BAB
PEMBAHASAN
“KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KARIER ANAK DAN
REMAJA”
Karakteristik perkembangan kemandirian dan karier anak dan remaja yaitu proses progresif menuju kematangan seorang individu dalam
menjalani hidup dengan usaha dirinya sendiri, kemampuannya dalam mengambil peran
dalam kehidupan di masyarakat pada fase anak dan remaja serta orientasinya di masa depan.
A.
Pengertian
Kemandirian
Kemandirian adalah kebebasan individu
manusia untuk memilih menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai,
dan menentukan dirinya sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri,
kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan
diri, dll. Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana peserta didik
secara relative bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang
lain. Dengan otonomi tersebut, peserta didik diharapkan akan lebih bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri.
Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang
melibatkan hati dan pemikirannya (psikis). Hal ini diperkuat pernyataan ahli
perkembangan yang menyatakan: "Berbeda dengan kemandirian pada masa
anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan sendiri, mandi
dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih bersifat
psikologis, seperti membuat keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku sesuai
dengan keinginannya.”
Memberikan kesempatan pada remaja untuk menentukan
pilihan-pilihan sederhana dengan tetap memberikan bimbingan dan perhatian, akan menumbuhkan rasa percaya diri
dalam dirinya hingga seterusnya ia akan mampu memutuskan perkara yang lebih
pelik.
B.
Tipe-tipe
Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja
Kemandirian dapat dilihat dari
beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan
bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek intelektual, yang merujuk pada
kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala
masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah.
2. Aspek sosial, berkenaan dengan
kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak
tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya.
3. Aspek emosi, menunjukkan kemampuan
individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak
tergantung secara emosi pada orang tua.
4. Aspek ekonomi, menujukkan
kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan
tidak lagi tergantung pada orang tua.
Steinberg (1995) membagi
kemandirian dalam tiga tipe, yaitu
kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral
autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy). Berikut
penjelasannya;
1) Kemandirian Emosional
Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam
mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional (ketergantungan) anak
dengan orang tua. Percepatan pemudaran hubungan itu terjadi seiring dengan
semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Konsekuensi dari semakin
mampunya remaja mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan orang tua
terhadap anak semakin berkurang dengan sangat tajam. Proses ini sedikit
besarnya memberikan peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandiriannya
terutama kemandirian emosional.
Di samping itu, hubungan antara anak dan lingkungan sebaya yang lebih
intens dibanding dengan hubungan anak dengan orang tua menyebabkan hubungan
emosional anak dan orang tua semakin pudar. Kedua pihak ini lambat laun akan
mengendorkan simpul-simpul ikatan emosional infantil anak dengan orang tua.
2) Kemandirian Behavioral
Kemandirian perilaku (behavioral
autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil
keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain. Tapi bukan berarti mereka
tidak memerlukan masukan dari orang lain, mereka akan menggunakan masukan
tersebut sebagai referensi baginya dalam mengambil keputusan.
3)
Kemandirian
Nilai
Kemandirian nilai (values autonomy)
merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung
dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya
tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara
sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya. Kemandirian nilai (values
autonomy) yang dimaksud adalah kemampuan individu menolak tekanan untuk
mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief) dalam bidang nilai.
C.
Faktor
yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Kemandirian Anak dan Remaja
Kemandirian merupakan aspek yang
berkembang dalam diri setiap orang, yang bentuknya sangat beragam, pada tiap
orang berbeda-beda, tergantung pada proses
perkembangan dan proses belajar yang dialami masing-masing orang.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian anak, namun ada beberapa faktor yang sangat berperan banyak dalam
membentuk kemandirian anak, diantaranya sebagai berikut;
a)Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian
tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat
bahwa sesunguuhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada
anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orangtua mendidik
anaknya.
b) Pola asuh orang tua
Orang tua yang terlalu banyak
melarang atau mengeluarkan kata jangan kepada anaknya tanpa disertai dengan
penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak.
c)Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan
demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinisasi tanpa argumentasi
akan menghambat perkembangan kemandirian remaja.
d)
Sistem kehidupan di masyarakat
Sistem kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau
mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegitan produktif dapat menghambat kelancaran
perkembangan kemandirian remaja.
Upaya Pengembangan Kemandirian
Sesuai dengan fase perkembangannya, upaya pengembangan remaja
dapat dilakukan melalui:
1.
Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja secara penuh dalam keluarga.
2.
Penciptaan keterbukaan komunikasi dalam keluarga.
3.
Penciptaan kebebasan mengeksplorasi lingkungan.
4.
Penerimaan remaja secara positif tanpa syarat atau tanpa pamrih.
5.
Penciptaan komunikasi empati dengan remaja.
6.
Penciptaan kehangatan interaksi dengan remaja.
