Hari ini adalah harimu, dear.
Dua puluh satu tahun silam, engkau dilahirkan dari seorang Ibu yang penyayang luar biasa. Aku membayangkan, betapa raut bahagia dan haru memenuhi wajahnya saat dengan pertama kalinya beliau melihat tubuh mungil sehatmu.
Hari ini adalah harimu, dear. Hari yang semoga menjadi anugerah bagi sesama makhluk semesta. Saat suara adzan ayahmu, untuk pertama kalinya menjadi pengantar hidupmu ke alam dunia.
Saat Kakak-Kakakmu turut berbahagia, karena bertambah lagi lah personil pejuang di keluarganya. Akan ada canda ceria tawa bertengkar parah lalu berbaikan tanpa sungkan di rumah syurgamu itu.
Tak ada kado dan surprise yang membuatmu takjub. Tak ada sikap ataupun kata yang membuatmu tersenyum sumringah. Tak ada ucapan lembut yang akan membuatmu terngiang sepanjang malam. Hanya doa dan harapan sederhana dari perempuan sederhanamu ini.
Aku hanya perempuan sederhana. Begini adanya. Tak lebih cantik dari perempuan-perempuan yang kau temui di luar sana. Tak lebih cerdas dan menyenangkan dari cerianya tawa perempuan karib yang lebih sering kau temui di luar sana. Tak lebih pandai membahagiakan pun menenangkan dibanding perempuan-perempuan yang kau temui di belahan bumi luas sana.
Aku hanyalah perempuan sederhana. Tak memiliki apa-apa. Hingga aku pernah berujar, "Carilah perempuan lain di luar sana. Aku tak sebaik perempuan lain. Semoga engkau menemukan idaman dan perempuan terbaik untuk mendampingi suka duka di hidupmu. Aku ikhlas dan rela. Jika itu memang lebih membuatmu bahagia."
Lama kau tak berujar menjawabku.
Lalu, dengan tenang dan singkatnya engkau menjawab.
"Aku sudah menemukanmu. Perempuan yang mampu membuat aliran darah mengalir hangat, serta senyum yang mampu menenangkan sanubari terdalam," Ucapmu sambil tersenyum syahdu.
Tak ada kata luar biasa, tak ada kado sekaliber brand ternama, tak ada ramai halo menyampaikan ucapan dan asa, tak ada riuh nano-nano perayaan suasana.
Namun, aku ada. Disini menantimu. Perempuan sederhana ini, dengan tulus akan mengabdikan diri padamu. Saat engkau sudah siap mengucapkan ikrar yang membuat arasy berguncang. Lalu, dengan sigapnya aku akan datang menyambutmu, meramaikan setiap sepi yang sempat menyelimuti, menenangkan setiap riuh yang membuat kau kalut dalam deru.
Melemparkan senyum pada setiap sudut hari-harimu. Aku ada, dalam asa dan penuh menjaga. Semoga tak sia-sia segala rasa di hadapan-Nya. Karena kini dan kelak hanya ridha dan cinta dari-Nya yang kita anggap permata.
Dariku, perempuan sederhanamu. Bersama aroma harum tanah dari air yang turun ke bumi. Aku dan kamu memadu rindu dalam ruang yang tak mampu kusentuh. Karena cukup, aku dan engkau saling menjaga. Lalu, belajar memantapkan jiwa, demi menempuh masa yang akan dirasa.
Maka, wangi petrichor adalah saksi. Kau dan aku adalah dua insan yang tenang dan saling menenangkan.
Maka, saat aku menyuruhmu mencari perempuan lain untuk engkau berlabuh. Saat itu pula, aku sedang tak percaya diri.
Dan kau tahu, tak percaya diri hanya dilakukan oleh orang yang sedang cemburu?!
Aku harap kau mengerti.
Bumi, 16 April 2017.
Di sebuah sudut sekolah, di sela-sela istirahat menemani riuh suara ramai anak-anak berbincang ria.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus*mikir keras* ini siapa yg dimaksud? Wkwk
BalasHapusAhahha ... siapa ya? Wkkwkw
BalasHapusSemoga yg terbaik utk Mb Fit dan juga dia 😉
BalasHapusMba Ane jd pingin malu 🙈😂 ...
HapusAamiin makasi Mba😙
Ceritanya manis. Bacanya juga enak, ngalir 😊
BalasHapusMakasi bunda Nova 😙
HapusOi oi siapa dia...
BalasHapusDia laki-laki pecinta hujan, Mbak Wid 😁
Hapus