Bertahun berlalu
Mengenalmu adalah karunia yang senantiasa membuatku bersyukur lalu merasa takjub
"Allah ... Engkau Maha Baik
Mengirimkan orang-orang baik dan spesial di hidupku." Gumamku dalam hati
Aku tahu ini tidak mudah, berusaha mempertahankan seseorang sekian lamanya. Hingga tahun berganti tahun. Tanpa sempat sedikitpun mendapatkan kepastian akan hadirnya keseriusan. Bukan sekedar permainan.
Namun, mengenal dan hadirnya pun sungguh mampu membuatku tenang dan bahagia.
Kalut, gelisah, khawatir, takut, ragu, sedih, menangis sendu, bercampur menjadi satu bersama rasa tak biasa dan takut kehilangan.
Untukku yang sangat tidak mudah percaya dan jatuh cinta, mampu menaklukanku adalah sebuah prestasi.
Hingga kini pun aku merasa menjadi perempuan yang sangat kritis dan sangat selektif, jika hendak ada yang mendekati dan berniat serius.
Kelemahanku memang. Perempuan keras kepala yang takkan mudah jatuh cinta pada sembarang pria.
Tuan, ini salahku. Mempercayaimu terlalu dalam. Padahal kamu bersikap sangat biasa saja bahkan sesekali terkesan sangat egois dan tidak peduli.
Tuan, ini salahku memang. Mencintaimu terlalu dalam. Hingga ketika aku ingin keluar dari perangkapmu, aku kesulitan.
Tuan, ini salahku memang. Terlalu penurut pada rasa seorang perempuan yang fitrahnya adalah tunduk kepadamu.
Aku pun egois, aku pun kurang berterima kasih, aku pun terlalu lemah dan si keras kepala. Masih saja mencintaimu. Padahal realita menunjukkan jalan padaku. Tak ada itikad baik untuk menjelaskan sekadar keterbukaan dua insan yang merencanakan keseriusan.
Jujur saja, Tuan. Aku sedang kalut. Aku takut. Takut akan Tuhanku, karena memiliki terlalu dalam rasa sebelum waktunya Dia memberiku kepastian dalam sebuah ikatan kebaikan nan kuat.
Jujur saja, Tuan. Aku sedang kalut. Haruskah aku teruskan atau lepaskan saja?
Agak sedikit sulit memang. Namun, aku percaya jika sudah takdirnya, Allah menakdirkan jalan lain bagiku. Hati dengan sendirinya akan sembuh dari luka. Hati dengan sendirinya akan membuka kembali pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan dari arah yang tidak disangka-sangka.
Bukankah Tuhan memang maha romantis, senang sekali memberi kita kejutan-kejutan tak terduga yang membahagiakan kita?
Ah, aku hanya sedang ingin meminta bantuanmu, Tuan. Bolehkah aku sekadar meminta kejelasan. Usiaku sungguh tak akan muda lagi. Perempuan ini akan beranjak tua, lalu harus melanjutkan tugas kehidupan lainnya.
Jika aku terus menantimu, akan sampai kapankah, Tuan?
Akankah aku mendapat kepastian?
Sedang usiaku sebentar lagi mendekati usia sangat matang untuk menjalin sebuah ikatan.
Aku paham, bahwa memang tak mudah menjadi pria. Banyak sekali amanah dan tanggung jawab yang diembankan ke pundakmu. Dengan beragam ujian dan cobaan kehidupan. Kamukah manusia kuat itu?
Hadir dan baikmu memang membahagiakan. Namun ketakutanku pun tak kalah besar. Aku takut akan keluargamu. Aku sangat asing bagi mereka.
Aku takut tak mengenalimu dengan baik, hingga keliru dalam menerka rasa. Seperti apa mau dan pribadi unikmu.
Ah, ini hanya curhatan rasa seorang perempuan. Bolehkan aku ungkapkan, Tuan?
Kiranya ada keseriusan, bolehkah aku menginginkan kepastian?
Aku tahu ini tak mudah bagimu. Tugasmu berat ya, Tuan. Semoga Allah kuatkan pundak dan hati kita mengemban tugas mulia itu.
Obat segala kalut dan ketakutan. Penawar kebahagiaan dosis tinggi karena dicintamu. Adalah, syukur dan prasangka baikku pada Tuhan.
Keyakinanku, Allah akan mempertemukan dua insan yang memang sudah ditakdirkan bersama di waktu terbaik dan tepat.
Obat risauku, adalah terus menerus memohonkan ampunan pada Allah dan meminta petunjuk terbaik-Nya. Karena tanpa ampunan, kasih sayang, perlindungan, petunjuk, dan penjagaan terbaik-Nya. Apalah dayaku.
Ku harap kita bisa memaknai dan menanggapi dengan lebih bijak, setiap cuitan rasa satu sama lain tanpa perlu merasa diri paling dihakimi.
Mudah-mudahan, Allah senantiasa menyayangi, melindungi, aku dan kamu dan siapapun makhluk di bumi ...
*Luv, perempuan perindu ketenangan - pecinta ketentraman.