Segala sesuatu itu tergantung niatnya. Pernahkah anda mendengar
kata di atas ??!
Jadi kalo kita berniat melaksanakan sesuatu untuk kebaikan
maka kebaikan pula lah yang akan kita dapat.
Tapi jika niat kita jelek, sekalipun yang kita lakukan itu
adalah kebaikan maka yang akan kita dapat pun adalah ketidak baikan.
Betapa pentingnya esensi niat kita disini dalam melakukan
berbagai hal yang kita lakukan.
Ia lah yang menentukan perbuatan kita menjadi berbuah pahala
atau tidak.
“Niat
Shaleh” adalah kecenderungan dan keinginan hati untuk berbuat baik. Suara hati
merupakan sumber dan penyebab pertama timbulnya niat. Niat adalah ruhnya amal,
seperti ruh bagi jasad, dan hujan bagi bumi. Barang siapa yang niat dan
tujuannya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka ia memiliki niat yang saleh. Karena
itulah beliau RA berkata, “carilah selalu niat-niat saleh”.
Niat
ada yang saleh dan ada yang buruk. Dalam suatu amal kadang kala dapat diperoleh
niat yang banyak. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung
pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu hanya akan mendapatkan sesuai
dengan niatnya.”
Niat
yang baik akan membuahkan amal yang baik,sedangkan niat yang buruk akan mengakibatkan
amal yang buruk.
Allah
berfirman: “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah
dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya.” (QS Al-Bayyinah, 98:5) Yakni, dengan
niat yang ikhlas untuk Allah. Niat juga merupakan salah satu sebab untuk
memperoleh taufik: Jika kedua juru pendamai itu berniat mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu (untuk berdamai). (QS
An-Nisa, 4:35)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa berniat melakukan kebajikan,
namun ia tidak mengamalkannya, Allah akan mencatatkan kebajikan baginya.” Dan
sabdanya lagi: “Mereka kelak dikumpulkan berdasarkan niat mereka.”
Imam
At-Tsauri berkata, “Dahulu mereka mempelajari niat untuk beramal sebagaimana
mereka mempelajari amal.”
Dan
diriwayatkan dalam kitab Taurat bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Segala sesuatu
yang diniatkan untuk-Ku, maka sedikitnya adalah banyak, dan segala sesuatu yang
ditujukan kepada selain Aku, maka banyaknya adalah sedikit.”
Bilal
bin Sa’ad berkata, “Sesungguhnya seorang hamba akan mengucapkan ucapan seorang
mukmin, maka Allah tidak akan membiarkannya sebelum menyaksikan amalnya, jika
ia mengamalkannya, maka Allah tidak akan membiarkannya sebelum menyaksikan
niatnya, jika niatnya baik, Allah akan memperbaiki kelemahan amalnya.”
Niat
adalah tiangnya amal, oleh karena itu amal sangat membutuhkan niat. Nabi SAW
bersabda: “Niat seorang mukmin lebih baik dari pada amalnya.” Hati adalah
pengawas yang ditaati dan niat adalah amal hati. Amal tanpa niat yang saleh,
tidak akan bermanfaat, dan amal dengan niat yang buruk, akan mencelakakan.
Banyaknya
niat tergantung pada banyaknya usaha untuk berbuat kebaikan, keluasan ilmu dan
ketekunan dalam menghimpun berbagai niat yang baik. Dan banyaknya niat ini
dapat menyucikan dan melipat- gandakan amal. Namun maksiat akan tetap maksiat,
karena niat baik tidak akan dapat merubahnya.
Berbagai
amal yang mubah, dengan niat yang benar dari seorang yang sidq, dapat menjadi
sebaik-baik pendekatan diri kepada Allah. Mereka yang selalu disibukkan dengan
urusan keduniaan, niat-niat saleh tersebut tidak akan terlintas dalam benak
mereka. Jika mereka mengaku memiliki suatu niat baik, ketahuilah, sesungguhnya
itu hanyalah bisikan hati, bukan niat.
Saat
melaksanakan atau meninggalkan suatu amal harus disertai dengan niat yang baik,
karena meninggalkan suatu amal adalah amal juga. Oleh karena itu, jangan sampai
hawa nafsu yang tersembunyi menjadi penggerak suatu amal. Karena alasan inilah
beberapa sufi urung melaksanakan suatu ketaatan, karena gagal menetapkan niat
yang baik.
Niat
adalah fath dari Allah yang pada dasarnya tidak bisa diusahakan. Niat yang baik
ini oleh Allah Ta’ala dianugerahkan kepada orang-orang yang berhati suci,
memiliki ilmu yang luas dan selalu disibukkan dengan ajaran Allah, bukan
orang-orang seperti kita. Kita ini tidak mudah untuk berniat baik walaupun
dalam melaksanakan yang wajib, kecuali setelah berusaha dengan susah payah.
Berikut
saya cantumkan link sumber materi artikel diatas …
http://www.elhooda.net/2014/11/pentingnya-niat-dalam-beramal/
Oleh:
Habib ‘Ahmad bin Zein Al-Habsyi dalam Syarhul ‘Ainiyyah, Wasiat dan
Nasihat, Putera Riyadi, dari Habib Novel bin Muhammad Alaydrus, Pengasuh
Majelis Ar-Raudhah Surakarta.
Pentingnya
Niat dalam Beramal was last modified: November 29th, 2014 by Pejuang
Ahlussunnah in Ngaji Yuk! - Kajian Ceramah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dan mari berdiskusi sehat. Terima kasih ... :)