Kamis, 19 Januari 2017

Belum Selesaikah, Tugasku!

Hari ini aku berhadapan dengan matahari. Menantang akar-akar yang berseliweran, kerikil, bebatuan tajam, yang besar-besar dan menyebabkan waspada dalam kehati-hatian. Aku menuruni jalanan yang curam, pun menaiki jalan bak tebing dengan kemiringan 270`.

Pergi! Kataku, pergi! Pergi! Ucapmu dengan nada amarah penuh kebencian.
Aku menurut saja. Meski sebenarnya, sungguh susah bukan kepalang melangkahkan kaki. Jika mengingat, jalanan terjal yang akan mengantarkanku pada tujuan.

Pergi! Kataku, pergi! Pergi!
Untuk apa kau disini, membelai lembut dan mesra diriku. Membuatku bahagia tiada tara. Sampai-sampai lupa bahwa kau lebih berhak untuk pergi dan berbahagia di tempat tujuanmu.

Pergi! Kataku, pergi! Pergi!

Aku mematung gagah penuh wibawa. Seorang gadis berbatik dan jilbab orange berhadapan dengan matahari, saat ini. Seringai senyum jahat aku tebarkan, pada pesona yang sudah kutinggalkan di tempat pemberangkatan.

Rasakan kau! Tak ada lagi yang akan melirik dan menina bobokan dirimu mulai sekarang! Hahaha
Aku rasa menang, digjaya jiwa bukan kepalang.

Langit biru megah, dihiasi awan cerah yang indah. Eksotis! Kataku masih mematung, memandang gerbang perkasa yang menjadi sekat antara aku dan sebagian bola matahari yang tengah bersinar memancarkan bias pelangi pada pagi hari. Bersahabatkan angin dan lambaian tangan si hijau yang bekerja sama memenuhi bumi.

Tinggi, pendek, semua membentuk bangunan sejuk  bak karya arsitektur tak terjamah dunia. Ia terkenal bahkan sampai pada dunia yang kasat mata.  Pemandangan yang kudapat saat terbang beberapa waktu lalu.

Terbang, saat ini aku tengah terbang. Kembali. Memerhati bumi. Megah. Bangunan menjulang. Dan aku yang menggagahkannya. Apa daya ia tanpa sinarku? Hah, kau akan redup!

Bangunan megah, embun menyelimuti gunung-gunung menghembuskan aura kesejukan, tiada banding. Dingin menusuk! Tapi tenang, ada aku yang akan setia kembali menghangatkan pagimu melewati jalan menuju sawah dan kebun di hutan rimba sana, Pak Tani! Ada aku yang akan mengaliri seluruh tubuhmu, tanpa risau tulangmu akan kembali remuk dan patah karena pekerjaan bertani yang cukup menguras seluruh sendi. Aku memperbaiki seluruh sumsum tulang dan melancarkan aliran darahmu! Meski aku juga kadang memanggangmu dalam panas terik di tengah sawah, menahan lapar dan membuat topi sawah kau kenakan meleleh di jidatmu yang menghitam. Gosong olehku! Ucap matahari.

Langit menjadikan bumi hidup dengan segala peralatan yang tersedia di alamnya. Aku, sang kuning yang kaya dengan segala manfaat. Bulan, bintang, langit yang kadang pekat kadang terang, dan awan yang eksotis menampilkan atraksi yang tak terduga seperti apa kelanjutan kejutan menawannya.

Ah, tunggu-tunggu. Bumiku rupanya tak berbahagia. Kenapa mereka bersedih, padahal langit dan aku setiap hari bekerja sama mempergantikan siang dan malam; agar mereka senang dan tenang.

Kenapa diantara mereka ada yang meringis, kesakitan. Memegang perut dan kepalan tangan yang melemah. Menguruti kepala yang pening, menahan dahaga.

Ah, rupanya kerjaku belum sempurna. Di awal pagi sudah ku usir kau dengan tamparan keras hingga kau berlari terbirit-birit. Hei, lemas malas yang memberangus isi kepala dan badan. Sudah kunetralisir semua virus dengan badanku yang semakin terang muncul ke permukaan bumi.

Tapi ...
Rupanya cahayaku, belum tuntas memberangus rasa lapar dan mengetuk nurani manusia untuk membagi bahagia; bahkan hanya sekedar roti penegak tubuh.

Kemanakah ia? Yang tadi kulihat berseliweran dengan mobil mewah, dan kendaraan-kendaraan waaah, memanen setiap rupiah.

Ah, tak apa. Aku hanya sedang mendekat pada Rabb-ku dengan perut yang hampa dari lezat dan sedap makanan dunia. Katamu, saat aku mengiba pada sakitmu.

Ah, Iya. Rupa takkan kembali digjaya. Untuk akhirat jangan sampai melupa. Biarkan ragamu terlatih memasuki alam kekosongan. Sampai kosong dan benar-benar kosong. Dan temukan kenikmatan ruhani yang tiada banding rasa. Digjaya aku digjaya! Matahari menatap bangga dan luka! Kenapa aku tak sampai menerka, kau sungguh rupawan hei pemuda dunia!

Karang Tengah, 19 Januari 2017

#ODOP_3
#Prosa Liris

6 komentar:

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)