Ternyata seperti ini ya rasanya menjadi orang dewasa. Pikiran bercabang, target menghadang, mimpi terus saja berlalu-lalang, dan aku bahagia bukan kepalang.
Dulu, sewaktu masih kecil. Aku selalu ingin sekali menjadi orang dewasa. Enak ya jadi orang dewasa. Begini begitu, kerenn aja kelihatannya.
Dan tidak terasa, kini aku tengah berada di masa itu. Masa dimana aku menginjak usia dewasa. Belum banyak yang sudah kucapai, atau cita yang sudah tercentang rapi karena deretan kemenangan dalam genggaman.
Tapi, dari perjalanan waktu dan kehidupanku sampai saat ini sungguh banyak sekali hal yang harus aku syukuri hingga bisa berada di posisi seperti sekarang.
Aku tengah bergelut dengan perjuangan akademik, menuntut ilmu demi menjadi seorang terdidik.
Tak hanya itu, tuntutan menjadi orang dewasa ternyata bukan hanya perihal bagaimana mensukseskan dirinya sendiri. Tapi, lebih dari itu. Jauh dari lubuk hati, aku ingin sekali seperti mereka-mereka yang telah sukses di usia muda. Banyak berbagi dan menginspirasi, tak hanya untuk keluarga tapi juga untuk banyak kepala.
Proses. Inilah hal yang tengah aku dan kawan-kawan seperjuangan sabari agar segera dapat sampai ke tujuan dengan selamat dan tentu saja perjalanannya pun bukan sembarang perjalanan. Kami menginginkan perjalanan yang berkualitas, agar tak hanya sekedar berakhir dalam sebuah kertas tanpa makna yang berbekas bagi pemeluk bumi yang memiliki peradaban.
Banyak sekali ide, gagasan, cita-cita yang ingin aku wujudkan. Namun ternyata untuk menggapainya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aku masih terbentur sisi gelap diri, tersandung tenggelam dalam zona nyaman yang membunuh -kenaikan kualitas hidup, dan terjerembab dalam euforia masa muda.
Terkadang aku ingin berteriak! Mereka sudah sampai ke atas tujuan. Sedang aku masih saja merangkak pelan.
Terkadang aku ingin menampar diri! Kala mereka sudah tertawa riang merayakan kegemilangan. Aku masih saja berjalan terengah-engah untuk sampai ke tujuan.
Berontak! Jujur saja, aku ingin berontak pada diri sendiri. Yang berujung pada semakin membaranya semangat menggapai cita.
Kerikil, jalan berkelok, turunan curam, bahkan tanjakan yang memerlukan kesabaran. Tak ketinggalan menemani proses perjalanan masa hidupku ini.
Cita, cinta, nestapa, bahagia, dan berbagai macam rasa pengejawantahan dari macam-macam kecamuk mimpi di kepalaku adalah teman setia di kala terik mentari dan deras hujan mendera.
Sisi damai bathinku berkata, "Tetaplah berjuang, Nak. Kau sedang menapaki masa itu. Masa dewasa bermilyar rasa. Sabarilah prosesnya. Sesekali tengoklah kawan kau yang sudah lebih dulu sampai, namun jangan lupakan. Bahwa jalan dan ujian hidup setiap orang berbeda-beda. Maka berfokuslah pada hidupmu, berfokuslah pada cita, cinta, dan pencapaianmu. Kau hanya harus terus berjuang menggapainya, dengan sabar dan syukur atas setiap karunia Tuhan untukmu."
Kau dan ia berbeda. Maka jangan samakan. Fokuslah pada jatah dan elok cerita hidup pemberian Tuhanmu.
Menjadi dewasa itu menyenangkan, Nak. Banyak cita dan mimpi menghadang untuk kau gapai. Tentu bukan untuk dirimu sendiri. Tapi juga untuk kemajuan peradaban, dan banyaknya kemanfaatan bagi sesamamu. Dan terutama keluargamu.
"Semoga Allah kuatkan pundakku dan pundakmu, bersabar berjuang membangun peradaban masa yang berkualitas. Agar sejarah menuliskan tinta teladan atas nama kita bagi generasi bumi selanjutnya."
Karang Tengah menanti maghrib ditemani hujan.
#OneDayOnePost
#SemangatSukses
#SabardanSyukur :)