Kamis, 13 Desember 2018

Bejana Jiwa

Ada bejana jiwa yang hendak diisi. Selaiknya rasa lapar dan haus, yang akan hilang dengan makan dan minum. Begitupun bejana jiwa, pada insan yang masih bernyawa -perhatian dan sayang adalah niscaya. Menjadi kebutuhan yang meninggalkan ketenangan luar biasa.

Adakah ia tak lagi ramah dan mudah tertawa? Coba kau tengok, Nak. Barangkali sudah berwindu kamu tidak mendengar keluh kesahnya mengudara. Terkadang ia hanya butuh sekadar  didengarkan. Tempat tumpah tanpa merasa dihakimi. Itu sudah lebih dari cukup. Mengisi kembali kekosongan jiwanya. :)

Sebelum lelap cobalah bertukar kabar, barangkali ada lelah dan sesak seharian yang ia pendam demi menunggumu pulang dan bercerita. Pundakmu, senyum lembut nan empatimu adalah oase yang menyejukkan jiwa dan menghapus segala lelahnya hari itu.

Atau sudahkah ia jarang membantumu merapikan pekerjaan rumah meskipun sekadar merapikan pakaian?

Ia terkesan acuh tak acuh atau bahkan kasar tak seperti dulu penuh perhatian bahkan pada hal kecil di dirimu sekalipun?

Coba kau ingat lagi, Nak. Barangkali sudah berwindu pula, senyum manismu tak lagi tersuguh ketika menyambutnya. Syukur dan terima kasihmu, barangkali ikut terkubur bersama kelelahan dan kekesalan mengurusi kesibukan hari-harimu kala berjauhan dengannya.

Coba kau ingat lagi, Nak. Rasa hormat dan patuhmu padanya masihkah berdiri tegak dan agung di sanubarimu atau bahkan ... sudah hilang terkikis perlahan, sirna dan menimbulkan prahara.

Kamu tak lagi merasa dicintai. Dan ia tak lagi merasa dihormati.

Merasa dicintai dan dihormati adalah dua akar utama kebutuhan jiwa kalian berdua. Jiwanya akan senantiasa hidup, bahkan menebarkan indah pada sesama jika cinta dan hormat antara kalian senantiasa terjaga.

Kamu tahu apa yang memudahkan kalian mengamalkan ajaran syurga itu, Nak? Coba kau tengok ibadahmu pada-Nya. Sudahkan setenang bernafas lega atau malah terburu-buru tak menikmati bersama doa.

Atau coba kau cek makanan dan pakaianmu, halalkah ia yang kau makan dan kau pakai? Berhati-hati diantara kedua itu adalah sumber kebaikan dan keberkahan.

Coba kau dekati Tuhanmu dengan lebih mesra, Nak.

Dia-lah yg menurunkan ketenangan dan ketentraman ke dalam jiwa kalian berdua. Esok-esok, sebelum mencerca. Ambilah cermin syukur dan sabar sebelum gundah gulana meraja.

Lelakimu pulang dengan lelah, tanpa keluh padahal sudah lelah seharian berusaha. Hargai dan syukuri ia, Nak. Ia makhluk romantis yg dikirim Tuhan untuk membahagiakanmu.

Perempuanmu cerewet bercerita. Sayangi dan dengarkan ia, Nak. Ia terkadang hanya ingin dimengerti dengan penuh cinta.

Sederhana. Isilah bejana jiwanya dengan cinta. Maka kalian akan bersama dalam samara.

*Dari aku yang menulis ini, setelah terinspirasi dari membaca cerpennya "Kartono" dan "two baby's talk" dalam antologi Patah Tumbuh Hilang Berganti.
Karya antologi pertamaku bersama teman-teman nulis bareng lainnya. Yuk, kuy baca :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)