Senin, 08 Mei 2017

Sepotong Hati

Aku meneliti ke dua bola matamu. Barangkali ada ruang teduh yang bisa memberi jawaban atas segala tindak keraguan serta kecemburuan.

Ah, bahkan untuk melihat panorama teduh di balik matamu saja aku tak berdaya. Aku tak berdaya. Oh, bukan, bukan tak berdaya. Hanya saja ini kenyataan yang sungguh jauh dari khayalan indahku.

Aku membayangkan senja indah saat ini, kita duduk bercengkrama berdua di teras depan rumah berhiaskan halaman indah dan taman. Lalu, menikmati peralihan masa mentari di ufuk barat. Menyaksikan warna merah jingga itu berubah menjadi malam yang semakin pekat, menyelimuti kerinduan pada tubuh bumi yang kedinginan.

Aku ingin pergi dan menjauh, jauh jauh sejauh-jauhnya darimu. Membiarkan hatiku bebas, tanpa harus teringat akanmu. Sosok yang mampu memasung bathinku, teguh dalam penantian yang tak aku tahu, apa kah yang kau tawarkan itu kepastian ataukah hanya sekedar bualan? Hah ...

Aku benci sebenci-bencinya pada dirimu. Kenapa aku begitu kuat dalam pelukan hatimu hingga aku luluh tanpa daya untuk sekedar menggeliat atau berteriak.

Aku ingin pergi ...
Aku lelah akanmu ...
Kau tak kunjung datang memberikan kepastian ...
Kau tak kunjung hadir bahkan sekedar memberikan perhatian kecil untuk seorang perempuan  ...
Kau makhluk menyebalkan ...
Makhluk paling menyebalkan di seantero hunian ...

Kau sungguh terlalu menyebalkan! Makhluk macam apa kau, sungguh angkuh nian mengabaikan perempuan yang sedemikian setia untuk sebuah pengabdian yang entah kapan berujung kejelasan.

Bahkan untuk sekedar membagi kisah citamu saja kau begitu kelu, sungguh bagaimana aku bisa paham. Sungguh bagaimana aku bisa paham hei makhluk menyebalkan.

Kau memang sosok indah dibalik kabut tebal. Tebal sekali! Ya, kau memang indah, kau memang bertahta, kau memang penuh harta, kau memang penuh permata. Apalah aku wanita yang seolah hanya mengemis pujian dan perhatianmu saja.

Lalu hadir untuk sekedar mengusik keasyikan hidupmu saja. Yah, apalah aku hanya sosok yang kau anggap sebelah mata. Kala kerinduanku begitu sesak memenuhi rongga dada. Kala dahagaku akanmu begitu sesak menjejali bathin.

Apalah aku, perempuan yang terpisah jarak denganmu ...

Engkau berada ribuan mil jauh dariku, hingga aku tak mampu mendeteksi bermacam-macam rasa dan syurga yang tengah engkau cipta di luar sana ...

Aku limbung ... Aku kehilangan arah ... Aku nanar ... Aku sesak ... Aku sesak sesesak-sesaknya seorang wanita  ...

Menunggu dan menanti sang pujaan hati di kota perantauan nun jauh di sana. Tanpa kabar untuk bersua. Tanpa canda untuk sekedar melerai rindu yang tak kunjung mereda.

Apalah aku tanpamu. Apalah aku tanpa kasihmu. Apalah aku tanpa setetes noktah cinta yang pernah kau torehkan pada ruang di bathinku, apalah aku tanpa daya hanya untuk sekedar mengungkapkan rasa seperti apa sekarang gerangan kabar hati yang kunjung lumutan kerana menanti secuil canda berharga dan perhatian mahalmu.

Satu hal yang harus kau tahu! Aku wanita dan jangan kau pikir memperlakukanku sesukamu adalah sebuah kebaikan. Tidak ada dalam kamus bahasaku kau akan seenaknya datang berkunjung, mengambil sepotong hatiku pergi, lalu entah kapan engkau kembali! Hah  ...

Meskipun ternyata itu yang terjadi, ... T_T

Kau itu makhluk macam apa sih?
Kau itu makhluk seistimewa apa sih?
Kau itu makhluk semenawan apa sih?
Kau itu makhluk sehebat apa sih untuk membuatku bahagia hidup di alam pertama dan kedua ini?

Kau itu makhluk macam apa? Hah ... hingga sudut hatiku tak berdaya, sepotong hatiku tertinggal di sebelah hatimu ...

Mengertilah pada perasaan kaum wanita, dear. Luangkanlah waktumu untuk hanya sekedar membuatku tersenyum merah hingga sumringah hati memenuhi setiap hari.

Mengertilah aku wanita, dear. Hatiku tertinggal di sebelah hatimu!

Maka, kau harus tahu! Ketika kau mulai jauh dariku, aku kelimpungan bukan main. Hatiku sesak susah nian bernafas bahkan sekedar meluapkan amarah kesal karena merindu padamu.

Dengarlah, aku wanita, dear. Hatiku tertinggal di sebelah hatimu ...

Semoga engkau berkenan untuk tetap menjaganya agar selalu dalam ketenangan.

Dan salah satu ketenangan hatiku itu adalah saat kau dekat dan tak mau menjauh dariku.

Atau kau pergilah lalu kembalikan sepotong hati yang pernah kau ambil tanpa sadar.

Sepotong hatiku tertinggal di sebelah hatimu, dear ... maka tolong jagalah hei makhluk menyebalkan yang terus saja menebarkan virus kerinduan yang menyesakkan bahkan memekakkan telingaku ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)