Ayuuuuk
belajar menemukan kunci ajaib itu ... :D
Ikhlas itu bening embun yang selalu hadir di setiap
pagi, ia memberi kesejukkan di kala hati gersang … ia memberi makna di kala
hati mulai putus asa…
Ya, Ikhlas. Satu kata yang mudah diucapkan tapi
tidak terlalu mudah untuk diamalkan. Ia merupakan intisari dari setiap amal
perbuatan kita. Tanpa ada ikhlas yang menyertai amal kita hanya bagaikan abu
yang beterbangan. Seperti dalam ayat Allah berikut ini :
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di
dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16).
Dalam kehidupan sehari-hari, pasti banyak sekali hal
pekerjaan yang kita lakukan. Dari mulai bangun tidur sampai dengan bangun lagi.
Begitu indahnya jika semuanya kita niatkan karena ingin mendapat keridhoan
Allah, dan semuanya akan menjadi berkah. Tapi, jika pekerjaan kita ibadah kita
atau amal kita hanya sebatas ingin mendapatkan pujian atau hanya ingin mendapat
pujian dari manusia saja seperti ayat diatas kita tidak akan mendapat apa-apa
di akhirat kecuali ketidakridhoan Allah kepada kita.
Karena yang membedakan suatu amal itu baik atau
tidak adalah dilihat dari ikhlasnya kita melakukannya.
Ia memang tak mudah, tapi seiring waktu dengan kita
rajin menuntut ilmu agama dan tekad kita kuat untuk mendapatkan kebahagiaan dan
keridhoan Allah dunia akhirat niscaya kita dapat mempraktekan apa itu ikhlas
dengan baik. Ikhlas adalah pembelajaran sepanjang masa, ia membutuhkan latihan
dan kesabaran yang panjang untuk dapat mengamalkannya. Sungguh beruntung
sekali, orang yang beramal disertai ikhlas. Karena ikhlas adalah keindahan yang
sesungguhnya. Seindah-indahnya mutiara yang ada dalam hati yang mengantarkan
seorang hamba kepada Tuhannya. Kita tidak mau bukan, kalau kita sudah cape
bekerja keras, beramal, beribadah, segalanya dikorbankan dari mulai waktu, tenaga,
jiwa dan raga tapi semua itu hasilnya sia-sia di hadapan Allah hanya bagaikan
debu yang terbang saja tidak ada bekasnya ???! Kalau tidak mau, yuk sama-sama
kita belajar ikhlas yaa …
Di bawah ini ada beberapa pengertian ikhlas dan
tingkatan-tingkatannya yang saya kutip dari salah satu sumber :
Dari segi bahasa, ikhlas itu mengandung makna
memurnikan dari kotoran, membebaskan diri dari segala yang merusak niat dan
tujuan kita dalam melakukan suatu amalan.
Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.
Ungkapan “semata-mata karena Allah SWT” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (shalih al-niyyat), sesuai tata caranya (shalih al-kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari rida Allah SWT (shalih al-ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah SWT.
Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang saleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya. “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS An-Nisa’ [4]: 36).
Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT, ikhlas juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.
Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada tiga.
Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.
Ungkapan “semata-mata karena Allah SWT” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (shalih al-niyyat), sesuai tata caranya (shalih al-kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari rida Allah SWT (shalih al-ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah SWT.
Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang saleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya. “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS An-Nisa’ [4]: 36).
Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT, ikhlas juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.
Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada tiga.
1. ikhlas awam yakni ikhlas dalam beribadah
kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih
mengharapkan pahala dari-Nya.
2. ikhlash khawas,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.
3. ikhlash khawas al-khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Mahasegala-galanya.
Ikhlas merupakan komitmen ter ting gi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam). (QS Al-An’am [6]: 162).
Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.
Ikhlas sejatinya juga merupakan “benteng pertahanan” mental spiritual Mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang meng isi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”
2. ikhlash khawas,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.
3. ikhlash khawas al-khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Mahasegala-galanya.
Ikhlas merupakan komitmen ter ting gi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam). (QS Al-An’am [6]: 162).
Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.
Ikhlas sejatinya juga merupakan “benteng pertahanan” mental spiritual Mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang meng isi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”
Nah,
pembaca sekalian yuk belajar ikhlas dari hati yang tulus dan dari sekarang… :D
Jangan sampai ada pemberian kita kepada orang lain yang diungkit-ungkit bahkan
sampai kita menyakiti hati orang yang kita beri itu …
Belajar
ikhlas itu setiap saat dan setiap waktu, setiap kondisi, dan situasi ….
Semoga
Allah senantiasa memudahkan hati kita untuk beramal dengan ikhlas semata
mengharap kecintaan-Nya pada kita … Aamiin …
Referensi : http://www.republika.co.id/