Dan anak kedua si bungsu Talitha, baru kelas dua SMP. Keduanya, anak yang penurut, cerdas, dan baik hati.

Keduanya menyambut kedatangan sang Mamah dengan senyum merekah. Diciumnya kedua tangan betty, lalu mereka naik motor dan duduk di belakang Betty.

"Mah, hati-hati yaa. Sekarang kan jalanan macet."

"Iya, Nak. Tenang saja. Mamah nggak ngebut-ngebut kok."

Motor pun melaju. Melewati jalanan raya yang cukup ramai. Lalu belokan menuju komplek perumahan dimana rumahnya berada.

Bruuuukkkkkkk  ....

"Mah ...."

Kedua anaknya berteriak,  terjatuh tak jauh dari motor. Sementara Betty, sudah terlempar jauh dari motor.

Rupanya, pas belokan komplek. Ada motor yang datang dari arah berlawanan. Entah kehilangan fokus atau bagaimana. Keduanya bertabrakan.

Anehnya, anaknya tidak kenapa-napa. Pengendara motor yang menabrak juga tidak kenapa-napa, malah ia langsung bangkit dan kabur. Mungkin  karena ketakutan.

"Aduuuh, Nak. Tolong Mamah, Nak." Betty jatuh tersungkur, sementara tangan kanannya terlipat dan susah digerakkan.

Sang sulung dan bungsu bergegas menghampiri. Salah satunya menghubungi Papanya di kantor, agar segera pulang.

***

Betty tak dapat menahan sakit di tangannya. Dokter sudah pergi, setelah mengobati dan memberikan resep. Tangan kanannya diperban dan tak boleh digerakkan. Benar-benar memar dan luka parah. Ia hanya bisa terbaring di kasur, dan tinggal di rumah tanpa bekerja.

"Mas, apa ini karena salah aku sama Ibu ya? Kemarin aku nggak nurutin apa maunya Ibu. Dia mau pembantu, buat meringankan pekerjaan rumah katanya. Terus aku tolak, Mas. Orang aku juga bisa ngerjain sendiri."

"Ya Allah, Bet ... Bet .... Itu salah satunya. Mungkin beliau kesal atau sakit hati kamu tolak keinginannya. Minta maaf sekarang sama Ibu, Bet. Mas mau cari pembantu malam ini juga."

"Ii ... yaaa, Mas." Betty menurut, suaminya memang selalu mengajarkan kebaikan dan tegas mengamalkannya. Ia tak pernah bisa mengampuni kesalahan sedikit pun pada kedua orang tuanya. Bagi dia orang tua adalah raja yang harus selalu dimuliakan.

Sementara sang suami, pergi ke luar rumah  mencari pembantu dengan bantuan Pak RT setempat. Betty, memanggil sang Ibu dan hendak minta maaf.

"Bu, maafin Betty ya. Kemarin buat Ibu kesal, sampai-sampai aku kena karma gara-gara nggak nurutin apa mau Ibu."

"Loh, Bet. Kok gitu. Ibu nggak papa kok. Cuma kesel aja sedikit, udah nggak marah lagi kok."

Betty mau mencium tangan Ibu. Tapi, ia malah meringis menahan sakit dan tangannya tak bisa digerakkan.

"Ibu yang harusnya minta maaf, Bet. Padahal Ibu cuma kesal dikit aja lo, Bet. Duh, Ibu harus hati-hati lagi ya kalo bicara. Anak Ibu yang kenal tulahnya."

"Bu ... maaf in Betty ya, Bu. Betty insyaf nggak lagi-lagi bikin Ibu kesal apalagi marah."

"Iya, Bet. Nggak apa-apa. Ibu yang salah nggak menjaga sikap sama anak. Jadinya begini." Ibu dan Betty sama-sama menangis, sadar dan takut bahwa mereka sedang menerima cobaan akibat ulah mereka sendiri.

"Assalamu'alaikum  ... Maaah, ini Papa bawa Mbok Surti untuk membantu pekerjaan rumah kita." Suami Betty datang dengan wajah riang, malam itu ia telah mendapatkan seorang khadimat untuk membantu pekerjaan rumah Ibu dan istrinya.

Ibu dan Betty saling bertatapan. Lalu, mereka saling memeluk. Tak henti kucuran air mata.

"Maafin, Betty ya, Bu."

"Ibu yang minta maaf, Bet."

Kedua anaknya pun datang membawakan makanan dan obat untuk dimakan oleh Ibunya sebelum tidur.

2 komentar:

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)