"Gapapa kamu gak ranking satu, yang penting kamu punya semangat hidup! Gapapa kamu gak lulus tepat waktu, yang penting kamu gak pernah berhenti berjuang meskipun dengan keadaan tertatih."
Kemampuan menghadapi tantangan, kekuatan jiwa untuk bangkit dari kegagalan itu sungguh merupakan anugerah yang luar biasa dari Allah.
Banyak kita temukan, diantara teman-teman kita yang begitu mudah dan dilancarkan kuliah selesai tepat waktu bahkan bisa lebih cepat. Kita pun begitu bangga padanya. Bersyukur akan keberuntungannya. Menganggap mereka begitu hebat hingga mampu menyelesaikan pendidikan dengan cepat. Mereka orang-orang rajin dan beruntung.
Ada juga kita temukan teman-teman kita yang terkendala dalam hal waktu, pernah cuti kendala biaya dan lain sebagainya. Sehingga mereka terkendala untuk bisa selesai kuliah dengan tepat waktu dan lebih cepat. Namun dibalik tantangannya itu, sungguh merekapun berjiwa besar. Menyaksikan teman-teman satu angkatannya bahkan sebayanya sudah lulus satu persatu. Sedangkan ia, masih saja harus berkutat dengan remidial dan revisian skripsian.
Maka diawal, aku membuka tulisan ini tentang kemampuan bertahan, berjuang dan bangkit meski sempat gagal dengan berbagai kendala, dan punya semangat hidup adalah hal rezeki luar biasa. Karena memang menjalaninya tidak mudah. Ia butuh kekuatan ekstra, kelapangan jiwa untuk menerima bahwa ia harus terus bangkit semangat dan berjuang meski sudah tertinggal.
Ya, diantara kisah di atas adalah aku salah satunya. Aku, perempuan dengan usia yang akan menginjak 24 tahun tanggal 15 Juli 2019 nanti. Jika tidak cuti dan sempat menunggu satu semester juga tidak mendapat nilai C di salah satu mata kuliah prasyarat. Barangkali aku sudah lulus sejak awal Januari 2019 ini.
Namun, ternyata kenyataan hidup tak selalu sesuai dengan keinginan dan ekspektasi kita. Mungkin, aku termasuk orang yang lamban menyadari betapa pentingnya sungguh-sungguh dalam kuliah. Serius belajar sabar berkorban waktu, tenaga, dan materi hingga berjuang mati-matian untuk bisa segera lulus. Awal-awal semester aku merasa begitu santai dalam berkuliah, haha hihi bersama teman-teman mengerjakan tugas ya biasa saja tanpa ekspektasi lebih, senang mengikuti fashion menghabiskan uang bulanan untuk memenuhi egoku dalam berbelanja baju dan lain sebagainya.
Hingga tamparan itu tiba, di akhir semester tiga aku benar-benar mengalami pergulatan batin luar biasa. Di titik ini, aku benar-benar sadar sudah bukan lagi waktunya bersantai main-main kuliah seadanya saja. Aku harus bersungguh-sungguh dalam belajar, kuliah, menuntut ilmu dan meningkatkan kapasitas diri, menaikkan kecepatan berpikirku yang terkadang lamban dalam memahami materi perkuliahan.
Ya, di semester empat dengan sangat terpaksa aku harus cuti kuliah dulu karena kendala biaya. Jumlah bayaran yang harus aku bayarkan untuk bisa lanjut kuliah saat itu cukup besar, sedangkan gajiku saat itu belumlah seberapa karena baru saja aku pindah kerjaan ke sekolah baru. Ya, guru baru namanya honorer di sekolah swasta pula. Harus siap berhemat demi biaya hidup yang cukup gila. Dan dengan sangat terpaksa aku menunda kuliahku dulu satu semester sambil mengumpulkan uang untuk bisa membayar uang kuliah kembali. Hal itu terjadi di tahun 2016.
Alhamdulillah, sekarang sudah 2019 awal aku sudah menginjak semester delapan dan sedang menyusun skripsi. Ternyata menyusun skripsi ini, cukup menguras pengorbanan juga ya. Kadang aku ingin menangis dibuatnya. Ya padahal belum seberapa jika dibandingkan perjuangan teman-teman lainnya barangkali. Tapi tetap saja aku kadang merasa ada di titik putus asa melewati tantangan skripsi ini.
Allaah ... Mohon dimudahkan dilancarkan skripsiku juga hal-hal lainnya agar aku bisa segera lulus. Aa dan keluarga di kampung sudah sering sekali menanyakan kapan fifit selesai kuliah dan wisuda. Cukup mengiris batin mendapat pertanyaan itu, di tengah bab skripsiku yang kadang ditempa bab putus asa.
Tapi, aku tak boleh lemah tak boleh pesimis tak boleh putus asa. Bismillaah ... Ya Allah dengan pertolongan-Mu. Aku pasti bisa mengerjakannya dengan baik, cepat selesai, dan segera lulus. Insyaallah mudah-mudahan.
Kadang aku malu, teman-teman sebayaku yang lain bahkan sudah melanjutkan ke tingkat S-2 sedangkan aku masih berkutat di tingkat akhir perkuliahan. Hehe tapi tak apa, aku selalu menenangkan diriku dengan mengatakan, "setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing, waktunya masing-masing, ada yang lulus di usia lebih muda dariku, ada pula bahkan yang sudah menikah dan punya anak di usia yang bahkan sangat lebih muda dariku. Tidak apa, aku pun punya waktuku sendiri nantinya. Allah akan memberikannya du waktu yang tepat."
