Senin, 13 Februari 2017

Salam Manis Dari Gadis Manis

Aku merasa mendapat pekerjaan banyak ketika mendengar suaramu; mendengarkan dan mencintaimu tanpa tergesa.

Ya, mencintaimu adalah pekerjaan teragung, yang menyenangkan. Percayalah, seluruh sendi dan sel dari tubuhku ikut bersenang ria menyambutmu syahdu.

Hei, seseorang yang kusebut manusia penuh kharisma nan misteri.

Panah itu telak menghujam bathin terdalam tanpa sempat minta ampun. Tenggelam dalam lautan merah darah yang kusebut semangat hidup dalam rona cahaya yang tak pernah redup. Hidup dalam mutiara iman. Subur dan terus tumbuh menuju cahaya mentari.

Matahari dan penghuni langit tersenyum cerah dalam birunya yang memikat. Aku setangkai bunga yang tengah mekar merekah diantara taman-taman firdaus keanggunan; damai yang sulit digambarkan.

Salam dan selamat datang wahai manusia bersuara ikhlas. Pintu hatiku sempat terbuka dan tertutup untuk beberapa tamu yang ternyata tak betah bertahan lama berkunjung. Karena, Sang Maha Pemilik hati yang selalu menjadi tumpuan dan tempatku bergantung menunjukkan kuasa-Nya.

"Ia tak baik untukmu, hambaku sayang. Memohonlah selalu pada-Ku jangan pernah jemu. Aku tahu yang terbaik untukmu." Dialog jiwa bersama-Nya diantara sujud-sujud panjang damai merendah pada bumi, mengemis pada langit.

"Aku lemah, aku jalang, aku durjana, aku takut kau murka, aku hamba yang penuh hina dan cerca, aku pengemis yang tak tahu malu, bodoh, penuh alfa, dan masih saja tak tau diri meminta tanpa pengagungan yang sesungguhnya."

"Aku tetap meronta, Tuhan. Dalam hening-hening malam, masih saja mengetuk pintu-Mu. Tanpa memiliki pengabdian terbaik yang harusnya aku baktikan pada-Mu."

Lagi-lagi, aku ditampar oleh sebuah senyuman mesra. "Selamat, Dik. Kau lulus dan kuat! Menolak atau menerima berdasarkan petunjuk-Nya yang selama ini kau pinta dalam ronta."

Yang tak baik untukmu, ia akan tak betah sendiri hingga menunjukkan wajah asli tanpa kau minta ataupun kau paksa. Yes, are u the winner or the looser?

Dinding-dinding sukmaku, dibentengi berlapis-lapis baja. Maka, tak mudah untuk jatuh, pertahananku luruh tak mudah luluh. Jika kau mampu melewatinya, maka itu berarti kau adalah panglima sesungguhnya yang dikirimkan Pemilik langit untuk membersamai setiap perjuangan untuk ummat manusia bersama menuju negeri syurga. Istana yang ingin aku bangun bersama dalam selimut taat.

Sudah ku bilang aku jalang, maka silahkan saja kau cerca tanpa direka. Itu hakmu. Tapi, hakku juga untuk menolakmu. Aku berhak bahagia dengan pilihan-Nya. Tak nyana, kau benar-benar menunjukkan rupa tanpa sempat kuterka.

Sudahlah, aku bersyukur dan bahagia. Ikhlas untuk setiap praduga tak berdasarmu yang hanya mengikuti egoisme belaka. Semoga, manusia-manusia pilihan itu tangguh untuk menerima keputusan. Bahwa melepas atau memuliakan adalah konsekuensi dari hidup. Ayolah, kau bukan manusia cengeng dan pengecut bukan? Yang berani mencerca tanpa melihat cermin diri. Dan kau tahu aku adalah perempuan? Lemah? Tidak! Aku sang kuat! Meski tetap saja dalam sepi bathin teriris tak menyangka kau makhluk yang meninggalkan luka menghina.

Hahaha ...
Bolehkah aku tertawa dalam lekat doa semoga yang terbaik segera Allah kirimkan untukmu. Salam manis dari aku bunga yang akan tetap manis meski kau kirimkan sumpah serapah pedasmu. Karena, untuk satu hal sangat penting saja kau sudah kalah telak. Prinsip dan keyakinan yang akan menjadi pondasi kebahagiaan semesta.

Manusia-manusia yang hadir, aku ngilu. Maka, bahagia itu menjadi seperti Bunda Maryam dan Bunda Fathimah. Yang terjaga dan dicintai meski dalam diam. Tapi mewujud sampai mengguncang arsy kasih-Nya.

Mari saling mengerti dan memahami. Aku adalah perempuan yang memiliki hak untuk menerima ataupun menolak. Untuk menggunakan hak itu pun aku sangat berhati-hati. Takutnya tak membuat pemilikku senang. Maka, kau adalah makhluk yang diberi hak untuk memilih siapapun.

Tapi, mari saling berintrospeksi. Bahwa kaum kami adalah kaum yang mendambakan kemuliaan tidak hanya dengan sekedar materi. Namun, dalam kesederhaan pun selama imam kami mampu membimbing kami ke jalan yang dicintai-Nya. Kami akan selalu ada. Mendamaikan dan mencintai dalam tulus pengabdian Lillah. Maka, biarkanlah cinta yang tulus karena-Nya menjalankan tugasnya sampai tuntas.

Untukmu, seseorang yang kupilih dan selalu kugenggam erat. Menjagamu dalam doa ajaib adalah pekerjaan terbaikku. Semoga kita adalah benih yang akan menyemai cinta pada pemilik hakiki kehidupan. Menebar banyak wewangian pada asri uniknya hidup.

Dalam istikharah panjang, sekarang aku menemukan jawaban. Dalam merdunya irama suaramu, aku menenun yakin tanpa ragu.

Aku sederhana, tanpa istimewa. Namun, semoga bisa menjadi kado terindah untukmu. Mari berbahagia dan mengisi setiap waktu untuk membuat-Nya senang. Mari bimbing aku ya, Tuan. Kita belajar bersama-sama. Manusia berparas ikhlas dan mata yang meneduh tajam sanubariku. Aku memandangmu lekat dalam doa dan nyanyian sunyi, sepi, dalam khusuk pengabdian. Peningkatan kualitas diri bagi mulianya kehidupan. Salam manis dari gadis manis. Sampai bertemu merajut jari manis.

6 komentar:

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)