D.
Pengertian
Karier
Karier sering diartikan sebagai pekerjaan atau profesi seseorang yang
menghasilkan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan tidak serta
merta merupakan karier. Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang dari pada sekedar mendapat pekerjaan yang
sifatnya sementara waktu. Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam
kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk
merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan
bimbingan karier yang berkelanjutan.
Orientasi Karier Pada Anak dan
Remaja
Pendekatan karier bagi anak dan remaja bukanlah proses dimana anak
dibentuk menjadi seorang yang khusus menggeluti salah satu bidang, seperti
bagaimana menjadi seorang insinyur, dokter ataupun petani. Tapi orientasi karier pada anak dan remaja merupakan
tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya
kelak.
Pemahaman anak mengenai cita-cita dan masa depan harus diarahkan
sejak dini, sejak usia sekolah dasar anak harus digiring pada hal-hal yang
mereka minati, sehingga tiap perkembangan usia dan tingkat intelektualnya anak
tahu bidang apa yang akan dia tekuni selanjutnya. Sehingga proses pendidikan di
sekolah akan diikuti dengan baik dan antusias, karena anak tau manfaat dari
ilmu yang ia pelajari, dengan demikian sekolah mampu mencetak generasi
berkualitas dan professional di bidangnya.
Proses
pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika
dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah
terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari
bahwa faktor peluang atau kesempatan memegang peranan yang amat penting.
Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat,
bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang atau kesempatan untuk bekerja pada bidang
itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang
dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud. Dan pada akhirnya Tuhan-lah yang
menentukan segalanya, manusia hanya berkemampuan untuk berusaha semampunya
Faktor yang dapat Mempengaruhi
Perkembangan Karier Anak dan Remaja
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan karier anak dan remaja dibagi menjadi dua bagian:
1.
Faktor
Internal
a.
Motivasi
dalam diri anak sendiri
b. Kesadaran anak pada kemampuan dan
minat yang dimiliki
2.
Faktor
Eksternal
a.
Keluarga
b.
Pendidikan
Sekolah
c. Lingkungan sekitar, baik itu teman
sebaya ataupun media informasi
Perkembangan
Remaja Dalam Berkarir
Menurut Teori Tipe Kepribadian
Holland,
dijelaskan bahwa perlu dilakukan suatu usaha agar pilihan karir
seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Bila seseorang menemukan karir yang
sesuai dengan kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut
dan bekerja di bidang tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang
yang tidak cocok dengan kepribadiannya.
Menurut Holland ada 6
tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara
aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :
a.
Realistis
Orang yang memperlihatkan
karakteristik maskulin. Kuat secara fisik, menyelesaikan masalah dari sisi
praktisnya dan memiliki kemampuan sosial yang rendah. Mereka paling cocok
bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang
bangunan.
b.
Intelektual
Orang-orang ini memiliki orientasi
konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja.
Mereka seringkali menghindari hubungan interpersonal dan paling cocok untuk
pekerjaan yang berhubungan dengan matematika atau keilmuan.
c.
Sosial
Orang-orang ini sering
memperlihatkan trait feminin, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan
verbal dan interpersonal. Mereka paling mungkin dipersiapkan untuk masuk profesi
yang berhubungan dengan orang banyak seperti mengajar, menjadi pekerja sosial,
konseling.
d.
Konvensional
Orang-orang ini memperlihatkan
ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dan rapi. Mereka paling
cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan
administratif lainnya.
e.
Menguasai (enterprising)
Orang-orang ini menggunakan
kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual
berita atau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan
penjualan, sales, politikus, atau manajemen.
f.
Artistik
Mereka adalah orang yang lebih suka
berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi
interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini
sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.
E. Implikasi Perkembangan Kemandirian
Peserta Didik dalam Pendidikan
Kemandirian
adalah kecakapan yang berkembang secara rentang kehidupan individu, sangat dipengaruhi oleh faktor–faktor pengalaman dan
pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan di sekolah perlu melakukan upaya-upaya
pengembangan kemandirian peserta didik , di antaranya :
1.
Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak
merasa dihargai.
2.
Mendorong anak untuk berpartisipasi
aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
3.
Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan , mendorong rasa
ingin tahu mereka.
4.
Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak
membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.
5.
Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/95628992/Karakteristik-an-Kemandirian-Dan-Karier-Anak-Dan-Remaja
Sunaryo,
Kartadinata. 1988. Profil Kemandirian dan Orientasi Timbangan Sosial
Mahasiswa serta Kaitannya dengan Prilaku Empatik dan Orientasi Nilai Rujukan.
Bandung: UPI
Vitahafyan.
2011. Pengembangan Kemandirian Peserta Didik. (online).
http://vitahafyan.blogspot.com/2011/12/pengembangan-kemandirian-peserta-didik.html.