Rindu memang bisa sangat menusuk kalbu. Jarak memang bisa menciptakan berbagai macam prasangka. Ruang jarak dan waktu yang terbentang jauh diantara kita, dengan komunikasi yang seadanya; padahal gemuruh rasa dalam dada begitu menggelegak ingin menumpahkan kerinduannya.
Cinta itu rasa yang ingin kuungkapkan. Ia menenun bait-bait rindu hari demi hari menunggu aku dan dirimu bisa bertemu dalam satu tatapan.
Ah, kenapa begitu susah. Bahkan untuk sejenak berbagi kisah dan kasih. Ah, kenapa lidah dan jariku begitu kelu dan penuh gengsi palsu bahkan untuk sekedar mengajakmu berbicara tentang rindu.
Alhasil, kita hanya jadi dua manusia yang saling merindu ingin berujung temu dalam tatapan yang menyatu namun terhalang jarak dan waktu. Aku dan kamu diam membisu, dirasuki berbagai prasangka dan ragu.
Kamu tahu?
Bagaimana rasanya aku harus merindu tapi untuk sekedar berbagi rindu dalam komunikasi maya pun tak ada. Aku di dera ragu. Aku mencoba pasrah. Pasrah jika seandainya, kamu pergi dan sudah tak lagi mencintaiku karena sedikitpun tak ada menghubungiku.
Pasrah jika seandainya keluargamu tak merestui hadirku. "Padahal hatiku sangat pilu kala mencoba pasrah seperti itu."
Sabar, adalah jalanku untuk terus menjaga hati dan mencintaimu dengan rasa yang tidak pernah putus. Aku mencintaimu, dan itu setiap hari. Aku merindukanmu dan itu setiap hari. Dengan rasa yang tidak berkurang, malah semakin bertambah.
Terima kasih sudah bertemu.
Setidaknya aku terlalu bahagia untuk hal ini.
Bertemu denganmu selalu mampu mematahkan macam-macam kemelut prasangkaku untuk pergi. Dan malah semakin percaya juga yakin, "kamulah 'kamuku."
Bongkahan rindu yang terpendam ribuan waktu lamanya. Buncah dalam temu dan bersama. Aku tidak mau kehilangan momen itu. Kehilangan momen menatap wajahmu barang sejenak. Wajah yang selalu kurindukan di hari-hari sibukku.
Wajah yang selalu kurindukan, hadir dan senyumnya yang selalu mampu membuatku bahagia dan damai.
Sayaang ...
Ada banyak ungkapan rindu dan cinta yang ingin kuutarakan. Namun, aku lebih memilih diam dan membiarkannya bertumpuk di alam bawah sadarku. Menyembul ke permukaan menjadi sosok seolah-olah -aku perempuan kuat yang tangguh dalam hubungan jarak jauh.
Namun, percayalah di hati perempuan manapun. Ia akan lebih senang berada dekat dengan kekasihnya dibanding harus berjauhan. Berjauhan dengan orang yang kita sayangi itu -menyakitkan, sayang.
Untuk temu yang begitu sendu. Untuk lekat yang begitu jarang. Maafkan aku terlalu manja menumpahkan rindu.
Perempuan ini memang terlalu manja, apalagi padamu. Lelaki yang kurindu setiap hari. Semoga kamu maklum, atas tumpahan rinduku padamu kala bertemu.
Biarkan tatap ini tetap lekat.
Biarkan hangat ini tetap lekat.
Biarkan kata ini tetap hangat.
Biarkan kutebus jarak dan waktu yang berlalu -dengan menikmati waktu bersama menebus rindu yang akan malah membuat semakin rindu.
`Dari aku perempuanmu.