Untuk sekarang, aku harus sangat bersyukur kepada Allah masih diberikan kesempatan hidup, bisa bernafas, diberikan kesehatan sehingga bisa leluasa beraktivitas mengajar belajar dan keaktifan lainnya. Mengingat salah satu alasan aku cuti dulu juga selain biaya adalah sakit yang lama. Sampai-sampai tak bisa bergerak jauh dari tempat tidur. Makan pun hampir selalu disuapin, karena kendala fisik yang sakit. Kalau ingat waktu itu, Masya Allah ... Bersyukur sekali aku hari ini bisa sehat dan berkuliah kembali menyelesaikan pendidikanku semoga bisa cepat-cepat lulus dan dapat ilmu yang barakah. Inginku tak muluk-muluk, aku hanya memohon sekali kepada Allah mudah-mudahan Allah memberiku dan keluargaku rahmat dan ampunan-Nya, mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing memberi petunjuk langkah kami agar senantiasa ada dalam keridhoan-Nya. Karena tak ada yang lebih berharga hidup di dunia ini selain mencari ampunan dan keridhoan Allah di setiap langkah kita.
Usia 24 tahun juga adalah usia yang sangat rentang dengan pertanyaan kapan menikah. Huhu suka sedih kalau sudah ada pertanyaan ini. Teman-teman yang lain satu persatu sudah menikah bahkan ada yang sudah punya dua anak. Sedangkan aku kuliah saja belum lulus, tabungan belumlah banyak sehingga cukup untuk biaya nikah, dan lain sebagainya. Jujur saja di sanubari terdalam kadang aku juga iri, melihat teman sebayaku yang sudah dan akan menikah dengan kekasih hatinya. Lah aku masih saja belum jelas bagaimana kepastian tanggalnya. Wkkwkw
Tapi, itu hal wajar pemikiran itu kumaklumi sebagai ungkapan kedewasaanku yang belum sempurna.
Justru, jujur saja di satu sisi aku juga ingin segera lulus kuliah punya tabungan banyak bahkan punya tabungan untuk rumah sendiri dan bisa segera menikah. Namun, di sisi lain aku percaya Allah sudah menyiapkan yang terbaik untukku.
Aku masih ingin banyak belajar, masih banyak hal yang harus kupersiapkan baik itu dari segi kesiapan mental, kesiapan agama, ilmu, kesiapan materi, dan kedekatanku kepada Allah yang harus selalu aku tingkatkan. Agar bahagia, selamat, sejahtera, dan berkah lah hidupku.
Karena ketika aku memutuskan untuk menikah itu berarti aku juga harus siap dengan berbagai macam konsekuensi diantaranya akan menjadi bagian dari keluarga suamiku kelak, aku juga harus siap menjadi Ibu, yang kita tahu bahwa menjadi Ibu itu adalah suatu hal yang sangat mulia dan berat sekali tanggung jawabnya di hadapan Allah, dan aku juga harus siap banyak-banyak belajar bagaimana supaya bisa menjadi istri yang dicintai dan diridhai suami. Aku masih harus banyak belajar untuk itu, belajar menjadi perempuan yang dicintai dan mencintai, istri yang sabar dan penuh cinta kepada suaminya, Ibu yang penyayang dan tulus ikhlas merawat mengasihi mendidik anaknya, dan bagian dari umat yang mampu berkontribusi untuk kemaslahatan orang banyak.
Aku masih ingin belajar banyak hal untuk itu, aku tak ingin main-main. Jujur saja, sebetulnya aku tidak tergesa-gesa ingin menikah. Aku hanya mendidik diriku lebih keras untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik. Semoga Allah Ridha, Allah bimbing setiap langkahku, Allah sayangi dan lindungi semua keluargaku dimanapun mereka berada.
Keluarga adalah cinta kasih pertama yang akan menebarkan keharuman pada penghuni di dalam rumahnya. Sehingga ketika kemanapun anggota keluarganya pergi, mereka siap menebarkan cinta kasih pada sesama. Menebarkan manfaat, kedamaian, dan kebaikan untuk penghuni bumi lainnya.
Untuk orang tua dan keluargaku, support dan doa dari kalian sangat berharga buatku. Kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan kalian untukku semoga Allah balas dengan kebaikan dan Rahmat dari Allah yang berlipat ganda.
Untuk kekasihku tersayang, semoga Allah ridha akan setiap langkahmu setiap usahamu, mudah-mudahan Allah mudahkan menuju jalan yang diridhai dan diberkahi-Nya.
Dengan siapapun aku nantinya, atau masih hidup atau tidakkah aku nantinya, Allah Maha Tahu yang terbaik untuk kita hamba-hamba-Nya. Hanya kepada Allah kita bergantung, berharap, dan memohon pertolongan.
"Kita tidak tahu kapan ajal kita akan tiba, namun semoga saat waktu itu tiba Allah memanggil kita dalam keadaan yang Khusnul khatimah. Dan meninggalkan keluarga yang kuat akidahnya, kuat ibadahnya, kuat kedekatannya kepada Allaah. Aamiin YRA."
Salam sayang, salam rinduuu sekali dari fifit, salam bahagia, hayu sasarengan diajar berjalan menuju jalan yang diridhai Allah. fifit perempuan yang sangat tidak sempurna, banyak kekurangan, jangan sungkan-sungkan mengingatkanku ya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)