Senin, 15 Mei 2017

♡ Paradoks of Candy ♡

Banyak hal yang didapatkan dari pertemuan beberapa jam lamanya, tak berlangsung sebentar tapi terasa sangat sebentar.

Menyebabkan kami ketagihan untuk bertemu, bercengkrama bersama kembali. Merenda ikatan yang menguat sebab ketaatan.

Riuh terdengar berbagai macam warna suara. Dari mulai serak-serak basah, serak-serak tertawa bahagia, serak-serak menahan sesak, serak-serak memungut yang terserak diantara jarak jeda kehidupan.

"Beberapa waktu ini, aku sedang di uji dengan berbagai ujian rasanya. Belum selesai yang satu, sudah timbullah lagi ujian satu lagi. Aku kadang lelah dan mau menyerah saja." Kudengar bisik-bisik bathin berteriak.

"Aku pun sama. Aneh sekali kehidupan ini. Kenapa menawarkan bahagia bagi sebagian lain, sementara padaku menawarkan pahit yang seolah tak berkesudahan. Aku sesak menahan kesal yang berkerak." Bisik nurani lain, tak mau kalah lebih lantang berujar.

"Aku tak kuat, ... hidup seolah begitu kejam padaku. Habis manis sepah dibuang, aku merasa menjadi wanita yang tak ada harganya."

Glekkk ... ungkapan terakhir cukup menjadi gledek bagi pendengaranku.

***

"Kamu tahu permen, kek? Mau?" Tawar sang Kakek

"Tahu-tahu, Kek. Mau ...."

"Coba kau lihat bungkusnya. Kau buka lalu kau makan bungkus permen itu!"

"Nggak enak lah, Kek ... Mana bisa dimakan, nggak ada rasanya. Susah dikunyah apalagi di cerna."

"Nah, kalo begitu cobalah buka sedikit demi sedikit bungkus permen tersebut."

"Sudah, Kek."

"Lalu, cobalah kau cicip itu permen yang bungkusnya sudah kau buka ... Bagaimana rasanya, Nak?"

"Manis, Kek. Enak dimakan. Hhmmm yummy ..."

"Nah, seperti itulah kita sekarang."

Hhmmm, sang anak mengerutkan kening memikirkan masuk sang Kakek. Sambil menikmati permen manis pemberian sang kesayangan.

"Maksudnya adalah ketika kita sedang didera berbagai kesulitan, kesusahan, kelaparan, musibah, ujian, yang membuat kita tak senang, tak enak makan, pikiran tak karuan. Sesungguhnya, kita sedang membuka bungkus-bungkus kecil itu ... sebelum bisa menikmati manisnya sang permen. Seperti itu mungkin."

"I see, aku ngerti, Kek. Berarti kalau kita sedang diuji dengan suatu ketidakenakan dalam hidup, hakikatnya kita sedang membuka jalan menuju kenikmatan yang akan dihadiahkan kepada kita ya, Kek." Adik tersenyum manis seolah mendapat jawaban memuaskan.

"That's right, Anak ... cerdas! Yang harus kita lakukan ketika mendapatkan ujian itu berarti apa ayo?" Selidik sang Kakek

"Syuuukuuurr dan saaabaaarrr yaa, Kek. Karena hakikatnya kita sedang disayang Allah ..."

"Yaaap ... betul sekali." Keduanya saling bertatapan, tersenyum, lalu saling berpelukan.

***

Bertemu dengan mereka dalam formasi lengkap, adalah hadiah luar biasa. Dari pertemuan di tempat sederhana. Kami memaknai sebuah keindahan, keindahan yang menjadi kerinduan akan pertemuan.

"Kuatkan ikatannya, Ya Rabb ... kuatkan ikatan cintanya."

Aamiin ...

😊🙇🙏

#01.40 Dini hari
#OneDayOnePost😍

4 komentar:

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)